BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. rencanakan, baik itu tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, perusahaan profit oriented maupun non-profit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pratama Ilham Safitrie B

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat manajemen yang digunakan untuk mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. penugasan pemerintah dibidang ketenaga listrikan dalam rangka menunjang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah, menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

Nama : Ni Ketut Ayu Mike Ratnasari NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sikap bertanggung jawab merupakan syarat mutlak berjalannya suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha bersaing dengan ketat. Bagi perusahaan, hal itu merupakan suatu

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DALAM KAITAN PENCAPAIAN LABA PADA PERUM PEGADAIAN CABANG AMPENAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali manajemen puncak

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia mulai. mengalami kemajuan yang cukup pesat, terutama dalam bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pelaksanaan anggaran pada instansi vertikal diatur oleh Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada saat ini mulai bergerak dengan pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah. Adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam perusahaan, dimana perusahaan harus mampu menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Jika pemisahan fungsi organisasi telah terjadi maka kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. juga terdapat gambaran secara umum maksud dan arah penelitian yang akan dilakukan.

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian, Tujuan dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I. PENDAHULUAN. individu dan organisasi yang bertentangan satu sama lain dan bahwa adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kemajuan suatu bangsa dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan untuk menjadi lebih baik dalam memperoleh laba. Untuk memperoleh

PENDAHULUAN BAB I. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dalam dunia usaha yang pesat pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berjalan demikian pesat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha Indonesia agaknya sudah melalui masa trauma pasca krisis

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan harta gerak dengan jaminan sistem gadai sehingga bank ini pada

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Adanya partisipasi

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang pusat industrinya sangat banyak, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam berbagai organisasi, lembaga, instansi atau perusahaan, memerlukan

Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Dan Realisasinya Sebagai Alat Penilaian Kinerja Perusahaan Pada PT Taspen (Persero) KCU Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Halim, dkk. (2005;6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi saat ini pada perusahaan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Misi Perjan Pegadaian tersebut adalah meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah melalui penyediaan dana berdasarkan hukum gadai secara inovatif yaitu dengan memberikan pinjaman yang produktif dalam arti bahwa pinjaman dapat dijadikan modal untuk usaha dan mencegah adanya praktik riba, pegadaian gelap, pinjaman tidak wajar, dan ijon yang memberatkan masyarakat. Pemberian pinjaman oleh pegadaian telah dirasakan manfaatnya, tidak hanya oleh masyarakat golongan ekonomi lemah melainkan sudah merambah ke masyarakat ekonomi menengah ke atas yang bertempat tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pegadaian, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 tahun 1990 tertanggal 10 april 1990, merubah bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi Perusahaan Umum Pegadaian. Perubahan bentuk perusahaan pegadaian ini mempunyai konsekuensi terhadap perubahan lain yang mendasar diantaranya : 1. Perum Pegadaian mempunyai fungsi ganda, disamping pelayanan kepada masyarakat, juga berfungsi untuk mencari keuntungan 2. Organisasinya didasarkan pada desentralisasi 3. Penurunan suku bunga 4. Penambahan pagu kredit 5. Perubahan struktur modal 6. Tahun buku Sebagai lembaga keuangan bukan bank, perum pegadaian memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman

jangka pendek dan sekaligus bertujuan memupuk keuntungan dengan memanfaatkan segenap potensinya berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan. Modal Pegadaian semula berasal dari pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun sekarang struktur modalnya berubah menjadi : (1) modal asing yang terdiri dari : (a) APBN maupun laba yang dicadangkan sebelum berbentuk perum; (b) Pinjaman dari BRI; dan (2) Modal sendiri, yang terdiri dari : (a) Saldo laba (retained earning); dan berbagai macam cadangan. Pengelolaan dana pada kantor cabang didasarkan pada prinsip-prinsip Manajemen uang Kas/tunai (Cash Management). Dengan prinsip ini, diharapkan dana yang tertanam tidak terlalu besar, atau tidak banyak dana yang menganggur dan dana tidak terlalu sedikit, sehingga tidak mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan Direksi, agar pengelolaan keuangan perusahaan benar-benar efektif dan efisien. Untuk mendayagunakan segenap personilnya, Direksi Perum Pegadaian melalui Keputusan No. 1095/SPM,200322/2004 tertanggal 24 April 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Umum Pegadaian menetapkan tentang struktur organisasi dari Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan Kantor Cabang Perum Pegadaian. Dengan struktur organisasi ini dapat diketahui secara jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian atau personil serta hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan pula bahwa perum pegadaian dengan organisasinya yang didesentralisasikan telah memberi wewenang pada Kantor Wilayah untuk menyusun anggaran tahunan yang mencakup anggaran cabang-cabang dalam wilayahnya. Perubahan perusahaan dari Perjan menjadi Perum Pegadaian, serta dengan organisasi yang di desentralisasikan dimaksudkan agar setiap unit organisasi dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien, sehingga kinerja yang diharapkan dari setiap manajer pada setiap unit organisasi dapat dicapai atau ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan kinerja ini, Perum

