Herlina Susmaneli, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Jasrida Yunita, Mitra, Herlina Susmaneli, Pengaruh Perilaku Masyarakat Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

FAKTOR RESIKO AKTIVITAS, MOBILITAS, DAN MENGGANTUNG PAKAIAN TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

HUBUNGAN ANTARA MEMASANG KAWAT KASA, MENGGANTUNG PAKAIAN DI DALAM RUMAH, DAN KEMAMPUAN MENGAMATI JENTIK DENGAN KEJADIAN DBD

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1 Juni Hubungan pengendalian jentik berkala dengan kejadian kasus DBD di puskesmas Kebun Handil Kota Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KAB. JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

PENYULUHAN KESEHATAN RUTIN PUSKESMAS UNTUK MENCEGAH SEKOLAH DASAR DENGAN KEJADIAN DBD DI KOTA MADIUN TAHUN 2017

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DBD DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Latif Hidayat, Laila Fitria. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN ADATONGENG KECAMATAN TURIKALE KABUPATEN MAROS

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal ISSN

PATIENT CHARACTERISTICS OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER in PROF DR WZ Johannes Hospital KUPANG IN 2012

FAKTOR LINGKUNGAN BIOLOGIS, FISIK DAN SOSIAL YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

Transkripsi:

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD di RSUD Kabupaten Rokan Hulu The Associated Factors With Incidence of Dengue Hemorrhagic Fever in Hospitals Rokan Hulu Regency Herlina Susmaneli* * Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru Abstrak Di Rokan Hulu terjadi peningkatan kasus DBD tiga tahun terakhir. Pada tahun 2008 tercatat 61 kasus (insiden 15,95 per 100.000 penduduk), tahun 2009 sebanyak 77 kasus (insiden 20,13 per 100.000 penduduk), dan tahun 2010 naik menjadi 79 kasus (insiden 20,65 per 100.000 penduduk). Angka insiden ini lebih besar dari angka insiden nasional yaitu 20 per 100.000 penduduk. Penelitian ini untuk mengetahui faktror-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di RSUD Rokan Hulu tahun 2011. Jenis penelitian Kuantitatif Analitik Observasional dengan disain Kasus Kontrol. Jumlah sampel 400 responden terdiri dari 200 Kasus (penderita DBD) dan 200 Kontrol (bukan penderita DBD). Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel berhubungan dengan kejadian DBD adalah tempat penampungan air OR=3,768 (95% CI:2,492-5,699), Ketersediaan tutup penampung air OR=2,452 (95% CI:1,640-3,668), Frekuensi pengurasan penampung air OR=2,452 (95% CI:1,778-3,989), kepadatan rumah OR=3,331 (95% CI:2,207-5,027) dan umur OR=2,824 (95% CI:1,877-4,251). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel berhubungan bermakna adalah tempat penampung air OR=3,849 (95% CI:2,399-6,175), ketersediaan tutup penampung air OR=2,248 (95% CI:1,403-3,603), frekuensi pengurasan penampung air OR=2,238 (95% CI:1,399-3,579), kepadatan rumah OR=4,049 (95% CI:2,486-6,596), umur OR=2,845 (95% CI:1,768-4,577), jenis kelamin OR=0,613 (95% CI:0,379-0,992). Faktor risiko paling dominan terjadinya DBD adalah kepadatan rumah. Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kegiatan 3M plus dan pelaksanaan PSN DBD secara mandiri. Kata kunci : Demam berdarah dengue, Kepadatan Rumah, Keberadaan jentik aedes aegypty pada penampung air. Abstract In Rokan Hulu cases increased by Dengue Fever three last years from the year 2008-2010. In 2008 recorded 61 cases (15.95 incidents per 100,000 population), in 2009 as many as 77 cases (20.13 incidents per 100,000 population), and in 2010 rose to 79 cases (20.65 incidents per 100,000 population). Incidents is greater than the national incidence rate is 20 per 100,000 population. The purpose of this study to determine faktror-factors related to the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in hospitals Rokan Hulu in 2011. This type of design is Quantitative Analytic Observational study with this type of case control design. The number of samples of 400 respondents consisting of 200 cases (DBD) and 200 controls (not DBD). The results of bivariate analysis showed variables associated with the incidence of DHF is a reservoir OR = 3.768 (95% CI :2,492-5, 699), availability of closed water reservoir OR = 2.452 (95% CI :1,640-3, 668), Frequency of draining water reservoir OR = 2.452 (95% CI :1,778-3, 989), the density of the house OR = 3.331 (95% CI :2,207-5, 027) and age OR = 2.824 (95% CI :1,877-4, 251). The results of multivariate analysis showed the variables significantly associated is where the water reservoir OR = 3.849 (95% CI :2,399-6, 175), the availability of closed water reservoir OR = 2.248 (95% CI :1,403-3, 603), the frequency of draining water reservoir OR = 2.238 (95% CI :1,399-3, 579), the density of the house OR = 4.049 (95% CI :2,486-6, 596), age, OR = 2.845 (95% CI :1,768-4, 577), gender OR = 0.613 (95% CI: 0.379-0.992). The most dominant risk factor for the occurrence of DHF is the density of homes. Expected by society to pay more attention to activities plus 3M and implementation of PSN-DBD independently and regularly. Key words: Dengue hemorrhagic fever, House density, presence of aedes larvae aegypty on reservoir water. Pendahuluan Pada tahun 1952 pertama kali penyakit Demam Bedarah Dengue (DBD) ini di temukan di Manila (Filipina). Selanjutnya menyebar ke beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Depkes RI, 2005). Di Indonesia pada tahun 1968 penyakit DBD ini di temukan di Surabaya dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada epidemik DBD yang terjadi pada tahun 1998, sebanyak 47.573 kasus (IR 27,09/100.000 penduduk) Alamat Korespondesi:Herlina Susmaneli, STIKes Hang Tuah Pekanbaru Prodi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jalan Mustafa Sari No 5 Tangkerang Selatan Pekanbaru Riau, Hp 085272842500, email: neli_herlina@yahoo.co.id Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 149

