BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial yang cukup besar. Industri rokok juga telah memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebiasan merokok di masyarakat kita sudah menjadi kebiasaan yang

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA TENTANG ISTINBATH HUKUM MEROKOK

DAMPAK EKONOMI FATWA MUI TENTANG HARAM MEROKOK TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus di sepanjang Jl. Slamet Riyadi Surakarta)

BAB V PENUTUP. maka sampailah pada kesimpulan sebagai berikut : 1. Adapun manfaat dari segi medis adalah merokok mengurangi resiko

Cigarette is a new problem that is not described directly in the law

STUDI KOMPARATIF FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH DAN BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA TENTANG ISTINBATH HUKUM MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pengetahuan mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anita Indriana, 2014 Wacana Polemik Pemberitaan Rokok dalam Harian Umum Kompas

BAB 1 PENDAHULUAN. lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya adalah perkok, maka

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

KMPLHK RANITA

MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN KUTAI TIMUR Sekretariat : Jl. Wahab Syahrani RT 45 Sangatta utara, Kab. Kutai Timur Telp /

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 11 Tahun : 2009 Seri : E

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan berbagai macam penyakit kanker dan penyakit kronis. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicoliana Tabacum, Nicoliana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsinya. Rokok secara definisi adalah silinder dari kertas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pelaksanaan praktik khitan perempuan sering kali disandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

PERNYATAAN KEASLIAN. Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, saya:

BAB I PENDAHULUAN. kemudian oleh para ulama besar dikembangkan menjadi beberapa sumber lagi

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat terlihat dari semakin banyaknya perusahaan baru dan jenis atau

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. dan konsumsi dalam masyarakat/ khalayak. yang menjual jasa pada pengusahan rokok.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat

BAB IV ANALISIS TERHADAP WAKAF BERJANGKA WAKTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I. Pendahuluan. munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur an dan Sunnah Nabi

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

Identifikasi Masalah. Pembahasan

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran Islam, salah satu aspek kehidupan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. Rokok memang menjadi suatu dilema hingga saat ini. Fakta yang ada

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masyarakat mengakui bahwa industri rokok telah memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang cukup besar. Industri rokok juga telah memberikan pendapatan yang cukup besar bagi negara. Bahkan, tembakau sebagai bahan baku rokok telah menjadi tumpuan ekonomi bagi sebagian petani. Namun di sisi lain, merokok dapat membehayakan kesehatan (dlarar), dan berpotensi terjadinya pemborosan (israf), dan merupakan tindakan tabdzir. Secara ekonomi penananggulangan bahaya rokok juga cukup besar. Menurut ahli kesehatan, rokok mengandung nikotin dan zat lain yang membahayakan kesehatan. Disamping kepada perokok, tindakan merokok dapat membahayakan orang lain, khususnya yang berada di sekitar perokok. Hukum merokok tidak disebutkan secara tegas oleh Al-Quran dan Sunnah Nabi. Oleh karna itu fuqohah mencari solusinya melalui ijtihad. Sebagaimana layaknya masalah yang hukumnya digali lewat ijtihad, hukum merokok diperselisihkan oleh fuqohah (Himpunan Fatwa MUI, 2002:196). Secara sosial, kebiasaan merokok tidak hanya membahayakan kesehatan si perokok aktif saja, melainkan juga mengancam kesehatan para perokok pasif, yaitu orang-orang yang berada disekitar perokok aktif sehingga turut menghirup berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam asap rokok. Bahkan berdasarkan hasil penelitian medis, tingkat resiko yang harus diderita oleh perokok pasif, jauh lebih besar dibandingkan resiko yang akan diderita oleh perokok aktif (Satiti, 2009: 45). 1

