I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksius yang sering terjadi pada manusia dan terdapat di seluruh dunia tanpa memandang usia, ekonomi, maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85. Riskesdas juga melaporkan angka prevalensi pengalaman karies penduduk umur 12 tahun di Indonesia adalah 36,1% dan skor DMFT adalah 0,91 (Depkes RI, 2008). Karies merupakan proses dinamik yang menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi. Proses demineralisasi tersebut antara lain disebabkan oleh Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinus dan Lactobacillus acidophilus. Ketiga mikroorganisme tersebut menginisiasi karies dengan memfermentasi kabohidrat dan menghasilkan asam, yang akhirnya dapat menyebabkan demineralisasi email dan dentin (Hahn dan Liewehr, 2007; Dawes, 1989). Timbulnya karies membutuhkan terapi restoratif. Tujuan terapi restoratif adalah untuk mengembalikan keadaan gigi baik dalam fungsi maupun estetika (Murray dkk., 2002). Pada tahap restorasi dilakukan preparasi gigi yaitu dengan menghilangkan jaringan gigi yang karies, kemudian kavitas hasil preparasi ditumpat dengan menggunakan bahan tumpatan seperti resin komposit dan Glass Ionomer Cement (Kidd dan Joyston-Bechal, 1991; Hartono dkk., 1989). 1
2 Pembersihan karies email atau dentin yang tidak sempurna saat preparasi akan menyisakan bakteri yang dapat berkembang biak dalam kavitas. Bakteri tersebut mampu menghasilkan toksin yang dapat berdifusi menuju pulpa sehingga menyebabkan iritasi dan inflamasi. Penggunaan bahan cavity cleanser yang mempunyai sifat antibakteri dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri yang tersisa pada kavitas (Hiraishi dkk., 2009). Cavity cleanser merupakan pembersih kavitas yang dapat menghilangkan debris, sisa dentin yang dipreparasi, darah, bakteri, serta denaturasi kolagen yang terbentuk karena preparasi gigi (Henry, 1982). Cavity cleanser yang ideal harus memiliki tingkat toksisitas yang rendah atau sama sekali tidak memiliki toksisitas terhadap sel pulpa (Lessa et al., 2010). Beberapa cavity cleanser yang biasa dipakai adalah hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ) 3%, NaOCl 3%, EDTA 15% dan chlorhexidine digluconate 2% (Agustin, 2005; Estrela dkk., 2003). Chlorhexidine merupakan bahan antimikroba rongga mulut berspektrum luas yang berefek terhadap bakteri Gram positif maupun negatif, jamur dan virus (Hiraishi dkk., 2009; Zanatta dkk., 2007). Terdapat beberapa jenis chlorhexidine, namun bentuk yang paling efektif adalah chlorhexidine digluconate. Aksi optimasi larutan chlorhexidine digluconate dapat dicapai pada kisaran ph 5,5 hingga 7,0 (Lessa dkk., 2010). Chlorhexidine digluconate dapat mencegah proses pertumbuhan mikroorganisme, membersihkan kavitas dari debris dan bakteri, serta mengurangi rasa nyeri akibat aktivitas bakteri (Mohammed, 2008; Zannata dkk., 2007). Chlorhexidine digluconate dapat masuk ke dalam tubuli dentinalis
3 dan memberikan efek antimikroba lebih lama pada konsentrasi rendah (Mohammed, 2008). Lessa dkk. (2010) menyatakan bahwa aplikasi chlorhexidine digluconate konsentrasi 0,06% maupun 2% sebagai cavity cleanser dapat mencapai pulpa. Penggunaan chlorhexidine digluconate pada kavitas pulpa terbuka tidak direkomendasikan karena bahan tersebut menimbulkan efek sitotoksik. Konsentrasi chlorhexidine digluconate yang lebih tinggi dapat memberikan efek sitotoksik yang lebih kuat terhadap pulpa meski telah dibilas dari permukaan gigi. Secara biologis dan dilihat dari perkembangannya, dentin dan pulpa mempunyai hubungan yang kompleks (Love dkk.,1996; Michelich dkk., 1980). Dentin merupakan jaringan vital yang tubulus dentinalisnya berisi perpanjangan sitoplasma odontoblas yang merupakan bagian dari pulpa. Oleh karena itu, dentin dianggap menyatu dengan pulpa karena kedua jaringan tersebut terikat satu sama lain (Kidd dan Joyston-Bechal, 1991). Kompleks dentin-pulpa mampu mempertahankan dirinya seperti halnya jaringan vital lain dalam tubuh. Reaksi pertahanan jaringan yang diakibatkan oleh material asing akan menimbulkan reaksi inflamasi. Reaksi tersebut bertujuan untuk memberikan pertahanan dengan mengaktivasi sel imunokompeten yang menginisiasi pengiriman dan akumulasi sel imun adaptif dan bawaan (Hahn dan Liewehr, 2007; Jontell dkk., 1998; Kidd dan Joyston-Bechal, 1991). Leukosit polimorfonuklear (PMN) dan makrofag merupakan sel yang berperan penting dalam sistem imunitas tubuh. Apabila terjadi jejas, PMN dan makrofag akan bermigrasi dari pembuluh darah menuju jaringan. Kedua sel
4 tersebut mempunyai kemampuan dalam fagositosis bakteri dan material asing. Leukosit polimorfonuklear tiba di tempat jejas sesaat setelah terjadi jejas lalu diikuti dengan makrofag untuk memfagosit PMN yang mati (Mayer, 2011; Hahn dan Liewehr, 2007; Carranza, 2006; Kent dan Hart, 1997). B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas timbul suatu permasalahan: Apakah aplikasi chlorhexidine digluconate 2% sebagai cavity cleanser dapat menyebabkan infiltrasi sel inflamasi pada pulpa gigi tikus Sprague dawley? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai chlorhexidine digluconate telah dilaporkan bahwa chlorhexidine digluconate konsentrasi 0,06% hingga 2% terbukti bersifat sitotoksik dan menyebabkan nekrosis pada odontoblast-like cells (Lessa dkk., 2010). Sejauh peneliti ketahui, belum ada penelitian mengenai efek chlorhexidine digluconate 2% sebagai cavity cleanser terhadap infiltrasi sel inflamasi pada pulpa gigi tikus Sprague dawley. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek chlorhexidine digluconate 2% sebagai cavity cleanser terhadap infiltrasi sel inflamasi pada pulpa gigi tikus Sprague dawley.
5 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan sumbangan informasi dasar ilmiah di bidang kedokteran gigi mengenai efek chlorhexidine digluconate 2% sebagai cavity cleanser pada pulpa gigi tikus Sprague dawley. 2. Memberikan informasi tambahan mengenai keamanan penggunaan bahan chlorhexidine digluconate 2% sebagai cavity cleanser.