dilaporkan dengan 1.527 kematian (CFR = 3,2%). Selama tahun 2004, dilaporkan setiap bulan dengan jumlah 78.690 kasus dengan 954 kematian (CFR = 1,2 % ). KLB baru-baru ini (Desember 2004 Februari 2005) dilaporkan sebanyak 10.517 kasus dengan 182 kematian (CFR = 1,73 %) untuk 30 Provinsi. Pada tahun 2005, Indonesia merupakan kontributor utama kasus DBD di Asia Tenggara (53%) dengan jumlah kasus 95.270 kasus dan 1.298 kematian (CFR = 1,36%). Jumlah kasus meningkat menjadi 17% dan kematian 36% dibanding tahun 2004. Jumlah kasus yang dilaporkan merupakan yang terbesar dalam sejarah demam berdarah dengue di Indonesia (WHO, 2006). Di Rokan Hulu terjadi peningkatan kasus DBD selama tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 terjadi 61 kasus dengan angka insiden 15,95 per 100.000 penduduk, tahun 2009 sebanyak 77 kasus dengan angka insiden 20,13 per 100.000 penduduk, dan tahun 2010 terjadi 79 kasus dengan angka insiden 20,65 per 100.000 penduduk. Angka insiden ini lebih besar dari angka insiden nasional yaitu 20 per 100.000 penduduk. (Dinkes Kab. Rohul, 2010) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu peningkatan kasus terjadi pada tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 terjadi 36 kasus, pada tahun 2009 meningkat menjadi 170 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 70 kasus. DBD merupakan penyakit kedua yang terbesar diantara semua penyakit. Menyebabkan kematian sebanyak 3 orang untuk semua golongan umur dengan CFR = 1,8%. CFR ini lebih tinggi dari angka nasional yaitu CFR < 1%, (RSUD Kab. Rohul, 2010). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor (tempat penampung air, ketersediaan tutup penampung air, frekuensi pengurasan penampung air, kepadatan rumah, umur, jenis kelamin, pendidikan dan kebiasaan menggantung pakaian) yang berhubungan dengan kejadian DBD. Metode Jenis disain penelitian ini adalah kuantitatif analitik observasional dengan jenis disain kasus kontrol. Kasus adalah penderita demam berdarah yang tercatat dalam rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu 2011, dan kontrol adalah kasus penderita penyakit lain atau bukan penderita penyakit DBD yang tercatat dalam rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2011. Kasus yaitu penderita DBD yang pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu dimulai bulan Mei 2011, dihitung mundur waktunya ke tahun 2010 sampai sampel terpenuhi. Kontrol yaitu mereka yang tidak menderita DBD yang sama-sama dirawat inap dengan kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2011. Dalam waktu yang sama dengan pengambilan kasus dihitung berapa jumlah yang tidak sakit DBD sebagai kontrol. Ada 2700 orang yang tidak sakit DBD maka dengan demikian diambil 200 orang dari 2700 orang dengan prosedur sistematic random sampling. Hasil Analisis data bivariat menggunakan uji Chi square dan Multivariat dengan uji Regresi Logistik Ganda dengan model faktor prediksi. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD adalah tempat penampungan air OR=3,768 (95% CI:2,492-5,699), Ketersediaan tutup penampung air OR=2,452 (95% CI:1,640-3,668), Frekuensi pengurasan penampung air OR=2,452 (95% CI:1,778-3,989), kepadatan rumah OR= 3,331 (95% CI:2,207-5,027) dan umur OR=2,824 (95% CI:1,877-4,251). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang berhubungan secara bermakna adalah tempat penampung air OR=3,849 (95% CI:2,399-6,175), ketersediaan tutup penampung air OR=2,248 (95% CI:1,403-3,603), frekuensi pengurasan penampung air OR=2,238 (95% CI:1,399-3,579), kepadatan rumah OR=4,049 (95% CI:2,486-6,596), umur OR=2,845 (95% CI:1,768-4,577), jenis kelamin OR=0,613 (95% CI:0,379-0,992). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah kepadatan rumah dengan nilai OR = 4,049, artinya mereka yang rumahnya termasuk pemukiman padat, menderita DBD lebih tinggi 4,049 kali dibandingkan dengan mereka yang rumahnya tidak termasuk pemukiman padat setelah dikontrol dengan variabel tempat penampung air, ketersediaan tutup penampung air, frekuensi pengurasan penampung air, umur, jenis kelamin. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 150

