ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan zat warna alami semakin

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. Pola hidup sehat masyarakat sangat terdukung oleh adanya makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kerupuk karak merupakan produk kering dari proses penggorengan,

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

Kuesioner Penelitian

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

Transkripsi:

ILMU GIZI INDONESIA pissn 2580-491X Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ifan Ripaldy 1, Agus Wijanarka 2, Natalia Desy Putriningtyas 1* Abstrak Latar Belakang: Cabai merah giling merupakan hasil penggilingan cabai segar dengan atau tanpa bahan pengawet. Pedagang sering menambahkan pewarna selain penambahan pengawet. Pewarna sintetis yang biasa ditambahkan dalam cabai merah giling misalnya orangered bahkan Rhodamin B. Rhodamin B ditambahkan ke cabai giling bertujuan untuk memperbaiki warna dan menutupi kekurangan karakteristik cabai yang jelek. Tujuan: Mengetahui kandungan Rhodamin B pada cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik. Penelitian dilaksanakan bulan Februari- Mei 2016 dengan sampel sejumlah 64 cabai merah giling yang didapatkan dari delapan pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang diambil 1x/minggu selama 5 minggu. Hasil: Terdapat 3 (4,68%) sampel positif mengandung zat warna Rhodamin B. Warna cabai merah yang berwarna oranye sebesar 7,81%, oranye merah sebesar 53,12%, oranye merah gelap sebesar 15,62%, merah cerah sebesar 15,62%, dan merah gelap sebesar 7,81%. Aroma menyengat cabai merah giling sebesar 95,31%, dan tidak berbau sebesar 4,68%. Kesimpulan: Terdapat kandungan zat warna Rhodamin B pada cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak (4,68%). Kata kunci: Rhodamin B; cabai merah giling; pasar tradisional PENDAHULUAN Cabai merah giling merupakan hasil penggilingan cabai segar dengan atau tanpa bahan pengawet. Cabai merah giling banyak dipilih karena praktis dan tidak memerlukan waktu lama dalam proses persiapan masakan. Cabai merah giling umumnya ditambahkan garam sampai konsentrasi 20% bahkan mencapai 30% (1). Garam dapat berfungsi sebagai pengawet. Pengawet lain yang biasa digunakan ialah asam atau natriumbenzoat. Pedagang sering menambahkan pewarna selain adanya penambahan bahan pengawet (2). Pewarna sering ditambahkan dalam cabai giling untuk memperbaiki warna merah cabai giling yang berkurang akibat penambahan bahan campuran. Pewarna yang digunakan dalam cabai merahgiling dapat berupa pewarna alami maupun pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa ditambahkan * Korespondensi: Prodi S-1 Ilmu Gizi, Universitas Respati Yogyakarta, Jl. Raya Tajem KM 1,5 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta, natalia.desy12@gmail.com 1 Prodi S-1 Ilmu Gizi, Universitas Respati Yogyakarta, Jl. Raya Tajem KM 1,5 Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta 2 Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta 10

