OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

TEKNIK PEMBUATAN pupuk BOKASHI

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

TATA CARA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. beberapa pasar di Kota Bandar Lampung dan di kebun percobaan Universitas

PEMANFAATAN LIMBAH TANDAN KOSONG SAWIT SEBAGAI PUPUK ORGANIK UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NILAM ORGANIK

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

PEMANFAATAN LIMBAH DISTILASI BIOETANOL DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

S U N A R D I A

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

Dua puluh tahun silam lahan seluas 1 ha itu kering kerontang. Residu

UKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur

Limbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI)

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein dan mineral yang baik, dengan kandungan kalium,

PETUNJUK TEKNIS PENGOMPOSAN LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR SUPERDEC DAN ORGADEC

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

DWI SETYO ASTUTI A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

Nur Rahmah Fithriyah

1. Starter dengan larutan gula

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA DALAM PEMBUATAN PUPUK BOKASHI DI KELURAHAN TUAH KARYA, KECAMATAN TAMPAN, PEKANBARU

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB IV. METODE PENELITIAN

PENGOMPOSAN JERAMI. Edisi Mei 2013 No.3508 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

Transkripsi:

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 2014 ISSN 2407-4624 OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN *JAKA DARMA JAYA 1, NURYATI 1, RAMADHANI 2 1 Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan Naskah diterima : 10 Oktober 2014; Naskah disetujui : 24 November 2014 ABSTRAK Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit. Pemanfaatan kelapa sawit masih belum optimal dilakukan, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan TKKS sebagai bahan baku pembuatan kompos. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan aplikasi pemberian pupuk kompos TKKS pada tanaman cabe dan jagung. Pembuatan pupuk kompos diawali dengan menyiapkan aktivator EM-4 dan mencampurkannya pada bahan berikut: pupuk kandang, dedak, air sumur, air kelapa, dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS), diinkubasi pada kondisi aerob. Berdasarkan hasil pengamatan tekstur dan suhu pengomposan, serta hasil pengaplikasian terhadap tanaman cabe dan jagung, diketahui bahwa kompos C dengan komposisi a) Pupuk kandang 0,5 kg, b) Dedak 0,5 kg, c) Air sumur 2 liter, d) Air kelapa 0,1 liter, e) EM-4 0,1 liter, f) TKKS 10 kg adalah kompos terbaik. Uji sampel terhadap kompos C juga menunjukan bahwa kandungan P total (0,2725) dan N total (1,30) adalah lebih tinggi dari nilai SNI pupuk kompos. Pupuk kompos TKSS bersifat ramah lingkungan bisa menjadi alternatif solusi permasalahan limbah yang ada di perkebunan dan pabrik pengolahan sawit. Kata kunci : Kompos, tandan, sawit, EM-4 PENDAHULUAN Proses pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan limbah cair yang salah satunya berupa tandan kosong kelapa sawit (Mangunsung, 2003). Produksi minyak kelapa sawit kasar Indonesia mencapai 6 juta ton/tahun yang secara bersamaan dihasilkan pula limbah TKKS dengan potensi sekitar 2,5 juta ton per tahun. Dipabrik minyak kelapa sawit, TKKS dulunya hanya dibakar dan sekarang telah dilarang karena adanya kekhawatiran pencemaran lingkungan, sehingga menimbulkan keluhan atau masalah bagi masyarakat. Salah satu usaha dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan TKKS menjadi pupuk kompos. Saat ini kita telah dapat memanfaatkan TKKS sebagai pengganti pupuk tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara menabur langsung TKKS kelapangan, akan tetapi masih ditemukan beberapa permasalahan yang cukup mengganggu seperti tumpukan TKKS dan daya urai yang rendah. TKKS yang terlambat diaplikasikan *Korespondensi : Telepon/nomor faks : 0512-21537 1 Email : jakadj2010@gmail.com