No Variabel 1 Tempat penampung air Tabel 1 Pemodelan Analisis Bivariat Kasus dan Kontrol OR Kasus Kontrol (95% CI) n % N % n % P Value Tidak baik 132 66 68 34 200 50 3,768 0,001 Baik 68 34 132 66 200 50 (2,491-5,699) 200 100 200 100 400 100 2 Ketersediaan tutup penampung air Tidak ada 127 63,5 83 41,5 210 52,5 2,452 0,001 Ada 73 36,5 117 58,5 190 47,5 (1,640-3,668) 200 100 200 100 400 100 3 Frekuensi pengurasan penampung air Tidak baik 126 63 78 39 204 51 2,663 0,001 Baik 74 37 122 61 196 49 (1,778-3,989) 200 100 200 100 400 100 4 Kepadatan rumah Padat 137 68,5 79 39,5 216 54 3,331 0,001 Tidak padat 63 31,5 121 60,5 184 46 (2,207-5,027) 5 Umur 15 tahun 113 56,5 63 31,5 176 44 2,824 0,001 > 15 tahun 87 43,5 137 68,5 224 56 (1,877-4,251) 6 Jenis kelamin Perempuan 93 46,5 112 39,5 205 51,25 0,683 0,072 Laki-laki 107 53,5 88 60,5 195 48,75 (0,461-1,013) 7 Pendidikan Rendah 102 51 101 50,5 203 50,75 1,020 1,000 Tinggi 98 49 99 49,5 197 49,25 (0,689-1,510) 8 Kebiasaan menggantung pakaian Biasa 141 70,5 144 72 285 71,3 0,929 0,825 Tidak biasa 59 29,5 56 28 115 28,8 (0,603-1,433) Tabel 2 Pemodelan Analisi Multivariat 95% C.I Variabel B S.E Wald Df Sig Exp(B) For EXP (B) Tempat penampung air 1,348 0,241 31,212 1 0,001 3,849 2,399 6,175 Ketersediaan tutup penampung air 0,810 0,241 11,338 1 0,001 2,248 1,403 3,603 Frekuensi pengurasan penampung air 0,806 0,240 11,310 1 0,001 2,238 1,399 3,579 Kepadatan rumah 1,399 0,249 31,546 1 0,001 4,049 2,486 6,596 Umur 1,045 0,243 18,563 1 0,001 2,845 1,768 4,577 Jenis kelamin -0.489 0,245 3,975 1 0,046 0,613 0,379 0,992 Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 151