Pegadaian telah melakukan beberapa cara, diantaranya: (1) Melibatkan para manajer Kantor Cabang dalam penyusunan anggaran. Dilibatkannya manajer Kantor Cabang Perum Pegadaian dalam penyusunan anggaran karena secara operasional para manajer inilah yang bertanggung jawab dalam pecapaian laba perusahaan melalui realisasi pendapatan dan pengendalian biaya-biaya yang terjadi pada unit organisasinya masingmasing. (2) Merumuskan berbagai prosedur pengembalian keputusan organisasi yang terkait dengan anggaran. Berhasil atau tidaknya upaya Perum Pegadaian tersebut sangat dipengaruhi oleh bagaimana persepsi para manajer mengenai keterlibatannya dalam penyusunan anggaran, dan bagaimana persepsi para manajer atas keadilan atau kelayakan prosedurprosedur yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan organisasi yang terkait dengan anggaran. Tingkat keterlibatan atau partisipasi para manajer Kantor Wilayah Perum Pegadaian pada Kantor Wilayah Bandung dalam penyusunan anggaran diharapkan akan semakin memperjelas pada sasaran atau tujuan anggaran unit organisasi yang dipimpinnya atau menjadi tanggung jawabnya. Hal ini dikarenakan partisipasi manajer dalam menyusun anggaran memungkinkan terjadinya pertukaran informasi antar berbagai pihak dalam organisasi sehingga akan menghasilkan informasi yang relevan untuk mendukung kelancaran pekerjaan mereka. Disamping itu keterlibatan manajer Kantor Wilayah akan lebih membantu proses pengambilan keputusan dalam organisasi dikarenakan para manajer lebih memahami unit organisasi yang dipimpinnya tersebut. Kondisi inilah yang akan berdampak pada peningkatan komitmen para manajer Kantor Wilayah dalam upayanya mencapai atau meningkatkan kinerjanya. Konsep informasi akuntansi pertanggung jawaban meliputi informasi mengenai aktiva dan pasiva, pendapatan dan biaya, yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap pusat pertanggung jawaban tertentu. Manajer suatu pusat pertanggung jawaban

mempunyai wewenang untuk mengelola aktiva dan pasiva, pendapatan dan biaya yang berada dalam unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan struktur organisasi, maka wewenang untuk mengelola pusat pertanggung jawaban ini didelegasikan oleh manajer tingkat pusat, kepada manajer tingkat bawahnya, dan pendelegasian wewenang ini menuntut manajer pada tingkat bawah untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan kewajiban tersebut kepada manajer atasannya. Untuk dapat mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan kewajibannya, manajemen yang berada pada tingkat yang lebih rendah harus mengetahui dengan jelas wewenang apa yang di delegasikannya kepadanya oleh atasannya. Dengan demikian pengarahan dan penjelasan dari atasan kepada bawahannya sangat diperlukan, agar tidak terjadi penyimpangan dari apa yang diharapkan oleh manajer tingkat atas. Anthony dan Govindarajan (2003), mengemukakan bahwa proses penyusunan anggaran dan pengendalian serta operasional usaha terkandung aspek perilaku manusia. Anggaran pada dasarnya merupakan hasil proses dari negosiasi antara manajer unit atau pusat pertanggung jawaban dengan atasannya untuk menetapkan sasaran dan tindakan yang harus dilakukan. Dengan demikian, persoalan kritis dalam penganggaran terletak pada aspek perilaku manusia yang terkandung dalam anggaran. Proses perencanaan dan pengendalian anggaran serta operasional usaha pada dasarnya proses penetapan peran (Role Setting) bagi para manajer dalam jenjang organisasi untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan kewajibannya. Anggaran yang telah disusun, disamping merupakan rencana yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan, juga merupakan alat pengendalian yang efektif untuk pelaksanaannya, sehingga bila terjadi penyimpangan dari