Menurut PP No. 81/1999 pasal 1 ayat (1), rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nikotiana tabacum, Nikotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nokotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Magku Sitopoe mengatakan bahwa merokok adalah memmbakar tembakau kemudian dihisap baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang telah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok (Umi, 2003: 20). Masyarakat merasa aneh dan ganjil dengan orang yang mengatakan bahwa rokok haram. Pro-kontra mengenai hukum merokok menyeruak ke publik setelah muncul tuntutan beberapa kelompok masyarakat yang meminta kejelasan hukum merokok. Masyarakat merasa bingung karena ada yang mengharamkan, ada yang meminta pelarangan terbatas, dan ada yang meminta tetap pada status makruh. Menurut sekretaris komisi Bahtsul Masail Diniyah Waqiiyah H M. Cholil Nafis bahwa hukum merokok adalah makruh. Kemudian Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.06/SM/MTT/III/2010 tentang hukum merokok bahwa merokok adalah haram. Dari uraian di atas penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul studi komparatif Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdatul Ulama tentang hukum merokok. 2

B. Penegasan Istilah Dalam penelitian ini penulis mengunakan beberapa kata kunci sebagai bentuk rumusan judul dalam skripsi ini. Agar tidak terjadi kerancuan dalam memaknainya, maka penulis mencoba memberikan penegasan batasan terhadap istilah yang digunakan dalam kajian ini, sebagai berikut: 1. Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi masalah-masalah keagamaan. Majelis ini dibentuk dan disahkan pada kongres Muhammadiyah XVII tahun 1928 di Yogyakarta, dengan KH.Mas Masur sebagai ketua yang pertama. Peran Majlis Tarjih adalah Bertanggungjawab mengambil keputusan ketarjihan, Mengembankan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam keislaman dan menampung aspirasi baru yang tumbuh dikalangan umat (Tim Lembaga Studi Islam, 2008: 97). Ada tiga macam produk tarjih (Tim Majelis Tarjih Dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2006: XII) yaitu: Putusan tarjih, fatwa, dan wacana. Putusan tarjih adalah putusan resmi Muhammadiyah dalam bidang agama bukan keputusan majelis tarjih dan mengikat organisasi secara formal. Fatwa adalah jawaban majelis tarjih terhadap pertanyaan masyarakat mengenai masalahmasalah yang memerlukan penjelasan dari segi hukum syari ah. Sesuai dengan sifat fatwa pada umumnya, fatwa majelis tarjih tidak mengikat baik terhadap organisasi maupun anggota sebagai perorangan. Wacana adalah gagasan atau pemikiran yang dilontarkan dalam rangka memancing dan menumbuhkan 3

semangat berijtihad yang kritis serta menghimpun bahan-bahan atau stoke ide mengenai berbagai masalah aktual dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan fatwa di sini adalah fatwa Majelis Tarjih tentang hukum merokok. Fatwa ini tertuang dalam fatwa no.06/sm/mtt/iii/2010. Memfatwakan bahwa hukum merokok adalah haram. 2. Fatwa Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Lembaga Bahtsul Masail Diniyah (lembaga masalah-masalah keagamaan) dilingkungan NU adalah sebuah lembaga yang memberikan fatwa-fatwa hukum keagamaan kepada umat Islam. Praktek bahtsul masail telah berlangsung sejak Nahdatul Ulama didirikan yakni 13 Robi Al-Tsani 1345 atau 21 Oktober 1926 M. waktu itu dilakukan siding Bahtsul Masail NU pertama kali. Sejarah Bahtsul Masail seiring dengan NU didirikan. Tugas bahtsul masail diantaranya adalah menghimpun, membahas, dan memecahkan masalah-masalah yang maukuf dan wakiiyah yang harus segera mendapatkan kepastian hukum (Rahmad ed, 2002: 3-6). Adapun yang dimaksud dengan fatwa disini adalah fatwa tentang hukum merokok. Keputusan tersebut disampaikan oleh ketua dan sekertaris komisi bahtsul masail pada Muktamar NU ke-32 Maret 2010 di Makassar. Memfatwakan bahwa hukum merokok adalah makruh. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalahnya adalah Mengapa istinbath hukum antara fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (BMNU) tentang hukum merokok berbeda? 4