Pembahasan Variabel Independen yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Hubungan Sebab Akibat Variabel keberadaan jentik Aedes aegypti pada penampung air, ketersediaan tutup penampung air, frekuensi pengurasan penampung air, kepadatan rumah, umur dan jenis kelamin. Dari hasil analisis multivariat didapatkan adalah keberadaan jentik Aedes aegypti pada penampung air, ketersediaan tutup penampung air, frekuensi pengurasan penampung air, kepadatan rumah, umur dan jenis kelamin. Berikut ini dibahas hubungan sebab akibat dengan melihat pada kriteria hubungan temporal, plausibility, kekuatan assosiasi, konsistensi, dose respon relationship, jenis desain. variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD No Butir Kriteria Tabel 3 Matrik Hubungan Sebab Akibat Variabel Independen dengan Kejadian DBD Di RSUD Kabupaten Rohul Tahun 2011 Kepadatan Rumah Keberadaan jentik aedes aegypti pada penampung air Variabel Independen Umur Responden Ketersediaan tutup penampung air tutup penampung air Frekuensi pengurasan penampung air Jenis Kelamin 1 Temporalis + + + + + + 2 Plausibility + + + + + + 3 Dose Respon - - - - - - 4 Kekuatan Asosiasi 4,049 3,849 2,845 2,248 2,238 0,613 5 Konsistensi + ++ ++ + + + 6 Jenis Desain + + + + + + Tempat penampung air Pada penelitian ini setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik Aedes Aegypti pada penampung air dengan penyakit DBD. Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan terjadinya DBD. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 2002). Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005). Oleh kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadi adalah kejadian DBD yang akan terus meningkat Sama dengan hasil yang diteliti oleh Wati (2009) mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti pada kontainer menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor keberadaan jentik Aedes Aegypti pada kontainer mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Sumekar (2007). Dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes di Kelurahan Raja Basa. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa jentik Aedes di Kelurahan Raja Basa ada hubungan dengan kejadian DBD. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathi, dkk (2005), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada 4 kelurahan dengan KLB penyakit DBD didapatkan ABJ dengan kepadatan tinggi (>95%), sedangkan pada daerah kontrol didapatkan 12 kelurahan mempunyai ABJ dengan kepadatan tinggi dan sisanya 4 kelurahan mempunyai ABJ dengan kepadatan rendah (<95%). Dengan demikian dalam penelitian ini, tidak nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap KLB penyakit DBD (p>0,05). Ketersediaan tutup penampung air Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara ketersediaan tutup penampung air dengan penyakit DBD. Pentingnya ketersediaan tutup pada penampung air sangat mutlak diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada penampung air, dimana penampung air tersebut menjadi media berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti. Apabila semua masyarakat telah menyadari pentingnya penutup pada penampung air, diharapkan keberadaan nyamuk dapat diberantas, Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 152