rencana yang telah digariskan dapat dengan segera diketahui siapa yang harus bertanggung jawab dan segera dilakukan tindakan koreksi. Untuk tujuan pengendalian, sesuai dengan ide pokok akuntansi pertanggung jawaban bahwa setiap manajer harus bertanggung jawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada di bawah pengendaliannya, maka anggaran harus disusun untuk setiap peringkat manajemen dalam organisasi. Dalam laporan realisasi kerja, anggaran setiap pusat pertanggung jawaban dibandingkan dengan realisasinya sehingga dapat ditentukan prestasi manajer pusat pertanggung jawaban. Selama periode aktual, pencatatan dilakukan terhadap sumber daya yang digunakan dan pendapatan yang diperoleh. Data yang dicatat kemudian di klasifikasikan menurut pusat pertanggung jawaban, digunakan untuk menilai prestasi manajer dengan cara membandingkan anggaran. Peran manajer dalam perencanaan dan pengendalian anggaran serta operasional usaha, adalah dilakukan sesuai prinsip bottom up-top down yaitu setiap manajer unit organisasi membuat dan mengajukan rancangan anggaran masing-masing kepada panitia anggaran dengan mempertimbangkan berbagai sumber ekonomi yang ada, kemudian digabungkan dan diselaraskan dengan kesepakatan dan persetujuan bersama. Proses pencapaian kesepakatan dan persetujuan ini menjadikan ada tidaknya perubahan anggaran setiap unit, untuk itu harus dikomunikasikan kepada unit yang bersangkutan. Nampak disini bahwa keterlibatan manajer dalam penganggaran dimulai sejak mendisain (merancang) anggaran pusat pertanggung jawaban masing-masing, sampai pada pelaksanaannya serta pengendaliannya. Dengan demikian melalui partisipasi dalam penganggaran para manajer operasional yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusunnya akan mempunyai tanggung jawab dengan

konsekuensi moral untuk meningkatkan kinerjanya sesuai yang ditargetkan dalam anggaran. Konsep dan pengukuran komitmen terhadap tujuan merupakan aspek kunci dari teori goal setting. Menurut teori ini komitmen pada tujuan merupakan komitmen individu untuk mencapai tujuan. Komitmen memberikan efek motivasional bagi individu untuk mencapai tujuan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Murray (1990) dan Wentzel (2002), menemukan bukti bahwa komitmen pada tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Kinerja adalah tingkat keberhasilan individu atau manajer dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam rencana penelitian ini, manajer yang menjadi objek penilaian kinerja adalah Manajer Kantor Wilayah Perum Pegadaian sebagai manajer pusat laba. Sebagai manajer pusat laba, manajer ini bertanggung jawab atas pencapaian laba pada unit organisasi yang dipimpinnya. Karena laba adalah perbedaan antara pendapatan dengan biaya, maka kinerja mereka juga dapat diukur dari besarnya pendapatan dan biaya yang mampu direalisasikannya (Hansen dan Mowen, 2003; Anthony dan Govindarajan, 2003). Memperhatikan uraian sebelumnya, mengenai penganggaran partisipatif telah menimbulkan pertanyaan, apakah variabel tersebut memiliki manfaat terhadap anggaran sehingga dapat mempengaruhi kinerja manajer. Selain daripada itu apakah variabel tersebut satu sama lain saling mempengaruhi dan menunjang terhadap prestasi manajer. Begitu pula halnya dengan komitmen para manajer pada tujuan anggaran yang akan mempengaruhi kinerja mereka. Sehubungan dengan itu, hubungan timbal balik serta saling mempengaruhi antar faktor ini, dalam penelitian ini akan diuji apakah variabel tersebut memiliki manfaat terhadap kinerja manajer dalam mencapai target anggaran pada pusat pertanggung jawaban yang dipimpinnya.

