Selayang Pandang PTRI Jenewa, PBB, WTO di Jenewa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Selayang Pandang PTRI Jenewa, PBB, WTO di Jenewa"

Transkripsi

1 Selayang Pandang PTRI, PBB, WTO di Kunjungan Kerja Menteri Perdagangan RI Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-viii, Desember 2011

2 PERUTUSAN TETAP REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA, WORLD TRADE ORGANIZATION DAN ORGANISASI INTERNASIONAL LAINNYA DI JENEWA I. SEJARAH Pada awalnya, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern dan Bonn yang mewakili kepentingan Indonesia di PBB dan berbagai organisasi internasional lainnya di. Baru pada bulan April 1963, pemerintah Indonesia menunjuk perwakilan khusus untuk General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang berpusat di. Seiring dengan meningkatnya kepentingan Indonesia di fora internasional, terdapat keperluan untuk mendirikan kantor perutusan tetap Indonesia di. Pada bulan Mei 1967 didirikanlah kantor Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Eropa, yang dipimpin oleh Duta Besar Umarjadi Njotowijono sebagai Wakil Tetap Republik Indonesia yang pertama di. Saat itu kantor PTRI berlokasi di Hotel Warwick yang terletak di Place de Cornavin. Perkembangan PTRI yang cukup pesat mengakibatkan kantor 1 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

3 berpindah lokasi ke 93 rue de la Servette, sebelum akhirnya berpindah ke lokasi saat ini, yaitu di 16 rue de Saint-Jean, PTRI menangani berbagai isu yang dibahas di 33 Badan PBB maupun Organisasi Internasional lainnya yang bermarkas di, antara lain seperti Human Rights Council, World Health Organization, International Labour Organization, World Trade Organization, World Intellectual Property Organization, United Nations Conference on Trade and Development, Conference on Disarmament, Inter-Parliamentary Union, dan UN World Meteorological Organization. PTRI juga memonitor ratusan Lembaga Swadaya Masyarakat International (International Non-Governmental Organization) yang bermarkas di, antara lain seperti Human Rights Watch, Amnesty International, Forum Asia, UN Watch, Nord-Sud XXI, Association of the Prevention of Torture, International Terre des Homme, Pax Romana, CETIM Europe Third World Centre, Quaker, dan Henry Dunant Society. Sebagai tambahan, PTRI juga menangani pembahasan isu-isu seperti Hak Asasi Manusia (human rights), keamanan internasional (international security), perlucutan senjata (disarmament), perdagangan internasional (international trade), lingkungan (environment), kerjasama Selatan-Selatan (South-South cooperation), tenaga kerja/ buruh (labor), hak atas kekayaan intelektual (intellectual property rights), kesehatan (health), peralihan teknologi (transfer of technology), meteorologi (meteorology), kerjasama ekonomi internasional dan pembangunan (international economic cooperation and development), isu humaniter dan bantuan kemanusiaan (humanitarian affairs), pengungsi (refugee), pos dan telekomunikasi (telecommunications) di berbagai mekanisme dan forum multilateral lainnya di. Selain itu, terdapat berbagai badan/forum/think-tank internasional yang memiliki prestige internasional yang juga bermarkas di, antara lain seperti South Centre, Global Forum for Migration and Development, 2 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

4 Colombo Process, Forum on Policy for Global Health, dan Geneva Forum (isu perlucutan senjata) dan World Economic Forum. Terkait dengan World Economic Forum, atas undangan Sekretariat WEF, Presiden RI, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, berpartisipasi dalam Pertemuan Tahunan WEF 2011 dengan menyampaikan Special Address dan berpartisipasi pada berbagai sesi WEF. Undangan khusus kepada Presiden RI menunjukkan pengakuan internasional akan pentingnya Indonesia sebagai emerging economies yang telah berhasil dalam upaya pembangunan ekonominya serta peran penting Indonesia sebagai Ketua ASEAN dan anggota G20. Selain itu, Indonesia telah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan World Economic Forum on East Asia yang berlangsung tanggal Juni Sejak berdiri tahun 1967, Duta Besar LBBP/Wakil Tetap RI yang memimpin PTRI adalah: 1. H.E. Mr. Umarjadi Njotowijono, H.E. Mr. Ismail Thayeb, H.E. Mr. Ali Alatas, H.E. Mr. Atmono Suryo, H.E. Mr. Irawan Darsa, H.E. Mr. Poedji Koentarso, H.E. Mr. Wisber Loeis, H.E. Mr. Soemadi D.M. Brotodiningrat, H.E. Mr. Agus Tarmidzi, H.E. Dr. N. Hassan Wirajuda, H.E. Mr. Nugroho Wisnumurti, H.E. Mr. Makarim Wibisono, H.E. Mr. Dian Triansyah Djani, sekarang 3 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

