LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

KEPPRES 62/1996, PEMBENTUKAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA UNTUK KONFERENSI TINGKAT MENTERI ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

BAB I. A. Latar Belakang

Sedangkan tujuan dari Pengiriman Delegasi DPR-RI ke Ethiopia High Level Symposium antara lain sebagai berikut:

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)

AGENDA SIDANG THE 26 TH EXCOM MEETING

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10

PENDAHULUAN Pembicaraan pertanian di bawah proposal juga diajukan oleh negara-negara membangun komitmen pemerintah untuk

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

PERDAGANGAN SEBAGAI SEKTOR PENGGERAK TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS)

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Assalamu alaikum Wr.Wb.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

I. PENDAHULUAN. perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Pengantar Presiden RI pada Rapat Terbatas Bidang Perekonomian, di Jakarta, Tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013

BAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO

KP 424 KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN

Pantjar Simatupang LATAR BELAKANG

Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DARI KONFERENSI CANCUN, MEXICO (2003) - KE PERTEMUAN STOCKTAKING WTO (2010) : PERJUANGAN PANJANG NEGOSIASI PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 13/MENHUT-II/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEHUTANAN

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PELANTIKAN PENGURUS KAUKUS PEREMPUAN PARLEMEN REPUBLIK INDONESIA (KPP-RI) Periode

LAPORAN PENDAHULUAN STUDI ANTISIPASI GATT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

LAPORAN DELEGASI DPR RI DALAM RANGKA MENGHADIRI SIDANG AND INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) BAKU, AZERBAIJAN, MEI 2013

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

ISBN : PENYUSUNAN BAHAN ADVOKASI DELEGASI INDONESIA DALAM PERUNDINGAN MULTILATERAL

Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI KE NEGARA AUSTRIA TANGGAL NOVEMBER 2011

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

RENCANA KEGIATAN BKSAP TAHUN 2017

Selayang Pandang PTRI Jenewa, PBB, WTO di Jenewa

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional

TENTATIVE PROGRAM DELEGASI INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

Transkripsi:

2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN 2011

LAPORAN DELEGASI DPR RI KE ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 PENDAHULUAN 1. Konferensi Tahunan Antar Anggota parlemen Dunia mengenai WTO Tahun 2011 (Annual 2011 Session of the Parliamentary Conference on WTO) telah dilaksanakan pada tanggal 21 22 Maret 2011 di Kantor WTO Jenewa. Pertemuan dihadiri oleh 200 peserta yang mewakili 67 parlemen negara anggota dan peninjau. Delegasi DPR RI terdiri dari: 1) Bapak Ir. Satya W. Yudha, M.Sc (F-PG/Komisi VII) Ketua Delegasi 2) Bapak Ramadhan Pohan (F-PD/Komisi I) Anggota Delegasi 3) Bapak Ir. Arif Budimanta (F-PDIP/Komisi XI) Anggota Delegasi serta unsur PTRI Jenewa sebagai advisor. Pertemuan ini dimaksudkan sebagai wahana untuk meningkatkan pemahaman anggota parlemen mengenai perkembangan terkini perundingan Putaran Doha, sehingga dapat menjelaskan kepada konstituennya mengenai pentingnya Agenda Doha dan mendorong pemerintahnya masing-masing untuk menyelesaikan perundingan. JALANNYA PERSIDANGAN 2. Anggota IPU Executive Committee, Mr. Donald H. Oliver, dalam pidato pembukaannya menyatakan rasa terima kasihnya kepada Direktur Jenderal WTO, dimana WTO telah menunjukkan niat baiknya untuk membuka jalan untuk diskusi antara parlemen dengan para negosiator. Beliau menekankan bahwa sangat penting membina hubungan dengan konstituen sendiri mengenai isu-isu perdagangan dan menyambut hangat pertisipasi aktif negara-negara berkembang dalam konferensi tersebut, dimana hal ini menunjukkan bahwa negara-negara berkembang akan mengambil manfaat dari kesepakatan perdagangan global ini. 3. Annual 2011 Session of the Parliamentary Conference on WTO membahas 4 (empat) agenda yaitu: a. Multilateralism in the midst of the rising tide of bilateral and regional trade pacts b. Rebalancing the rules of the multilateral trading system in favour of the poor 2