Dari variabel-variabel tersebut dapat dikemukan sebagai berikut : Bagi Perum Pegadaian penelitian ini layak dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan komitmen para manajer dalam mencapai sasaran/tujuan anggaran pada unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga prestasi manajer Kantor Wilayah sebagai pusat pertanggung jawaban pusat laba dapat tercapai. Pencapaian kinerja pada setiap Kantor Wilayah adalah sangat penting, karena selain digunakan untuk memenuhi kewajiban pihak ketiga, juga dapat digunakan untuk memberikan bonus atau untuk membuka Kantor Cabang Pegadaian yang baru. Dengan semakin banyaknya Kantor Cabang Perum Pegadaian, diharapkan peran Perum Pegadaian itu berfungsi untuk memberantas atau setidaknya mempersempit ruang gerak berbagai bentuk praktik pegadaian gelap yang memberatkan masyarakat dan dalam kenyataannya masih terus beroperasi dapat tercapai, juga dimaksudkan agar peran Perum Pegadaian dalam rangka membantu progam pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah ke bawah dapat lebih berhasil. Topik serupa pun pernah diteliti sebelumnya pada tahun 2009 oleh Noto Pamungkas dengan judul Pengaruh Penganggaran Partisipatif Dan Keadilan Prosedural Terhadap Komitmen Pada Tujuan Anggaran Dan Kinerja Manajer. (Survei pada Perum Pegadaian Kanwil Bandung, Semarang, dan Surabaya) Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, penulis ingin mengetahui manfaat penganggaran partisipatif tersebut apakah dapat mempengaruhi komitmen serta dapat meningkatkan kinerja. Oleh karena itu penulis ingin meneliti sejauh mana tingkat signifikansi efektifitas peranan anggaran dan manfaat dari penganggaran partisipatif tersebut serta bagaimana pengaruhnya terhadap komitmen pada kinerja manajer. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitan dengan judul :

Manfaat Penganggaran Partisipatif Terhadap Komitmen Pada Peningkatan Kinerja Manajer (Survey Pada Perum Pegadaian Kanwil Bandung). Berdasarkan latar belakang sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya mengenai manfaat pengganggaran partisipatif serta pengaruhnya terhadap komitmen pada kinerja manajer, dapat dirumuskan tema sentral sebagai berikut: Walaupun belum jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajer, namun terdapat kecenderungan awal bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh terhadap komitmen pada kinerja manajer dan apa manfaat dengan adanya penganggaran partisipatif tersebut. Demikian pula penganggaran partisipatif serta komitmen berpengaruh terhadap kinerjanya. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas penerapan penganggaran partisipatif pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Bandung. 2. Seberapa besar manfaat penganggaran partisipatif terhadap komitmen untuk peningkatkan kinerja manajer. 1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerapan penganggaran partisipatif pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Bandung. 2. Untuk mengetahui manfaat penganggaran partisipatif terhadap komitmen untuk peningkatan kinerja manajer.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat berguna : 1. Bagi Penulis Dapat memberi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai teori dan pelaksanaan penganggaran partisipatif dan apa manfaat penganggaran partisipatif terhadap komitmen kinerja manajer serta inipun bertujuan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana strata- 1 di Fakultas Ekonomi ( Program Studi Akuntansi ) Universitas Widyatama. 2. Bagi Perusahaan Umum Pegadaian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Perum Pegadaian yang berada di Kantor Pusat Maupun Kantor Wilayah dalam menetapkan berbagai kebijakan operasional yang berhubungan dengan sumber daya manusia, terutama kepada para individu (manajer) yang terlibat di dalam penyusunan dan pelaksanaan penganggaran, sehingga kinerja bisa optimal benarbenar diberikan kepada organisasi. 3. Bagi Pihak Lain Dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan rujukan dan referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang berkaitan baik yang bersifat lanjutan, melengkapi, atau menyempurnakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Kegiatan bisnis yang telah berkembang dengan baik dan semakin luas aktivitas usahanya, biasanya bekerja berdasarkan rencana yang telah disusun secara matang. Agar rencana yang telah disusun secara matang tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu dituangkan ke dalam berbagai program, yang selanjutnya secara kuantitatif disusun ke dalam anggaran perusahaan. Dengan demikian anggaran berisi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama periode waktu tertentu sebagai pedoman kegiatan organisasi dan menunjukan tujuan operasi.