5 II. ALAMAT DAN NOMOR TELEPON PTRI JENEWA 1. Kantor PTRI 1 Rue de Saint-Jean No Geneve Switzerland PO Box Geneve 2 No.telp: Kantor PTRI 2 Rue de Saint-Jean No Geneve Switzerland PO Box Geneve 2 No.telp: Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

6 PROFIL SINGKAT UNITED NATIONS OFFICE IN GENEVA (UNOG) Kantor perwakilan PBB untuk Eropa yang berlokasi di Palais des Nations,, didirikan pasca pembubaran Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun 1946 yang dilanjutkan dengan pemindahan aset-aset LBB kepada PBB. Gedung Palais des Nations akhirnya menjadi markas PBB di. Dalam menjalankan fungsi sebagai kantor perwakilan Sekretariat Jenderal PBB, markas PBB di dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Palais des Nations menjadi home base bagi sekitar 20 organisasi internasional yang berada di bawah PBB dan juga menjadi home base bagi berbagai organisasi non-pemerintah skala internasional. Markas PBB rata-rata menyelenggarakan 8,000-9,000 pertemuan setiap tahunnya. Didukung dengan kurang lebih 1,600 staf, markas PBB di merupakan markas PBB tersibuk di dunia dan markas dengan jumlah staf terbesar kedua setelah markas pusat PBB di New York. Saat ini, UNOG dipimpin oleh Direktur Jenderal Mr. Kassym Jomart Tokayev, mantan Menteri Luar Negeri ( ) dan Perdana Menteri Kazaksthan ( ). Alamat: Palais des Nations Geneva 12 5 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

7 PROFIL SINGKAT WORLD TRADE ORGANIZATION World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. WTO terbentuk sejak tahun 1995 dan berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian, yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari perjanjian-perjanjian WTO adalah untuk membantu produsen barang dan jasa, eksportir, dan importir dalam melakukan kegiatannya. WTO merupakan forum untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan baru atau lama dalam rangka mengurangi hambatan perdagangan internasional dan menciptakan level playing field bagi seluruh negara anggota, serta membantu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. WTO memiliki suatu kerangka hukum dan kelembagaan guna implementasi dan pengawasan perjanjian-perjanjian tersebut, serta untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dari interpretasi dan penerapannya (dispute settlement). Saat ini, rangkaian perjanjian WTO terdiri dari 16 perjanjian multilateral, dimana seluruh negara anggota merupakan pihak, dan dua perjanjian plurilateral, dimana hanya sebagian negara anggota yang menjadi pihak. WTO, yang didirikan pada tahun 1995, berawal dari negosiasi yang disebut Uruguay Round ( ) serta perundingan sebelumnya di bawah General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). GATT telah membantu menciptakan suatu sistem perdagangan yang kuat dan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi global. WTO terdiri dari 153 negara anggota, dimana 117 di antaranya merupakan negara berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru di 6 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