c. Trade and Sustainable Development : from Collision to Cohesion d. Connecting to Society : Trade Policy-making in the Era of mass Communication 4. Terkait dengan agenda a, pertemuan membahas mengenai hubungan sistem perdagangan multilateral dan persetujuan perdagangan regional (Regional Trade Arrangement RTA) dan persetujuan perdagangan bilateral (Bilateral Trade Arrangement BTA). Secara umum para delegasi mengharapkan agar RTA dan BTA dapat saling melengkapi untuk mendukung (building block) pengembangan sistem perdagangan multilateral. Untuk itu, perlu dilakukan upaya harmonisasi provisi dalam RTA/BTA agar tidak bertentangan dengan sistem yang berlaku di WTO. 5. Dalam intervensinya, Delegasi yang diwakili oleh Bapak Ir. Satya W. Yudha, M.Sc menyampaikan : Pertama, mendukung agar segera diselesaikan Putaran Doha yang mana kita mengetahui bahwa kelambanan penyelesaian dikarenakan negara Amerika yang belum bersepakat. Untuk itu Anggota parlemen IPU diharapkan untuk ikut mendesak secara aktif masing-masing negara anggota IPU dalam penyelesaian Putaran Doha tersebut. Yang kedua, bahwa RTA/BTA merupakan suatu hal yang tidak terelakkan karena didorong oleh kepentingan politik, ekonomi dan geografis. Kecenderungan munculnya RTA juga disebabkan oleh lambannya proses perundingan multilateral. Untuk itu, perlu dilakukan assessment atas kompatibilitas RTA dengan sistem perdagangan dibawah WTO. WTO diharapkan mampu meningkatkan peran monitoring-nya sehingga RTA/BTA tersebut dapat mendorong pengembangan dan implementasi sistem perdagangan multilateral. 6. Agenda b, membahas mengenai perlunya perundingan Doha memperhatikan kepentingan serta kebutuhan negara berkembang dan negara miskin. Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan level of playing field (kemampuan yang sejajar) sehingga dapat mendorong terciptanya sistem perdagangan yang adil dan memenuhi kebutuhan pembangunan semua anggotanya. 7. Delegasi DPR RI yang diwakili Bapak Ir. Arif Budimanta, menyampaikan intervensi bahwa ketidakseimbangan dalam perdagangan global (global trade imbalances) yang kurang berpihak pada negara berkembang bukan saja menyebakan kerugian ekonomi, namun juga berimplikasi pada timbulnya keresahan politik dan sosial. Berbagai kerusuhan di negara-negara di wilayah Afrika dipicu oleh kesulitan untuk memperoleh bahan pangan. Untuk itu, prinsip Perlakuan Khusus dan Berbeda (Special and Differential Treatment) dalam bentuk perbedaan implementasi tingkat pemotongan tariff produk pertanian dan non pertanian, skema SP (Special Products), Special Safeguard Mechanism (SSM) serta bantuan pengembangan kapasitas dan teknis perlu ditegakkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perundingan Doha. Pengembangan kerjasama terkait Aids for Trade juga perlu terus ditingkatkan. 8. Dalam agenda c, telah dilakukan dialog interaktif antara Senior WTO Negotiators dengan anggota parlemen terkait Trade and Sustainable Development. Para Ketua Sektor Runding juga telah menyampaikan update state of play negosiasi di masing- 3