Anggaran disusun oleh komisi anggaran, yang anggotanya terdiri dari para manajer yang bertanggung jawab atas segala aktivitas yang terjadi di unit organisasi perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya masingmasing. Disamping berfungsi sebagai alat perencanaan, anggaran juga merupakan bagian integral dari sistem pengendalian organisasi. Pengertian efektivitas menurut Supriyono(1989 : 27), yaitu : Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggung jawaban dengan tujuan.sedangkan menurut Anthony,Dearden, dan Bedford yang di alih bahasakan oleh Agus Maulana (1992:203) adalah sebagai berikut : Efektivitas merupakan salah satu aspek penilaian prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas selalu berkaitan dengan tujuan perusahaan. Suatu pusat pertanggung jawaban atau unit organisasi dapat dikatakan efektif sejalan dengan kontribusi yang diberikan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Artinya, semakin besar kontribusi keluaran suatu unit organisasi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, semakin efektif pula kegiatan unit organisasi tersebut. Karena sasaran maupun keluaran dari suatu unit kerja seringkali sulit sekali dikuantifikasikan, maka pengukuran efektif sulit pula untuk ditetapkan secara terinci. Oleh karena itu, sering kali tingkat efektivitas digambarkan dalam besaran yang kualitatif saja. Dalam penyusunan anggaran maupun pengendalian atas realisasinya, informasi akuntansi manajemen terutama informasi akuntansi pertanggung jawaban selalu diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh para manajer mengalokasikan berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di pusat-pusat pertanggung jawabannya serta seberapa jauh mereka telah mengimplementasikan rencana yang telah disusunnya. Dengan demikian informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan tolok ukur untuk mengevaluasi prestasi yang dicapai oleh para manajer melalui laporan realisasi anggaran yang telah disusunnya. Evaluasi terhadap kinerja para manajer ini dilakukan dengan membandingkan anggaran kegiatan yang

telah disusunnya dengan realisasi anggaran tersebut. Hasil perbandingan ini mungkin menimbulkan suatu perbedaan (penyimpangan). Penyimpangan yang signifikan (material) selanjutnya perlu dianalisis, untuk diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut, sehingga akan memudahkan pimpinan perusahaan untuk melakukan tindakan koreksi, agar perbedaan atau penyimpangan dari anggaran ini dapat dihilangkan atau minimal dapat dikurangi. Proses anggaran memiliki beberapa tipe (Chandra,2002), yaitu anggaran otoritatif (imposed atau authoritative budgets), anggaran konsultatif (consultative budgets), dan anggaran partisipatif (partisipatif budgets). Anggaran otoritatif menggunakan pendekatan top down, karena rencana dibuat oleh manajemen puncak untuk dijalankan oleh manajemen bawahnya. Dalam penyusunan anggaran konsultatif, manajer yang lebih rendah diajak untuk berdiskusi dalam peyusunan anggaran, namun keputusan tetap ditetapkan oleh manajemen puncak. Anggaran partisipatif melibatkan semua tingkat manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran. Masing-masing tipe anggaran tersebut memiliki aspek perilaku terhadap manajer, karena pendekatan yang digunakannya memberi pengaruh motivasional yang berbeda. Pengaruh motivasional yang ditimbulkan dalam anggaran otoritatif menyebabkan para manajer tingkat menengah atau bawah tidak merasa terikat secara moral karena bawahan hanya menerima rencana anggaran yang telah diputuskan oleh manajemen puncak. Anggaran konsultatif bersifat diskusi dan menampung aspirasi dari bawahan, namun dalam anggaran tersebut kadang aspirasi dari bawahan tidak dipakai karena manajemen puncak sudah memutuskan anggaran perusahaan, sedang bawahan hanya seolah-olah diberi keleluasaan untuk memberi usulan anggaran (pseudo participation). Anggaran patisipatif melibatkan semua tingkat manajemen. Keterlibatan semua tingkat manajemen dapat menumbuhkan motivasi untuk menjalankan anggaran, karena manajer ikut menyusun rencana serta memutuskan target anggaran perusahaan.