kelapangan berpengaruh terhadap potensi nutrisinya akan berkurang. Disamping itu, TKKS yang membusuk ditempat akan menarik kedatangan jenis kumbang tertentu yang berpotensi merusak pohon kelapa sawit dan mengganggu lingkungan sekitar. Oleh karena itu pada peelitian ini dilakukan optimasi pengolahan pupuk TKKS sehingga tidak menimbulkan permasalahan di atas. Penggunaan aktivator EM-4 dimaksudkan utnuk mempercepat penguraian dan menjadikan kompos TKKS lebih mudah diserap dan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman yang diamati dari pertumbuhan tingg, berat dan jumlah daun pada tanaman. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah parang, timbangan, pupuk kandang, dedak, terpal, cangkul, dan ember. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit, pupuk kandang, dedak, air kelapa, EM4 dan air sumur. Tandan Kosong Kelapa Sawit yang digunakan dikumpulkan dari lahan perkebunan sawit PT. PN XIII wilayah, Pelaihari Kalimantan Selatan. Aktivasi EM-4 Tahapan pertama yang dilakukan ada aktivasi mikroorganisme dengan cara menambahkan 20 ml EM-4 dalam 1 L larutan gula pasir (1 %). Laruta kemudian diinkubasi selama 24 jam (Bariman, 2009). Proses Pembuatan Kompos Sebanyak 10 Kg TKKS yang telah dicacah dicampurkan dengan 0,5 Kg dedak dan 0,5 Kg pupuk kandang, lalu diaduk sampai homogen. Optimasi pembuatan kompos dilakukan dengan variasi komposisi bahan seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi campuran pembuatan kompos Bahan-Bahan Kompos A Kompos B Kompos C Kompos D Tandan Kosong (kg) 10 10 10 10 Dedak (kg) 0.5 0.5 0.5 0.5 Air Kelapa (Liter) 0.2 0.2 0.1 0.1 EM-4 (Liter) 0.2 0.1 0.1 0.2 Air Sumur (Liter) 2 2 2 2 Pupuk Kandang (Kg) 0.5 0.5 0.5 0.5 2

EM-4 yang sudah diaktifkan diambil sebanyak 0,1 ml dan dicampur dengan 2 liter air dan diaduk sampai merata. Larutan EM-4 disiramkan secara perlahan-lahan pada adonan sampai kandungan air pada adonan mencapai kurang lebih 30% (bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar, dan bila kepalan dilepas maka adonan akan pecah). Campuran kompos ditutup rapat dengan terpal dan suhu dipertahankan 40-60 o C. Inkubasi dilakukan hingga 15 hari atau sampai kompos terbentuk sempurna ditandai dengan warna coklat kehitam-hitaman, mudah dihancurkan, tidak berbau, dan volume menyusut. Aplikasi kompos pada tanaman Aplikasi dilakukan pada tanaman cabe dan jagung. Bibit tanaman disemai hingga tumbuh kecambah. Lalu dipindahkan pada media tanam yang telah ditambahkan kompos berbeda (Kompos A-D). Pengamatan dilakukan dari hari ke-) hingga hari ke-15. Pengamatn dilakukan pada tiga parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat tanaman (Rohendi, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Mikroba dan material campuran pembuatan kompos Tahapan pertama yang dilakukan adalah aktivasi EM-4 yang kemudian digunakan sebagai inducer proses penguraian TKKS menjadi kompos. Hal yang perlu diamati sebelum melakukan pembuatan adalah adalah kebersihan alat serta kesuaian takaran. Proses inkubasi atau fermentasi dilakukan selama 24 jam pada tempat yang teduh dengan tujuan mengaktifkan bakteri pelarut yang terkandung dalam EM-4 (Yusuf, 2000). Tandan kosong kelapa sawit merupakan bahan utama dalam pembuatan kompos. Kandungan yang ada pada tandan kosong tersebut sangat banyak. Dedak berfungsi untuk sumber makanan yang bergizi untuk pertumbuhan mikroba. Pada penelitian ini juga digunakan air kelapa karena tingkat keasaman yang rendah dan merupakan media tumbuh yang baik bagi mikroba. Selain itu, air kelapa juga mengandung gula sehingga lebih mudah dimanfaatkan bakteri. Pupuk kandang merupakan bahan pelengkap tanah yang membantu memperbaikin tektur dan rongga tanah. Penambahan EM-4 dan air kelapa dimaksudkan untuk mempercepat proses fermentasi tandan kosong kelapa sawit (Yusuf, 2000). Pada proses pembuatan kompos, variasi konsentrasi EM-4 dan air kelapa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap proses fermentasi. 3