dalam cabai merah giling misalnya orangered bahkan Rhodamin B.Orangered merupakan pewarna makanan sedangkan Rhodamin B sering ditambahkan pedagang dikarenakan murah dan mudah diperoleh serta digunakan untuk mem perbaiki kualitas warna pada makanan. Rhodamin B terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Rhodamin B banyak digunakan untuk pewarna kertas, wol dan sutra. Konsumsi Rhodamin B dalam jumlah besar dalam waktu singkat dapat menyebabkan gejala akut keracunan. Dosis toksik Rhodamin B adalah sebanyak 500 mg/kg BB. Rhodamin B yang ditambahkan pada makanan dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan yang ditandai dengan air kencing bewarna merah maupun merah muda. Rhodamin B yang terhirup dapat meng a- kibatkan gangguan kesehatan seperti terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Rhodamin B yang terkena kulit dapat menyebabkan iritasi seperti iritasimatayang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau oedem pada mata (3). Rhodamin B yang ditambahkan ke dalam cabai giling bertujuan memperbaiki warna agar lebih menarik selain itu dapat menu tupi kekurangan karakteristik cabai yang jelek. Penelitian yang dilakukan Hidayati me nyim - pul kan bahwa terdapat kandungan zat warna Rhodamin B sebanyak 20% pada cabai merah giling yang dijual di berbagai pasar Kota Yogyakarta (4). Hasil survei tanggal 23-24 Januari 2016 diketahui sebanyak 35 pasar tradisional berada dibawah pemerintahan Dinas Pasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah pasar tradisional yang menjual cabai merah gilingbasah sebanyak 8 pasar tradisional. Observasi yang dilakukan di lapangan ternyata menemukan bahwa beberapa cabai merah giling yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional dikabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki warna orange mencolok. Warna orange mencolok pada cabai merah giling basah ini cukup mencurigakan mengingat warna dasar cabai merah adalah merah.pemberian Rhodamin B pada cabai merah giling ini juga dapat mempengaruhi sifat fisik cabai merah giling. Peneliti tertarik untuk meneliti kandungan zat pewarna yang dilarang seperti Rhodamin Bpada cabai merah giling yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dapat mempengaruhi sifat fisik cabai merah giling. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Variabel independen pada penelitian ini adalah kandungan Rhodamin B dan sifat fisik (warna dan aroma) pada cabai merah giling yang dijual di pasar tradisionaldi Kabupaten Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah cabai merah giling sebanyak 64 sampel yang didapatkan dari delapan pasar tradisional di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu Februari- Mei 2016. Metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Identifikasi pewarna Rhodamin B dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sifat fisik yang meliputi warna dan aroma dilakukan secara subyektif di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan sampel cabai merah giling dilakukan 1x/minggu selama lima minggu. Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi sampel cabai merah giling yang diperoleh dari delapan pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa hasil pemeriksaan terhadap 64 sampel cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan sejumlah 3 (4,68%) sampel positif mengandung zat warna Rhodamin B. Sampel cabai merah giling positif Rhodamin B ini berasal dari pedagang yang menjual di pasar Sambilegi dan Pasar Sleman. Kandungan Rhodamin B terlihat dari pengukuran hasil KLT yang dibandingkan dengan standar Rhodamin B. Hasil pemeriksaan fisik yang meliputi warna dan aroma pada cabai merah giling dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa hasil pengamatan terhadap 64 sampel warna cabai merah giling, yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh warna cabai merah yang berwarna oranye sebanyak 7,81%, oranye merah sebanyak53,12%, oranye merah gelap sebanyak 15,62%, merah cerah sebanyak 15,62%, dan merah gelap sebanyak 7,81%. Berdasarkan Tabel 3 dapat ketahui bahwa sebanyak 95,31% cabai merah giling memiliki aroma menyengat dan tidak berbau sebanyak 4,68%.Tabel 4 digunakan untuk mengetahui sifat fisik warna cabai merah giling yang Tabel 1.Hasil Analis Kandungan Rhodamin B No Nama Pasar Sampel Kandungan Rhodamin B (N=64 ) Positif Negatif n % N % 1 Condong Catur Sampel-1 0 0 5 7,81 Sampel-2 0 0 5 7,81 2 Sambilegi Sampel-1 0 0 5 7,81 Sampel-2 0 0 5 7,81 Sampel-3 2 3,12 3 4,68 Sampel-4 0 0 5 7,81 3 Godean Sampel 0 0 5 7,81 4 Cebongan Sampel 0 0 4 6,25 5 Gamping Sampel 0 0 5 7,81 6 Prambanan Sampel 0 0 5 7,81 7 Sleman Sampel-1 1 1,56 4 6,25 Sampel-2 0 0 5 7,81 8 Tempel Sampel 0 0 5 7,81 Jumlah 3 4,68 61 95,31 12 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017

Tabel 2.Warna cabai merah giling No Nama Pasar/ Sampel 1 Condong catur Oranye Oranye merah Warna (N=64) Oranye merah gelap Merah cerah Merah gelap n % n % n % N % n % Sampel-1 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 Sampel-2 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 2 Sambilegi Sampel-1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 7,81 Sampel-2 0 0 0 0 5 7,81 0 0 0 0 Sampel-3 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 Sampel-4 0 0 0 0 0 0 5 7,81 0 0 3 Godean Sampel 0 0 0 0 5 7,81 0 0 0 0 4 Cebongan Sampel 0 0 4 6,25 0 0 0 0 0 0 5 Gamping Sampel 5 7,81 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Prambanan Sampel 0 0 0 0 0 0 5 7,81 0 0 7 Sleman Sampel-1 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 Sampel-2 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 8 Tempel Sampel 0 0 5 7,81 0 0 0 0 0 0 Jumlah 5 7,81 34 53,12 10 15,62 10 15,62 5 7,81 dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Cabai merah giling yang mengandung positif Rhodamin B sebanyak 3 sampel (4,68%) yaitu pasar Sambilegi sebanyak 2 sampel dan pasar Sleman sebanyak 1 sampel, sedangkan yang negatif mengandung Rhodamin B ada 61 sampel (95,31%). Tabel 5 digunakan untuk mengetahui hasil pengamatan sifat fisik aroma cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Cabai merah giling yang positif mengandung Rhodamin B memiliki aroma tidak berbau dan ditemukan sebanyak 3 sampel (4,68%) di Pasar Sambilegi dan Pasar Sleman sedangkan yang negatif mengandung Rhodamin B memiliki aroma bau menyengat sejumlah 61 sampel (95,31%). Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 13