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Mendeskripsikan perbedaan istinbath hukum antara Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama tentang hukum merokok. 2. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis antara lain sebagai berikut. Manfaat teoritis a. Masukan dan sebagai informasi, sehingga dapat bermanfaat di kalangan akademisi serta dapat mewarnai wacana di Fakultas Agama Islam Jurusan Syariah (Muamalah) dalam hal istinbath hukum merokok. b. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagai wujud pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hukum Islam Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi di kalangan akademisi kampus dan Fakultas Agama Islam tentang metode ijtihad dan pengambilan hukum tentang hukum merokok. b. Hasil penelitian ini dapat memperluas khazanah keilmuan keislaman terutama dalam bidang hukum Islam, bagi peneliti khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. 5

E. Kajian Pustaka Kajian tentang merokok telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut adalah: 1. Merokok Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Akibat Sosial Terkait Fatwa MUI Tentang Merokok Dengan Menggunakan Pendekatan Yuridis Komparatif Dan Yuridis Sosiologi. Penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh Juliarna pada tahun 2009, dalam penelitian ini Juliarna menyimpulkan bahwa perbandingan perbedaan hukum yang telah ada yaitu antara haram, makruh, dan mubah yang telah ditetapkan oleh para ulama tentang hukum merokok, serta membandingkan hukum yang telah ditetapkan oleh nash yang memiliki kesamaan illat terhadap hukum merokokdengan menggunakan metode istinbath berupa Qiyas. 2. Dampak Ekonomi Fatwa MUI Tentang Haramnya Rokok Terhadap Pedagang Kaki Lima (studi kasus di sepanjang jl. Selamet riyadi surakarta). Penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh Atika Umi Markhanah Zahra Ayyufi, pada tahun 2010, dalam penelitian ini Atika Umi Markhanah Zahra Ayyufi menyimpulkan bahwaakibat dari fatwa MUI terhadap pedagang kaki lima tentang keharaman merokok di tempat umum, bagi anak-anak, dan wanita hamil. Mengamati secara seksama ada atau tidaknya dampak ekonomi yang muncul terhadap pedagang kaki lima setelah adanya fatwa itu ditetapkan. 6

3. Studi Analisis Terhadap Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se- Indonesia MUI Tahun 2009 Tentang Hukum Haram Merokok Dalam Prespektif Hukum Islam. Penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh Afriyana pada tahun 2009, dalam penelitian ini Afriyana menyimpulkan bahwa bagaimana metode MUI dalam menetapkan fatwa dan juga melihat bagaimana keputusan ijtima ulama komisi fatwa se-indonesia III MUI tahun 2009 tentang hukum haram merokok dalam prespektif hukum Islam. 4. Gambaran Prilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki. Penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh Adisti Amelia pada tahun 2009. Dalam penelitian ini Adisti Amelia menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor penyebab remaja laki-laki itu merokok, serta membahas tahap-tahap awal seorang perokok dari mulai persiapan merokok, permulaan merokok, menjadi seorang perokok dan tahap mempertahankan perilaku merokok pada remaja khususnya remaja laki-laki. 5. Pengaruh Fatwa Muhammadiyah Tentang Haramnya Rokok Terhadap Konsumsi Rokok Warga Muhammadiyah (Studi Kasus Desa Pangkalan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang. Penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh Muhammad Abdul aziz pada tahun 2012. dalam penelitian ini Muhammad Abdul Aziz menyimpulkan bahwa pengaruh fatwa Muhammadiyah terhadap warga Muhammadiyah serta dampaknya terhadap konsumsi rokok serta melihat sejauh mana ketaatan warga Muhammadiyah khususnya warga sluke terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah. 7