Pengaruh suhu terhadap kecepatan proses fermentasi Proses pelapukan dapat diamati dari peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan, dan perubahan warna. Kompos yang telah matang ditandai dengan adanya perubahan fisik, yaitu sebagai berikut : 1. Warna TKKS coklat kehitam-hitaman 2. Mudah dihancurkan 3. Tidak berbau 4. Volume menyusut Kompos yang sudah memiliki ciri-ciri tersebut sudah cukup matang dan siap untuk diaplikasikan ketanaman (Sofian, 2006). Pengamatann pada hari ke 1-4 menunjukkann terjadinya kenaikan suhu. Ini mengindikasikan bahwa proses fermentasi mulai berlangsung. Pelepasan gas CO 2 dan gas lain menyebabkan suhuu adonan meningkat. Pengamatan pada hari ke 5-10 menunjukkan penurunan suhu dan mulai konstan pada hari ke 10 dan seterusnya. Penurunan suhu mengindikasikan terjadinya penurunan pelepasan gas pada proses fermentasi. Terlihat dari data bahwa hari ke-10 suhu mulai kontstan, sehingga bisa disimpulkan bahwa proses fermentasi telah berakhir. Profil kenaikan dan penurunan suhu dari 4 (empat) perlakuan fermentasi tersebut menunjukkan perbedaan, dimanaa kompos C menunjukkan kenaikan suhuu yang lebih tinggi dibandingkan kompos yang lain dan mengalami penurunan pada hari ke-4 (Gambar 1). Gambar 1. Grafik hubungan antara suhu dengan waktu fermentasi Bersamaan dengan proses fermentasi, terjadi juga proses pelapukan dan penguraian tandan kosong menjadi kompos. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik tandan kosong kelapa sawit. Berdasarkan pengamatan pada keempat jenis kompos yang dihasilkan dalam proses fermentasi, diketahui bahwaa kompos C mengalami penguraian pada hari ke 7, sedangkan kompos A, B, dan D penguraian terjadi pada hari ke 8. Proses penguraian kompos C lebih cepat dibandingkan kompos A, B dan D bersesuaian dengann suhu yang 4

dihasilkan lebih tinggi, sehingga proses fermentasi berlangsung lebih cepat. Sedangkan kompos A, B, dan D proses fermentasi lebih lambat bersesuaian dengan suhu yang dihasilkan tidak terlalu tinggi (Gambar 2). A B C D Gambar 2. Penguraian yang terjadi pada kompos A, B, C dan D Selain pengamatan dan pengukuran kualitatif yang dilakukan dalam engujian kompos di atas, dilakukan juga pengujian kandungan komponen P dan N (Tabel 2). Tabel 2. Kandungan N dan P kompos C Parameter No Kode Sampel P Total (% P 2 O 5 ) N Total (%) 1 Tankos 1 0,2949 1,59 2 Tankos 2 0,2103 1,1 3 Tankos 3 0,2941 1,18 4 Tankos 4 0,2908 1,31 Rata-rata 0,2725 1,3 Kompos C yang dihasilkan dari fermentasi TKKS menunjukkan hasil yang baik, karena telah memenuhi dan bahkan melebihi standar kompos SNI 19-7030-2004 tentang 5

kandungan N total 0,40% dan P total 0,1% %, sedangkan dari hasil pengujian laboraturium terhadap kompos C menunjukkan bahwaa kandungann N dan P lebih besar yaitu secara berturut-turu 0,2725% dan 1,,30%. Kompos C kemudian diaplikan pada tanaman cabe dan jagung. Aplikasi kompos dari TKKS pada tanaman Setelah diketahui kandungan N dan P yang dihasilkan, kemudian dilakukan pengaplikasian terhadap tanaman cabe dan jagung agar diketahuii kualitas kompos yang dihasilkan. Sebelum dilakukan pengaplikasian terhadap tanaman, pupuk kompos terlebih dahulu dicampur tanah dengann perbandingan pencampuran 1:2 atau 100 gram : 200 gram. Polibag hitam dengan ukuran ¼ cm digunakan sebagai wadah pertanaman. Pengaruh penambahan kompos terhadap tinggi tanaman A B Gambar 3. Pengaruh pemberian kompos TKKS terhadap pertumbuhan tanaman cabe (A) dan jagung (B) Pengaruh penambahan kompos terhadap jumlah daun Salah satu indikator pertumbuhan adalah pertumbuhan organ daun. Daun pada tanaman cabe muncul pada hari ke-4 pertanaman. Daun kedua muncul pada hari ke-11. Penambahan daun kedua pada aplikasi menggunakann kompos lebih cepat dibandingkan tanaman yang diaplikasikan dengan pupuk urea (U) dan tanah biasa (T) yang daun keduannya muncul pada hari ke-12 dan hari ke-14. Proses pertumbuhan daun lebih cepat dikarenakan unsur hara yang ada pada pupuk yang digunakan terpenuhi. Daun pada tanaman jagung yang diaplikasikan dengan kompos TKKS mulai muncul pada pada hari ke 4. Penambahan jumlah daun pada aplikasi dengan kompos 6