8 bawah Doha Development Agenda (DDA) yang dimulai tahun Kegiatan WTO didukung oleh sejumlah 649 staf yang dipimpin oleh Direktur Jenderal WTO. Pengambilan keputusan di WTO umumnya dilakukan berdasarkan konsensus oleh seluruh negara anggota. Badan tertinggi di WTO adalah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Di antara KTM, kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan WTO dilakukan oleh General Council. Di bawahnya terdapat badan-badan subsider yang meliputi dewan, komite dan sub-komite, bertugas untuk melaksanakan dan mengawasi penerapan perjanjian-perjanjian WTO oleh negara anggota. Secara lebih spesifik, kegiatan WTO saat ini mencakup: a. negosiasi penurunan atau penghapusan hambatan perdagangan (tarif impor dan hambatan lainnya) dan menyepakati aturan kegiatan perdagangan internasional; b. pengawasan dan pengkajian kebijakan perdagangan negara anggota dan menjamin transparansi perjanjian-perjanjian bilateral dan regional; c. penyelesaian sengketa di antara negara anggota terkait dengan interpretasi dan penerapan perjanjian-perjanjian WTO; d. peningkatan kapasitas pejabat dari negara berkembang dalam hal perdagangan; e. membantu proses aksesi sejumlah 30 negara yang belum merupakan anggota WTO; f. melakukan riset ekonomi dan mengumpulkan serta mendiseminasi data perdagangan guna mendukung kegiatan-kegiatan WTO lainnya; g. memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat mengenai WTO, tujuan dan kegiatannya. Secara singkat, WTO terutama memiliki fungsi sebagai: a. Eksekutif: Wadah Anggota dalam mengelola Sistem Perdagangan Dunia (Multilateral Trading System/MTS), khususnya melalui penerapan/penegakan seluruh aturan WTO (WTO Agreements) kepada Anggota. b. Legislatif: Wadah untuk merundingkan aturan baru perdagangan dunia (amandemen dan ekspansi terhadap WTO Agreements). 7 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

9 c. Yudikatif: Badan yang mengadili perkara sengketa dagang (Sistem Pengadilan WTO). d. Eksekutif: Badan yang mengelola bantuan teknis (dilakukan Sekretariat WTO). Fungsi Eksekutif dan Fungsi Legislatif Organ-organ yang terlibat dalam Sistem Pengambilan Keputusan WTO, dalam rangka melaksanakan fungsi eksekutif dan legislatif, terdiri dari: a. Konferensi Tingkat Menteri/KTM (lembaga legislatif tertinggi), yang diselenggarakan dua tahun sekali. b. General Council (GC), yaitu badan legislatif tertinggi sehari-hari yang mewakili KTM saat tidak bersidang. GC umumnya bersidang 5 kali setahun. c. Councils (di bidang barang, jasa, dan HKI) dan Komite-komite semuanya berada di bawah pengawasan GC juga memiliki hak untuk membuat keputusan/decision yang merupakan produk hukum baru WTO. WTO Agreements tidak hanya berisi 1) GATT/General Agreement on Tariffs and Trade (aturan umum perdagangan global barang yang terus berevolusi sejak pertama kali dibentuk tahun 1947), 2) GATS/General Agreement on Trade in Services, dan 3) Persetujuan TRIPS/trade-related intellectual property rights, namun juga persetujuan-persetujuan khusus yang mengatur detail dan mekanisme tata dagang antar-negara, yaitu termasuk: a. Agreement on Agriculture, yang mengatur misalnya pagu tertinggi tingkat tarif dan subsidi yang boleh diterapkan suatu negara/anggota. b. Agreement on Market Access, yang mengatur misalnya tata cara penetapan pos tarif (Harmonised Tariff) suatu negara. c. Agreement on Rules on Origin d. Agreement on Pre-shipment Inspection e. Agreement on Customs Valuation f. Understanding (Agreement) on Anti-Dumping yang mengatur tata cara penerapan aturan anti-dumping suatu negara. 8 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

