BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

dokumen-dokumen yang mirip
4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

POLA ALIRAN DUA FASE (AIR+UDARA) PADA PIPA HORISONTAL DENGAN VARIASI KECEPATAN SUPERFISIAL AIR

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH TERHADAP KARAKTERISASI KOROSI BAJA BS 970 DI LINGKUNGAN CO2

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SCALE TREATMENT PADA PIPA DISTRIBUSI CRUDE OIL SECARA KIMIAWI

BAB III PROSEDUR ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR TABEL. 1. Tabel 3.1. Metoda penentuan tingkat kerawanan akibat thinning... 23

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE ( AIR - UDARA ) MELEWATI ELBOW 30 DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 60

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

BAB II LANDASAN TEORI. λ = f (Re, ε/d)... (2.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Pengaruh Variasi Sudut Water Injector Berbentuk Diffuser Terhadap Fenomena Flooding Pada Aliran Dua Fase Cair Udara Vertikal Berlawanan Arah

`BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

Analisa Data & Perhitungan

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

SIMULASI CFD ALIRAN ANNULAR

BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

Untuk mengetahui konsentrasi besi (total, Fe2+), maka dilakukan pengujian

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN DUA FASE AIR-UDARA MELEWATI ELBOW 75⁰ DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 15

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

KERUSAKAN REFRAKTORI

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

I.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN

Tugas Sarjana Teknik Material 2008 Data dan Analisa

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

PERNYATAAN. Yogyakarta, 17 Agustus Immawan Wahyudi Ahyar. iii

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

Pengaruh Variasi Diameter Injektor Konvergen Udara Terhadap Fenomena Flooding Dalam Aliran Dua Fase Gas-Cair Berlawanan Arah Pada Pipa Vertikal

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

Transkripsi:

iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis dan cuaca yang menimbulkan biaya tinggi. Perencanaan yang baik pada tahap perencanaan, pemilihan material, proses pembuatan dan pemasangan harus dilaksanakan dengan cermat untuk menghindari kegagalan pada saat peralatan beroperasi. Agar perancangan yang tepat dapat dilakukan perlu pemahaman tentang lingkungan dan fenomena aliran yang terjadi dari sumur. Tanpa memahami hal ini pemilihan material akan dilakukan dengan tidak tepat yang kemudian mengakibatkan kegagalan dari peralatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam gas bumi adalah kandungan CO 2 dan H 2 S. Kedua gas ini merupakan gas yang bersifat korosi terutama untuk sumur yang mengandung air. Sumur bawah laut SA-21 dikategorikan sumur basah, yaitu sumur yang mengandung gas alam, air dan minyak bumi. Terdapat 1.8% mol CO 2 dan 0% mol H 2 S dalam gas dari sumur SA-21 berdasarkan gas analysis pada tahun 2000 yaitu pada saat sumur di bor. Fenomena multi phase dan pengaruh dimensi sangat dominan dalam perhitungan pola aliran. 2.1 KOROSI YANG DISEBABKAN GAS CO 2 PADA BAJA Korosi yang disebabkan oleh gas CO 2 terjadi apabila adanya kontak gas CO 2 dengan air. Konsentrasi gas CO 2 yang terlarut di dalam air sebanding dengan tekanan parsial gas CO 2 dalam aliran gas bumi. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) Kelarutan gas CO 2 di dalam air juga tergantung kepada temperatur. Reaksi yang terjadi antara gas CO 2 yang terlarut dan air membentuk asam lemah karbonat. Asam karbonat tergolong asam yang lemah akan sedikit terurai menjadi bikarbonat dan ion H +.

v H 2 O + CO 2 H 2 CO 3 (2.3) H 2 CO 3 H + - + HCO 3 (2.4) Reaksi yang terjadi antara asam lemah karbonat dengan baja: Fe + H 2 CO 3 FeCO 3 + H 2 (2.5) 2.1.1 Perhitungan laju korosi Laju korosi yang terjadi tergantung kepada temperatur dan tekanan parsial gas CO 2 di dalam gas dan dapat dinyatakan dalam formula di bawah ini: 2320 Log(Vcorr) = 7.96 0.00555t + 0.67log(pCO 2 ) (2.6) (273 + t) Pengaruh temperatur terhadap laju korosi yang diakibatkan gas CO 2 pada baja dapat dilihat dari digram di bawah ini: [3] Gambar 2.1 Pengaruh temperatur terhadap korosi CO 2 Dari gambar 2.1 terlihat bahwa laju korosi mencapai harga maksimum pada temperatur antara 70~80 0 C. Produk korosi yang terjadi dapat berupa FeCO 3 atau Fe 3 O 4. Produk korosi ini bersifat melindungi terhadap laju korosi lanjutan dan sering disebut sebagai scaling temperature [3]. Pada temperatur diatas scaling temperatur maka laju korosi menurun. Kemampuan melindungi dari produk