PEMBAHASAN Rhodamin B Rhodamin B merupakan pewarna makanan terlarang yang sering ditemukan pada makanan. Rhodamin B merupakan zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau serta mudah larut dalam larutan warna merah terang berfluoresen. Rhodamin B sering di guna kan oleh pedagang dikarenakan harganya murah dan mudah diperoleh. Pangan yang mengandung Rhodamin B berdasarkan penelitian Endang (2008) diantaranya makanan ringan, terasi, kembang gula, biskuit, minuman ringan, cedol, manisan, dawet, bubur, gipang dan ikan asap. Produk yang terbanyak ditemukan mengandung Rhodamin B adalah cabai merah giling, kerupuk, terasi dan makanan ringan (5). Hasil penelitian terhadap 64 sampel cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui sebanyak 61 sampel (95,31%) tidak mengandung zat warna Rhodamin B dan sebanyak 3 sampel (4,68%) positif me ngandung zat warna Rhodamin B. Sampel cabai merah giling positif Rhodamin B ini berasal dari pedagang yang menjual di Pasar Sambilegi dan Pasar Sleman. Menurut Dinkes Jombang (2005), Rhodamin B merupakan zat warna sintesis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk Tabel 3. Aroma cabai merah giling Aroma (N=64) No Menyengat Tidak berbau Nama Pasar/ Sampel n % n % 1 Condong Catur Sampel-1 5 7,81 0 0 Sampel-2 5 7,81 0 0 2 Sambilegi Sampel-1 5 7,81 0 0 Sampel-2 5 7,81 0 0 Sampel-3 3 4,68 2 3,12 Sampel-4 5 7,81 0 0 3 Godean Sampel 5 7,81 0 0 4 Cebongan Sampel 4 6,25 0 0 5 Gamping Sampel 5 7,81 0 0 6 Prambanan Sampel 5 7,81 0 0 7 Sleman Sampel-1 4 6,25 1 1,56 Sampel-2 5 7,81 0 0 8 Tempel Sampel 5 7,81 0 0 Jumlah 61 95,31 3 4,68 14 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017

Tabel 4. Warna dan kandungan Rhodamin B pada cabai merah giling No Nama pasar Sampel Rhodamin B (+) Rhodamin B(-) 1 Condong Catur Sampel-1 - Oranye merah( 7,81% ) Sampel-2 - Oranye merah( 7,81% ) 2 Sambilegi Sampel-1 - Merah gelap (7,81%) Sampel-2 - Oranye merah gelap (7,81%) Sampel-3 Oranye merah (3,12%) Oranye merah( 4,68 %) Sampel-4 - Merah cerah (7,81 %) 3 Godean Sampel - Oranye merah gelap (7,81%) 4 Cebongan Sampel - Oranye merah (7,81%) 5 Gamping Sampel - Oranye (7,81%) 6 Prambanan Sampel - Merah cerah (7,81%) 7 Sleman Sampel-1 Oranye merah (1,56%) Oranye merah (6,25%) Sampel-2 - Oranye merah (7,81%) 8 Tempel Sampel - Oranye merah (7,81%) Jumlah 3 (4,68%) 61 (95,31%) Tabel 5. Aroma dan kandungan Rhodamin B pada cabai merah giling No Nama pasar Sampel Rhodamin B (+) Rhodamin B (-) 1 Condong Catur Sampel-1 - Menyegat (7,81%) Sampel-2 - Menyegat (7,81%) 2 Sambilegi Sampel-1 - Menyegat (7,81%) Sampel-2 - Menyegat (7,81%) Sampel-3 Tidak berbau (3,12%) Menyegat (4,68%) Sampel-4 - Menyegat (7,81%) 3 Godean Sampel - Menyegat (7,81%) 4 Cebongan Sampel - Menyegat (7,81%) 5 Gamping Sampel - Menyegat (7,81%) 6 Prambanan Sampel - Menyegat (7,81%) 7 Sleman Sampel-1 Tidak berbau (1,56%) Menyegat (6,25%) Sampel-2 - Menyegat (7,81%) 8 Tempel Sampel - Menyegat (7,81%) Jumlah 3 (4,68%) 61 (95,31%) Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 15