namun kondisi ini tampaknya belum dilaksakanakan secara maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsin dan Wahiduddin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota Makasar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan tutup kontainer berhubungan dengan kejadian DBD. Frekuensi pengurasan penampung air Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah 3M plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes Aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi (Depkes RI, 2005). Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk menguras kontainer pada masyarakat memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa kebersihan air selain untuk kesehatan manusia juga untuk menciptakan kondisi bersih lingkungan. Dengan kebersihan lingkungan diharapkan dapat menekan terjadinya berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan yang tidak bersih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsin dan Wahiduddin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Makasar. Hasil penelitiannya adalah faktor pengurasan kontainer memiliki pengaruh terhadap kejadian DBD. Kurangnya frekuensi pengurasan dapat mengakibatkan tumbuhnya jentik nyamuk untuk hidup dan dapat memicu terjadinya kasus DBD. Oleh karena itu frekuensi pengurasan pada penampung air yang tidak dilakukan <1 kali dalam 1 minggu memicu munculnya kejadian DBD di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2011 Kepadatan rumah Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan rumah dengan kejadian DBD. Nyamuk Aedes aegypti bersifat domestik karena jarak terbangnya pendek (100 meter). Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila salah satu penghuni rumah ada yang menderita DBD maka virus tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya melaui gigitan nyamuk Aedes aegypti Penelitian ini sesuai dengan Roose (2008) yang menyatakan ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya 5m dengan tetangga sebelah dengan rumah yang berjarak >5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Umur Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian, hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Meskipun DBD mampu dan terbukti menyerang tubuh manusia dewasa, namun lebih banyak kasus ditemukan pada pasien anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti menggigit pada siang hari. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Hefeni, (2005) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita DBD berada pada kelompok umur 5-14 tahun. Jenis kelamin Jenis kelamin pada analisa bivariat tidak berhubungan dengan kejadian DBD tetapi pada analisa multivariat berhubungan dengan penyakit DBD. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari mereka yang menderita DBD sebanyak 107 (53,5%) responden yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut analisa peneliti di daerah Kabupaten Rokan Hulu ini banyak laki-laki yang bekerja di kantoran sehingga memungkinkan dia untuk terkena DBD. Kesimpulan 1. Ada 6 faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DBD dan hubungan tersebut bermakna secara statistik yaitu: variabel tempat penampung air, ketersediaan tutup penampung air, frekuensi pengurasan penampung air, kepadatan rumah, umur, jenis kelamin. Sedangkan variabel pendidikan dan kebiasaan menggantung pakaian tidak berhubungan dengan kejadian DBD. 2. Faktor risiko yang paling dominan untuk terjadinya DBD adalah kepadatan rumah. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu Dari kejadian yang ditemukan di lapangan, sebaiknya pihak instansi RSUD Kabupaten Rohul lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala dan menggalakkan program 3M Plus di lingkungan sekitar, sehingga dapat dijadikan sebagai monitoring. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kegiatan 3M Plus dan pelaksanaan PSN DBD Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 153

secara mandiri dan teratur sesuai standar agar dapat mengurangi keberadaan jentik dan masyarakat harus lebih memperhatikan perilaku kebiasaan menggantung pakaian, karena nyamuk itu menyukai benda yang menggantung seperti pakaian. Dengan melaksanakan dan merubah kebiasaan tersebut maka penularan penyakit DBD dapat ditekan. 3. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga diharapkan dapat memperkuat keputusan yang akan diambil. Daftar Pustaka Depkes RI, (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue DiIndonesia. Jakarta Dinkes Kab. Rohul. (2010). Profil Dinkes Kabupaten Rokan Hulu. Pasir Pengaraian Dinkes Kab. Rohul. (2010). Laporan Kegiatan Program P2 Dinkes Kabupaten Rokan Hulu. Pasir Pengaraian Fathi, dkk. (2005). Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Juli 2005: 1-10 Hefeni, (2005). Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Samarinda. Tesis Program Pasca Sarjana Unhas. Makssar. Roose, A. (2008). Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Tesis. Universitas Sumatra Utara. Medan RSUD Kab. Rohul, (2010 a ). Rekam Medik RSUD Kabupaten Rokan Hulu. Pasir Pengaraian RSUD Rohul, (2010 b ). Profil Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu. Pasir Pengaraian Sumekar DW. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes di Kelurahan RajaBasa. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Unila. Sutaryo. (2005). Dengue. Yogyakarta: Medika FK UGM Wati, WE. (2009). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta. WHO. (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Terjermahan dari WHO Regional Publication SEARO No.29 : Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta : Depkes RI. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 1, No. 3, November 2011 Page 154