TKKS terjadi pada hari ke 9 dan hari ke 13. Pada aplikasi dengan urea (U) terjadi penambahan jumlah daun pada hari ke 10 dan 14. Sedangkan pada aplikasi dengan tanah biasa (T) terjadi penambahan jumlah daun pada hari ke 11 dan 15. Pupuk kompos memberikan hasil yang lebih cepat terhadap penambahan jumlah daun dibandingkan urea dan tanah. Karena unsur hara yang ada pada kompos cukup terpenuhi, sehingga memberikan hasil yang cukup berbeda terhadap penambahan jumlah daun. Pengaruh penambahan kompos TKKS terhadap berat tanaman Penimbangan berat tanaman dilakukan pada seluruh bagian tanaman yang berada di atas tanah. Data berat tanaman yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian kompos terhadap tanaman memberikan pengaruh terhadap berat tanaman. Berat tanaman yang ditanam pada media yang diberi pupuk kompos TKKS adalah lebih berat dibandingkan tanaman ditanam pada media tanah biasa dan tanah yang diberi pupuk urea. Tabel 4. Berat rata-rata tanaman cabe dan jagung Perlakuan Berat rata-rata tanaman (g) Cabe Jagung Kompos 0,15 1,76 Urea 0,11 1,6 Tanah 0,08 1,35 Berdasarkan hasil penelitian antara perlakuan dengan menggunakan kompos secara umum memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan cabe, yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, dan berat basah. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa antara perlakuan yang menggunakan kompos memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan urea dan tanah biasa. Penggunaan kompos dapat menambah kandungan humus tanah, menaikan jumlah hara tanah yang diambil oleh tanaman, memperbaiki sifat fisik kimia, dan biologi tanah. Dalam hal ini, suatu tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang di dalam tanah. Ada tiga unsur hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman yaitu N, P, K, apabila salah satu unsur tersebut tidak tersedia didalam tanah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Soegiman, 1982). Perbedaan pertumbuhan yang nyata antara menggunakan pupuk kompos tandan kosong kelapa sawit, urea, dan tanpa menggunakan kompos. Karena kompos merupakan 7

pupuk yang lengkap dan dapat memperbaiki semua sifat-sifat tanah (Sutedjo, 1992). Adanya EM-4 sebagai elemen dalam pembuatan kompos, sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah, baik fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman (Wididana dan Higa, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan pada tekstur dan suhu pengomposan, serta hasil aplikasi terhadap tanaman cabe dan jagung, diketahui bahwa kompos C dengan komposisi a) Pupuk kandang 0,5 kg, b) Dedak 0,5 kg, c) Air sumur 2 liter, d) Air kelapa 0,1 liter, e) EM-4 0,1 liter, f) TKKS 10 kg adalah kompos terbaik. Uji sampel terhadap kompos C juga menunjukan bahwa kandungan P total (0,2725) dan N total (1,30) adalah lebih tinggi dari nilai SNI pupuk kompos. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos TKSS bersifat ramah lingkungan dan bisa menjadi alternatif solusi permasalahan limbah yang ada di perkebunan dan pabrik pengolahan sawit. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih disampikan kepada Politeknik Negeri Tanah Laut atas bantuan fasilitas, materil dan non materil dalam pelaksanaaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bariman, SP. 2009. Teknik Pembuatan Pupuk Organik. Badan penelitian dan pengembangan pertanian, Depertemen Pertanian. Mangunsung. 2003. Buku Ajar Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Polnep. Pontianak. Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengolahan Sampah Pasar DKI Jakarta, Sebuah Prosiding. Bogor,17 Februari 2005. Soegiman, 1982. Ilmu Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. PT Rineka Cipta Jakarta. Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Agromedia Pustaka Wididana, G.M. dan T. Higa, 1993. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan Teknologi Effective Micro-organism-4. Songgolangit Persada, Jakarta. Yusuf, M. 2000. Manfaat EM-4 Pada Tumbukan Daerah Tropis. Jakarta. 8