Anggaran partisipatif memiliki banyak aspek perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan serta kinerja manajer, karena melibatkan berbagai tingkat manajer untuk membuat keputusan anggaran. Keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran dapat meningkatkan komitmen manajer untuk menjalankan anggaran yang sudah disusunnya. Partisipasi mendorong manajer untuk mengidentifikasi tujuan, menerimanya dengan suatu komitmen dan bekerja agar dapat mencapainya. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Murray (1990); Shields dan Shields (1998); Chong dan Chong (2002); Yusfahningrum dan Ghozali (2005). Simpulan hasil penelitian mereka secara keseluruhan adalah partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif terhadap komitmen pada tujuan anggaran. Partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan kinerja manajer. Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral untuk menigkatkan kinerjanya sesuai dengan yang ditargetkan dalam anggaran. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Murray (1990); Kren (1992); Indriantoro (2000); Shields et al., (2000); Chong dan Chong (2002); Wentzel (2002); Yusfahnigrum dan Ghozali (2005). Kesimpulan hasil penelitian mereka secara keseluruhan adalah partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajer. Setiap organisasi tentunya mengharapkan agar anggaran yang telah ditetapkan pada unit organisasi atau pusat pertanggung jawaban dapat tercapai. Namun tercapai atau tidaknya tujuan tersebut akan sangat tergantung pada sejauh mana komitmen para manajer dalam memahami dan menginternalisasi sasaran-sasaran anggaran pada unit organisasi yang dipimpinnya.

Goal setting theory menyatakan bahwa sasaran yang spesifik dan dapat dicapai (attainable) akan meningkatkan kinerja, apabila sasaransasaran tersebut dapat diterima oleh individu-individu (Locke et al., 1981). Sasaran-sasaran tersebut akan berdampak pada arahan (direction) tindakan dan usaha (effort) individu-individu dalam durasi waktu yang lama. Selanjutnya dikemukakan, sasaran individu dapat dipandang sebagai tingkat kinerja yang ingin dapat dicapai oleh individu yang bersangkutan. Artinya, jika individu telah berkomitmen terhadap suatu tujuan atau sasaran, maka segala tindakan akan dipengaruhi oleh komitmen tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kinerjanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah fungsi utama dari pencapaian tujuan, dan komitmen pada tujuan anggaran merupakan alat untuk memprediksinya (Locke dan Latham, 1990; Wofford et al., 1992). Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Murray (1990); Chong dan Chong (2002); Wentzel (2002); Yusfahningrum dan Ghozali (2005). Kesimpulan hasil penelitian mereka secara keseluruhan adalah komitmen pada tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Skema Kerangka Pemikiran secara keseluruhan disajikan pada Gambar 1.1 Berikut: Penganggaran Partisipatif Komitmen pada Peningkatan Kinerja Manajer Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan penulis bersifat survei, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sample secara acak dari seluruh Kantor Cabang yang ada di kota Bandung ini sebanyak lima buah Kantor Cabang dan menggunakan data primer yang langsung didapat dari responden. Penelitian yang menggunakan metode survei memiliki ciri-ciri terkait dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu bersifat deskriptif dan juga verifikatif, informasi dikumpulkan dari responden yang ditentukan sebagai sampel dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data utama (Singarimbun dan Effendi, 1995). Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini dilakukan penulis bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis dengan cara : a. Wawancara : Yaitu salah satu cara memperoleh data dengan secara langsung mewawancara objek peneliti. b. Observasi : Yaitu Salah satu cara memperoleh data dengan secara langsung mengambil dari lapangan c. Kuesioner : Yaitu salah satu cara memperoleh data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada objek peneliti dengan secara tertulis

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahanbahan dari berbagai sumber dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik pembahasan untuk memperoleh dasar teoritis. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Umum Pegadaian Kantor Wilayah Bandung, sedangkan waktu penelitian yang digunakan sejak bulan September 2010 sampai dengan Selesai