vi korosi ini tergantung juga terhadap kandungan chloride, asam organik atau kecepatan aliran dari fluida kerja. Pola aliran fluida dan kecepatan fluida yang tinggi dapat mengikis lapisan produk korosi sehingga permukaan baja akan bereaksi kembali dengan lingkungannya, hal ini yang akan mengakibatkan berlanjutnya korosi secara terus menerus. 2.1.2 Pengaruh ph terhadap laju korosi Secara umum semakin asam lingkungan (ph semakin kecil) dengan tekanan CO 2 yang konstan laju korosi akan semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.2. [4] Gambar 2.2 Pengaruh ph terhadap korosi CO 2 Bikarbonat (HCO - 3 ) adalah buffering agent untuk menaikkan nilai ph atau dengan kata lain sebagai penetral dalam korosi aqua. 2.1.3 Pengaruh glycol dan methanol terhadap laju korosi Glycol dapat ditambahkan ke dalam aliran gas untuk mencegah terbentuknya hydrate. Jenis glycol yang sering dipakai adalah Di-ethylene Glycol (DEG) dan Triethylene Glycol (TEG). Fungsi glycol dalam aliran gas adalah : Menyerap air. Dengan berkurangnya air maka akan mengurangi terbentuknya asam karbonat yang merupakan hasil reaksi antara gas CO 2 dan air. Dengan berkurangnya asam karbonat maka akan mengurangi tingkat keasaman.

vii Bila bercampur dengan air akan berfungsi sebagai katalisator, yaitu menghalangi reaksi antara air dan dan gas CO 2 membentuk asam lemah bikarbonat. Pengaruh laju korosi dengan penambahan glycol dapat dilihat pada gambar diagram dibawah ini: [4] Gambar 2.3 Pengaruh konsentrasi glycol terhadap korosi CO 2 Dari diagram diatas terlihat penurunan laju korosi yang cukup tinggi dengan adanya penambahan glycol. 2.1.4. Pengaruh kecepatan fluida Kecepatan fluida berpengaruh terhadap laju korosi. Secara umum kecepatan fluida diatas 4 m/s menyebabkan terkikisnya lapisan oksida yang berfungsi sebagai lapisan pencegah korosi [6] sehingga lapisan baja langsung kembali berkontak dengan lingkungan dan proses korosi dapat berlanjut. Pengaruh dimensi dapat juga mempengaruhi kecepatan fluida yang terjadi. Belokan yang tajam dapat menjadi penyebab peningkatan kecepatan fluida. Kecepatan fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu laminar dan turbulance. Penggolongan aliran laminar dan turbulance dapat dilihat pada gambar grafik 2.4.

viii Gambar 2.4 Diagram aliran laminar dan turbulance [4] 2.1.5 Kriteria laju korosi Kriteria laju korosi dapat dikategorikan menjadi 6 kategori [10] yaitu outstanding, excellent, good, fair, poor dan unacceptable. Laju korosi dari enam kategori dapat dilihat pada table 2.1. Tabel 2.1 Kategori laju korosi [ 10] Kategori Laju Korosi Laju Korosi mpy Outstanding <1 Excellent 1-5 Good 5-20 Fair 20-50 Poor 50-200 Unacceptable 200 2.2 POLA ALIRAN Pola aliran dan jenis kandungan gas bumi berpengaruh terhadap system produksi minyak dan gas. Pola aliran dipengaruhi oleh kecepatan fluida dan geometri dari peralatan. Geometri dari peralatan dapat mengubah pola aliran yang sudah terjadi sebelumnya. Dimensi yang berpengaruh pada pola aliran dapat dibagi menjadi 2 yaitu aliran horisontal dan aliran vertikal.

ix 2.2.1 Aliran vertikal Pola aliran vertikal dapat dibagi menjadi 4 yaitu bubbly, slug, churn dan annular [4]. Gambar 2.5 Pola aliran vertikal [4] Pada aliran gas dengan laju aliran yang kecil gas cenderung untuk membentuk gelembung kecil (buble) dan tersebar di dalam aliran minyak dan air. Pola aliran dengan kriteria ini kita sebut dengan bubbly. Dengan bertambahnya laju aliran dari gas, gelembung-gelembung kecil akan bersatu dan membentuk gelembung besar yang akan membuat rongga di dalam pola aliran. Pola aliran dengan kriteria diatas kita sebut dengan slug. Gelembung besar ini disebut juga dengan Taylor Bubles. Dengan bertambahnya laju aliran gas dalam fluida gelembung besar akan pecah, pola aliran ini disubut churn. Pola aliran terakhir kita sebut dengan annular, pola aliran ini akan terjadi dengan bertambahnya laju aliran dari gas dalam fluida sehingga terdapat gelembung kecil pada bagian tengah fluida dalam bentuk cair pada dinding pipa. Dengan bertambahnya laju alairan gas, jumlah fluida yang berbentuk cair pada dinding pipa akan semakin berkurang. Apabila fluida cairan hanya minyak (hydrocarbon), lapisan minyak yang menempel pada dinding pipa akan memberikan lapisan pelindung terhadap korosi. Akan tetapi dengan kehadiran air akan membuat korosi pada pipa.