F. Metode Penelitian Metode dalam penelitian yang digunakan untuk penulisan skripsi, diantaranya: 1. Jenis penelitian Penelitian dalam skripsi ini termasuk riset kepustakaan dikatakan demikian karna objeknya adalah dokumen (Hadi, 1997: 9). Riset kepustakaan ini dalam rangka untuk mencari data yang valid agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang penulis maksudkan serta pembahasan dan penganalisisan yang sistematis Disamping itu riset ini yang digunakan untuk mencari data dengan cara membaca dan memahami buku-buku yang menjadi dasar pembuatan penelitianini,sekaligus digunakan dalam penganalisisan yang berkaitan dengan permasalahan. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan berupa: a. Dokumentasi Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, notulenrapat, agenda dsb (Arikunto, 1996:234). Metode ini digunakan untuk mencari data tentang Fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama tentang hukum merokok. b. Wawancara Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang berkaitan dengan obyek penelitian, maka cara yang digunakan adalah Tanya jawab secara lisan berhadapan langsung dengan para responden, informasi ini bisa 8

berbentuk tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun yang akan diwawancarai adalah mereka yang berada di Muhammadiyah dan NU. 3. Sumber Data a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. (Marzuki, 2002: 55). Peneliti akan melakukan dan menggunakan data fatwa Tarjih Muhammadiyah dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama kemudian membandingkan alasan dan perbedaan istinbath hukum tentang hukum merokok. b. Data sekunder Selain menggunakan wawancara, penulis juga menggunakan pendapatpendapat tentang penjelasan fatwa dan juga menggunakan buku, jurnal ilmiah, internet atau referensi sekunder (penunjang) sebagai bahan tambahan untuk lebih memperjelas dalam melakukan penelitian terhadap masalah ini. 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistimatis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain (Neong, 1989: 171). Metode yang dipakai penulis dalam menganalisis data adalah: 9

a. Metode deduktif adalah cara berpikir dimana dari pertanyaanpertanyaan yang bersifat umum ditaarik kesimpulan yang bersifat khusus b. Metode induktif cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (Suriasumantri, 1998: 49) c. Komparatif, adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam prilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, telah diamati bahwa kelompok berbeda pada variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut (Emzir, 2010: 119). G. Sistematika Penulisan Rangkaian penulisan skripsi ini di susun dengan mengunakan uraian yang sistimatis untuk mempermudah proses pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun wujud dari susunan sistimatikanya adalah sebagai berikut. Bab I berupa Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Pengegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematiak Penulisan dan Daftar Pustaka. Bab II akan membahas Landasan Teori yang terdiri dari: Pengertian Ijtihad, Landasan Berijtihad, Syarat-Syarat Ijtihad, Kawasan Ijtihad, Tingkatan 10

Ijtihad, Macam-Macam Ijtihad Ijtihad Intiqai Atau Ijtihad Tarjihi, Ijtihad Insyai, dan Ijtihad Komparatif (perbandingan) Bab III Hukum Merokok Menurut MTT dan BMNU akan membahas Dasar-Dasar Penetapan Hukum Menurut MTT, Sumber Hukum menurut MTT, Metode Penetapan Hukum, Pendekatan, Tehnik Penetapan Hukum. Hukum Merokok Menurut MTT, Sumber Hukum Fatwa MTT tentang hukum merokok, Metode Penetapan Fatwa, Pola Penetapan Hukum Menurut BMNU, Al-Qur an dan As-Sunnah dalam Prespektif NU, Ber-Mahzab dalam prespektif NU, Pendekatan Kaidah Fiqhiyyah dan Ushuliyyah, Metode Qawli, Metode Ilhaqi, Metode Manhaji, Hukum Merokok Menurut BMNU, Sumber Hukum Fatwa BMNU tentang hukum merokok, Metode Penetapan Fatwa. Bab IV merupakan Analisis Komparatif Perbedaan Istinbath Hukum, Metode Ijtihad MTT dalam Menetapkan Hukum Merokok, Metode Istinbath BMNU dalam Menetapkan Hukum Merokok, Sumber Hukum dalam Menetapkan Hukum Merokok, dalam Hal Merujuk Dalil, dalam Hal Metode Istinbath Hukum, dalam Hal Illat Hukum, serta Kelemahan dan Kekuatan Dalil. Bab V meliputi Kesimpulan, Saran serta Daftar Pustaka 11