10 g. SPS Agreement, yang mengatur tata cara penerapan aturan SPS suatu negara. h. TBT Agreement, yang mengatur tata-cara penerapan aturan TBT suatu negara. i. TRIMS (trade-related investment measures) Agreement Garis besarnya, keseluruhan produk hukum yang dihasilkan WTO Agreements tersebut memberikan kewajiban kepada Anggota misalnya untuk: 1. Dilarang melakukan diskriminasi perlakuan terhadap mitra dagang asing atas masuknya impor barang & jasa (MFN), kecuali yang dibolehkan berdasarkan WTO Agreements (misalnya ketentuan tentang RTA). 2. Dilarang melakukan diskiriminasi perlakuan aturan perpajakan di dalam negeri terhadap barang impor dan barang domestik atau pelaku investasi asing dan domestik, kecuali yang dibolehkan berdasarkan WTO Agreements. 3. Dilarang menerapkan aturan larangan ekspor, kecuali dibolehkan berdasarkan WTO Agreements (Pasal XI GATT). 4. Memberikan hak kepada Anggota untuk menerapkan bea tambahan Antidumping, Countervailing subsidies, safeguard measures, SPS measures, TBT measures, sepanjang sesuai dengan ketentuan WTO Agreements. Fungsi Yudikatif Selain membangun hukum melalui Sistem Pengambilan Keputusan, WTO juga membangun hukum (jurisprudensi) melalui Sistem Pengadilan WTO (Dispute Settlement Body/DSB). Para Hakim yang dipilih untuk menangani kasus sengketa dagang dibebani kewajiban untuk membuat keputusan dalam tenggat waktu yang ditentukan, sehingga sering harus membuat jurisprudensi/penafsiran hukum atas isu-isu yang tidak jelas aturannya pada WTO Agreements. Dengan demikian, keanggotaan suatu negara pada WTO membuka peluang intervensi Pengadilan Internasional terhadap UU/peraturan nasional. Ketidaksesuaian suatu aturan nasional terhadap WTO Agreements dapat diajukan oleh Anggota lain ke Pengadilan WTO, yang selanjutnya akan 9 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

11 menjatuhkan keputusan apakah Anggota WTO yang dimasalahkan tersebut diminta atau tidak diminta mencabut Peraturan Nasional bersangkutan. Salah satu proses pengadilan WTO yang mempersalahkan Indonesia antara lain kasus Mobnas Tanpa selalu harus membawa ke DSB, Negara Anggota WTO dapat setiap saat mengawal kepatuhan Anggota atas berbagai aturan WTO melalui persidangan umum dan konsultasi khusus di berbagai Badan, Komite dan Working Group WTO. Peraturan nasional yang bermasalah antara lain dapat dideteksi Anggota WTO melalui Sistem Monitoring dan Transparansi WTO yang ada dalam TRPB (Trade Policy Review Body) dan Sistem Notifikasi Aturan dan Transparansi pada masing-masing Council/Komite. Sistem ini wajib dipatuhi Anggota WTO, yaitu dengan selalu transparan memberitahukan setiap aturan perdagangan (dan seluruh aturan lain yang berdampak pada perdagangan) dengan memberitahukannya secara tertulis (Notifikasi) ke Komite WTO terkait. Kegagalan mematuhi kewajiban ini dapat diperhitungkan sebagai faktor yang memberatkan dalam proses Pengadilan. ORGANISASI WTO Saat ini Anggota WTO telah bertambah menjadi 154. Vanuatu adalah anggota termuda (disahkan sidang GC bulan Oktober 2011). Rusia diharapkan akan disahkan (pada KTM-8 WTO di ) menjadi Anggota WTO ke-155, setelah berjuang melakukan proses perundingan Aksesi selama 18 tahun. Saat ini masih terdapat 28 negara lagi yang sedang melamar menjadi Anggota WTO. Mereka terus melakukan perundingan dan perubahan perekonomian dalam negeri agar dapat memenuhi persyaratan ketat yang ditetapkan Anggota WTO yang terlibat dalam Working Group Aksesi. Terdapat 26 Badan/Komite/Working Group di WTO yang dikendalikan Anggota guna mendukung kepentingan perdagangan masing-masing. Untuk memperjuangkan kepentingan ofensif perdagangan (ekspor) maupun defensif (penerapan instrumen perdagangan yang meregulasi impor), Anggota senantiasa berpartisipasi dalam sidang badan-badan WTO dimaksud. 10 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