masing sektor dan bagaimana masing-masing sektor tersebut dapat berkontribusi dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. 9. Dalam agenda d, pertemuan membahas mengenai peran media dalam membantu meningkatkan profil dan mendekatkan WTO dengan rakyat negara anggota. Hal ini penting mengingat berbagai keputusan yang diambil WTO pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat yang memahami WTO dan manfaat sistem perdagangan multilateral diharapkan dapat memberikan dorongan kepada pemerintahnya masing-masing untuk memenuhi komitmentnya dalam perdagangan multilateral termasuk menyelesaikan perundingan Putaran Doha. 10. Dalam intervensinya yang diwakili oleh Bapak Ramadhan Pohan, Indonesia menyampaikan mengenai pentingnya peningkatan keterlibatan semua stakeholder dalam perumusan kebijakan perdagangan internasional sehingga setiap kebijakan perdagangan dapat dipertanggungjawabkan. Penegakan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam kebijakan perdagangan internasional perlu terus ditingkatkan. Dalam kaitan tersebut, media memainkan peran dalam menegakkan prinsip tersebut serta memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai manfaat dan implikasi sistem perdagangan internasional di WTO. 11. Dalam pertemuan tersebut Delegasi diberikan kesempatan untuk melakukan Dengar Pendapat (Hearing) dengan Direktur Jenderal WTO, Pascal Lamy. Hal-hal yang mengemuka selama Dengar Pendapat tersebut adalah sebagai berikut : a. Ketua masing-masing sektor perundingan perlu mengeluarkan draft revised text sebelum Paskah. Draft revisi tersebut merupakan bentuk transparansi atas remaining gaps di berbagai isu runding sehingga memungkinkan dilakukan proses horizontal dalam bentuk take and give; b. Perundingan Doha bukan hanya terkait dengan isu pembukaan akses pasar, namun juga terkait dengan pembangunan rule-based system perdagangan dunia; c. Beberapa anggota parlemen menekankan mengenai perlunya meningkatkan level of ambition di sektor pertanian untuk membantu meningkatkan level of playing field negara-negara berkembang di perdagangan dunia; d. Dirjen WTO menandaskan bahwa Perundingan Doha tidak akan bisa diselesaikan tanpa keterlibatan dan dukungan eksplisit anggota parlemen. Untuk itu, Dirjen WTO mengharapkan masing-masing anggota parlemen berbicara dan mendorong pemerintah masing-masing untuk menyelesaikan perundingan Putaran Doha. Komitmen politik disampaikan dalam pertemuan G- 20 dan APEC nampaknya belum bisa diterjemahkan dalam bentuk pencapaian titik temu oleh key players di berbagai isu runding. 12. Pertemuan WTO menghasilkan Outcome Document dengan pokok-pokok kesimpulan sebagai berikut: - Mendukung penyelesaian perundingan Putaran Doha pada akhir tahun 2011; 4

- Perlunya perundingan memperhatikan special differential treatment, pemberian bantuan pengembangan kapasitas dan bantuan teknis bagi negara berkembang, SVE (Small and Vulnerable Economies) dan LDCs; - Perlunya memberikan duty free quota free market access bagi LDC; - Perlunya koherensi berbagia kebijakan WTO dengan organisasi internasional lainnya guna mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan; - Meningkatkan peran serta parlemen dalam melakukan oversight berbagai negosiasi perdagangan internasional CATATAN : 13. Konferensi Tahunan Antar Anggota Parlemen Dunia mengenai WTO telah berlangsung lancar. Pertemuan merupakan salah satu upaya meningkatkan transparansi dalam sistem perdagangan internasional khususnya WTO. Pemahaman anggota parlemen dalam proses maupun isu perundingan Doha diharapkan dapat memberikan kontribusi dan dukungan politik kepada para negosiator dalam menembus kebuntuan di berbagai sektor runding. 14. Delegasi DPR RI telah berpartisipasi aktif dalam pembahasan pada semua agenda diskusi pertemuan. Delegasi mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh Dewan untuk melaksanakan tugas ini. Semoga dapat bermanfaat. Jakarta, 31 Maret 2011 a.n. Delegasi DPR-RI Ir. Satya W. Yudha, M.Sc Ketua Delegasi 5