larutan berwarna merah terang berpendar. Kandungan Rhodamin B terlihat dari pengukuran hasil kromatografi lapis tipis yang dibandingkan dengan standar Rhodamin B (6). Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan peneliti sejenis sebelumnya (Hidayanti, 2015) yang menemukan bahwa sebanyak 20% pedagang cabai merah di kota Yogyakarta yang positif mengandung Rhodamin B. Penelitian yang dilakukan Tarwiyah pada tahun 2001 mengatakan bahwa cabai merah giling adalah hasil penggilingan cabai merah segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabai merah giling diberi garam sampai konsentrasi 20%, bahkan ada mencapai 30% (1). Pewarna sering di tambahkan dalam cabai giling untuk memperbaiki warna merah cabai giling yang berkurang akibat penambahan bahan campuran. Pewarna yang digunakan dalam cabai merah giling dapat berupa pewarna alami maupun pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa ditambahkan dalam cabai merah giling misalnya orangered bahkan Rhodamin B.Orangered merupakan pewarna makanan. Rhodamin B sering ditambahkan pedagang untuk memperbaiki kualitas warna pada makanan. Konsumsi Rhodamin B dalam jumlah besar dalam waktu singkat dapat menyebabkan gejala akut keracunan. Rhodamin B mengaki batkan iritasi pada saluran pencernaan dan me nimbulkan gejala keracunan yang ditandai dengan air kencing bewarna merah maupun merah muda. Rhodamin B yang terhirup dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti terjadinya iritasi pada saluran per nafasan. Rhodamin B yang terkena kulit dapat menyebabkan iritasi matayang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau oedem pada mata (3). Rhodamin B dapat menumpuk di jaringan lemak dan diserap pada saluran pencernaan serta memiliki ikatan kuat dengan protein. Kerusakaan pada hati terjadi akibat makanan yang mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Dosis toksik Rhodamin B adalah sebanyak 500 mg/kg BB. Paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati (7). Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluorensi seperti pewarna kertas dan tekstil seperti wol dan sutra (8). Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misal nya sirup, lipstik ataupun pemerah pipi. Pewarna ini dikenal dengan nama dietillaminophenol dan phatalicanchidria. Bahan ini sangat toksik bagi manusia. Sifat Fisik Cabai Merah Giling Berdasarkan pemeriksaan sifat fisik meliputi warna dan aroma sampel cabai merah giling yang mengandung kandungan Rhodamin B berwarna oranye merah sebanyak (4,68%) dan tidak berbau sebanyak (4,68%). Hal ini menunjukkan bahwa cabai merah giling yang mengandung Rhodamin B dapat mempengaruhi warna dan aroma cabai merah giling yang seharusnyaberwarna oranye merah dan memiliki aroma menyengat khas cabai. Sifat fisik dan kondisi bahan makanan dapat diamati dengan indera penglihatan, indera penciuman (aroma) dan dapat menilai perubahan bau makanan,indera peraba. Indera penglihatan merupakan sifat pertama yang diamati oleh konsumen pada bahan pangan atau makanan misalnya warna, bentuk, ukuran. Indera peraba dapat digunakan untuk menilai kondisi bahan makanan misalnya untuk tekstur, keras atau lunaknya makanan dan indera pengecap untuk mengidentifikasi bahan makanan tertentu yang mempunyai rasa khas (9). Sifat fisik suatu bahan pangan memegang peranan yang penting untuk mencari mutu standarisasi karena sifat fisik 16 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017