x 2.2.1 Aliran horisontal Pola aliran horisontal dapat dibagi menjadi 6 yaitu stratified, wave, bubbly, slug, mist dan annular [4]. Gambar 2.6 Pola aliran horisontal [4] Pola aliran stratified terjadi jika minyak dan air mengalir pada bagian bawah pipa dan gas mengalir pada bagian atas pipa. Pola aliran ini terjadi pada laju volume gas dan cairan yang kecil. Pada laju aliran gas yang lebih besar akan terbentuk pola aliran wave, gas masih tetap mengalir pada bagian atas pipa. Dengan bertambahnya laju aliran gas pada aliran wave maka akan terbentuk pola aliran slug. Pada aliran slug gas tetap mengalir pada bagian atas pipa. Pola aliran bubble adalah terbentuknya gelembung pada bagian atas pipa, terbentuk apabila kecepatan aliran gas hampir sama dengan laju aliran minyak dan gas. Pola aliran annular pada aliran vertikal dan horisontal memiliki persamaan kriteria. Pola aliran terakhir adalah pola aliran mist, pola aliran ini ditandai terjadinya gelembung-gelembung kecil secara merata pada cairan. Hal ini diakibatkan adanya kecepatan gas yang tinggi, sehingga gas tersebar merata di dalam cairan. Perbedaan antara pola aliran annular dan mist adalah adanya cairan yang mengalir sepanjang dinding pipa pada pola aliran annular. Pola aliran mist adalah pola aliran yang harus dihindari karena menyebabkan terjadinya impingement. Pengaruh impingement ini akan menyebabkan erosi pada peralatan, apabila ditambah dengan fluida kerja yang bersifat korosi maka akan terjadi korosi erosi. Pembagian pola aliran horisontal bergantung kepada besaran superficial gas velocity (X) dan superficial liquid velocity (Y). Formula untuk perhitungan kedua parameter dapat dilihat pada persamaan 2.7 dan 2.8.

xi X Y ρ ρ.72.4 62.4. σ G 0.2 L 0.25 G 0.2 = ( ) ( ) ( ) (2.7) 0.0808 ρ.72.4 62.4. σ μ 1.0 μ 0.018 L 0.25 L 0.2 = ( ) ( ) (2.8) Gambar 2.7 Pembagian pola aliran horisontal [6] Dengan mengetahui besaran superficial gas velocity (X) dan superficial liquid velocity (Y) dari formula 2.7 dan 2.8 maka jenis pola aliran dapat ditentukan dengan mem-plotkan pada gambar 2.6. Pembagian pola aliran pada gambar 2.6 berdasarkan kondisi transisi sesuai besaran pada table 2.2.

xii Tabel 2.2 Koordinat transisi pola aliran horisontal [6] 2.3 EROSI KOROSI Erosi korosi adalah penurunan mutu dari suatu material disebabkan adanya gabungan antara erosi dan korosi. Korosi disebabkan karena material berinteraksi dengan fluida yang bersifat korosi dan adanya erosi karena adanya kecepatan fluida. Erosi yang disebabkan oleh alira fluida menyebabkan pengikisan material. Pengikisan dapat disebabkan adanya partikel di dalam fluida kerja sebagai contoh pasir, garam, lumpur atau pengikisan dilakukan oleh cairan. Pengikisan yang dilakukan oleh partikel disebut mechanical assisted yang bersifat abrasive. Apabila di dalam fluida tidak terdapat partikel, fluida dalam bentuk cairan dengan kecepatan tinggi dapat pula mengikis permukaan baja. Fenomena ini kita sebut sebagai water impingement. Dalam API RP 14E Offshore Production Platform Piping System terdapat standar mengenai kecepatan minimal terjadinya erosi. Kecepatan minimal terjadinya erosi berlaku untuk erosi yang diakibatkan oleh partikel (mechanical assisted) dan oleh cairan (water impingement).

xiii V e c = (4.1) ρm 12409. S 1. P + 2.7. R. S g. P ρ m = (4.2) 198.7. P + R. T. Z c = 100 untuk operasi berkesinambungan dan murni cairan tanpa ada partikel c = 125 untuk operasi yang tidak berkesinambungan c = 150~200 untuk aliran yang menggunakan inhibitor dan CRA material (corrosion resistant alloy). S 1 = 0.887 (specific gravity rata-rata untuk air dan minyak) P = Tekanan gas absolute (psia) R = Perbandingan laju aliran gas dan liquid (minyak dan air), ft 3 /barrel S g = specific gas gravity T = Temperatur operasi, o R Z = Faktor kompresi gas 2.3.1 Mekanisme erosi korosi Dari gambar 3.7 terlihat erosi diawali dengan pengikisan bagian kecil dari permukaan metal yang terkikis akibat aliran turbulensi. Metal yang terkikis akan memberikan ruang bagi terbentuknya aliran turbulensi dengan demikian laju pengikisan material akan terus berlanjut dengan kecepatan yang lebih besar. Gambar 2.8 Mekanisme erosi korosi [7]