lebih mudah dan lebih cepat dikenali dan diukur daripada sifat fisik kimia, mikrobiologi dan fisiologi. Sifat fisik dapat diamati secara inderawi (10). Rhodamin B termasuk zat yang apabila diamati dari segi fisiknya cukup mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Di samping itu Rhodamin B juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang berfluorescen. Rhodamin B biasa digunakan dalam industri tekstil. Pada awalnya zat ini digunakan sebagai pewarna bahan kain atau pakaian. Rhodamin B sangat diperlukan oleh pabrik kertas maupun industri tekstil dikarenakan dapat menghasilkan warna- warna yang menarik (5). Rhodamin B sering digunakan sebagai pewarna makanan karena harganya relatif lebih murah daripada pewarna sintetis untuk pangan. Warna yang dihasilkan oleh Rhodamin B lebih menarik dan tingkat stabilitas warna nya lebih baik daripada pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabai merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan lain - lain. Ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B antara lain warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warna terlihat tidak homogen (rata), ada gumpalan warna pada produk, dan bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit (11). Rhodamin B yang ditambahkan ke dalam cabai giling bertujuan memperbaiki warna agar lebih menarik selain itu dapat menutupi kekurangan karakteristik cabai yang jelek. Penambahan zat pewarna pada makanan dilakukan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna dan menutupi perubahan warna selama penyimpanan. Penambahan zat pewarna Rhodamin B pada cabai merah giling terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun, berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker. Oleh karena itu Rhodamin B dinyatakan sebagai pewarna berbahaya dan dilarang penggunannya (4). Konsumsi Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi dikarenakan senyawa yang terkandung dalam Rhodamin B merupakan senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Struktur Rhodamin B mengandung klorin (senyawa halogen) sedangkan sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (11). KESIMPULAN Cabai merah giling yang memiliki kandungan Rhodamin B sebanyak 3 sampel (4,68%) yang dijual di pasar Sambilegi dan pasar Sleman dari delapan pasar tradisional yang menjual cabai merah giling di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemeriksaan fisik yang meliputi warna dan aroma cabai merah giling yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengandung Rhodamin B menunjukan warna oranye merah (4,68%) dan aroma tidak berbau (4,68%). SARAN 1. Bagi Masyarakat Masyarakat dalam memilih cabai merah giling yang baik yakni berwarna oranye merah dan beraroma menyengat. Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017 17

2. Bagi BBPOMDaerah Istimewa Yogyakarta BBPOM Daerah Istimewa Yogyakarta lebih meningkatkan pengawasan bahan pangan yang beredar di masyarakat dengan cara melakukan pengetesan di pasar-pasar bahan makanan terhadap kandungan Rhodamin B serta memberikan penyu luhan berkala terhadap pedagang mengenai pengetahuan tentang bahan makanan tambahan sintetik. DAFTAR PUSTAKA 1. Tarwiyah K. 2001. Cabe Giling Dalam Kemasan. Jakarta. www.aagos.ristek. go.id. Diakses tanggal 10 Deswember 2015. 2. Hardiansyah. 2003. Cara Pengawetan Cabe Merah. Jakarta. www.aagos.ristek. go.id. Diakses tanggal 10 Desember 2015. 3. Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Andi. Yogyakarta. 4. Hidayati, Sholihatil. 2015. Analisis Penggunaan Rhodamin B Pada Cabai Giling Basah Yang Dijual Di Pasar Kota Yogyakarta. Akademi Analis Farmasi Al- Islam. Yogyakarta. 5. Endang. 2008. Pewarna Tekstil Pada Makanan. Jakarta. www.aagos.ristek. go.id. Diakses tanggal 10 Desember 2015. 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. 2005. Rhodamin B. Jombang. www. dinkesjombang.com. Diakses tanggal 10 Desember 2015. 7. Joomla. 2009. Bahan Berbahaya Yang Dilarang Untuk Pangan. Jakarta. www. indonesia.go.id. Diakses tanggal 10 Desember 2015. 8. Djarismawati, dkk. 2004. Pengetahuan Dan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling Dalam Penggunaan Rhodamin B Di Pasar Tradisional Di DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. No. 1. Vol. 3. Hal 7-12. Tahun 2004. Jakarta. 9. Taek, E,Y. 2014. Pengaruh Variasi Pencampuran Tepung Pisang Tanduk (Musa Paradisiaca Formatypica) Terhadap Cake Ditinjau dari Sifat Fisik, Sifat Organoleptik dan Kadar Serat Pangan. Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta. 10. Soekarto, Suwarno.T. 1990. Dasar- Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor : IPB Press. 11. Kemenkes RI. 2013. Buletin Informasi Kefarmasian dan Kesehatan (Infarkes), Edisi VII, Desember 2013. Diakses 2 September 2016 18 Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 01, No. 01, Agustus 2017