12 Sebagaimana disampaikan di atas, struktur organisasi WTO adalah: a. KTM (lembaga legislatif tertinggi) b. GC/General Council (badan tertinggi di bawah Konferensi Tingkat Menteri/KTM). GC membawahi lima badan utama, yaitu: a. Council for Trade in Goods (CTG). b. Council for Trade in Services (CTS). c. Council for Trade-Related Intellectual Property Rights (Council for TRIPS). d. Trade Policy Review Body (TPRB). e. Dispute Settlement Body/DSB (badan legislatif dari Sistem Pengadilan WTO) Selain itu, GC juga membawahi komite/working group independen yang dibentuk khusus oleh KTM, seperti: a. Committee on Trade and Environment (CTE) b. Committee on Trade and Development (CTD) c. Working Group on Trade and Transfer of Technology (WG-TTT) d. Working Group on Trade, Debt and Finance (WG-TDF). Komite/Working Group juga dibentuk sebagai organ pelaksana CTG dan CTS (sehingga posisinya dua tingkat di bawah GC), atau yang lazim disebut Subsidiary Bodies. Mereka termasuk: a. Committee on Sanitary and Phytisanitary Measures (SPS Committee) b. Committtee on Technical Barriers to Trade (TBT) c. Committee on Safeguard Measures d. Committee on Anti-Dumping e. Committee on Customs Valuation f. Committee on ROO g. Committee on Preshipment Inspection h. Committee on Trade-Related Investment Measures (C-TRIMS) 11 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

13 i. Committee on Specific Commitment (jasa) j. Committee on Trade in Financial Services (CTFS) Dalam menjalankan berbagai fungsinya, WTO dibantu oleh birokrasi/sekretariat yang berjumlah 650 staf. Sekretariat WTO dipimpin oleh Direktur Jenderal, yang dipilih oleh Negara Anggota untuk masa jabatan 4 tahun (dapat dipilih kembali). Direktur Jenderal WTO saat ini adalah Pascal Lamy, mantan Komisioner/Menteri Perdagangan Uni Eropa. Dirjen WTO dan Sekretariat harus netral dan tidak dibolehkan memberikan pandangan politik-hukum. Untuk membiayai Sekretariat, sidang-sidang badan/komite dan technical assistance, WTO menarik iuran dari Negara Anggota dengan prosentase yang disesuaikan dengan nilai perdagangan negara tersebut. Indonesia memberikan iuran yang cenderung terus meningkat ke WTO, sesuai nilai perdagangan yang terus meningkat. Iuran Indonesia tahun 2011 adalah 1,47 juta Swiss Frank. Fungsi Legislatif: Negosiasi Aturan Baru Melalui DDA Untuk memastikan bahwa aturan WTO senantiasa sesuai dengan kebutuhan zaman dan efektif menegakkan Sistem Perdagangan Dunia, Negara Anggota memanfaatkan WTO sebagai wadah untuk memperjuangkan disepakatinya aturan-aturan baru. Proses perundingan yang lingkupnya kecil dapat dilakukan melalui badan/komite reguler. Namun untuk merundingkan aturan baru WTO yang lingkupnya multi-dimensi, WTO menyepakati diluncurkannya babak perundingan Putaran Doha (Doha Development Agenda/DDA) melalui Deklarasi KTM di Doha tahun Deklarasi Doha menyepakati bahwa kepentingan pembangunan negara berkembang adalah jantung perundingan, namun dalam proses perjalanannya, karena terdapat perubahan struktur dunia (di mana beberapa negara berkembang muncul menjadi Emerging Economies), negara maju menuntut agar special & differential treatment (S&D) terutama lebih ditujukan pada LDCs dan low-income developing countries. Putaran Doha dirundingkan melalui berbagai format perundingan, baik multilateral, small groups/plurilateral maupun bilateral. Namun keseluruhan format perundingan tersebut harus bermuara pada 9 badan khusus yang dibentuk WTO di bawah Trade Negotiations Committee (TNC) yang 12 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

14 beranggotakan seluruh Negara Anggota. Badan-badan khusus di bawah TNC tersebut adalah: a. Committee on Agriculture Special Session (COA-SS) b. Council on Trade in Services Special Session (CTS-SS) c. Council on TRIPS Special Session (CTRIPS-SS) d. Committee on Trade and Environment Special Session (CTE-SS) e. Committee on Trade and Development Special Session (CTD-SS) f. Negotiating Group on Non-Agriculture Market Access (NG-NAMA) g. Negotiating Group on Rules (NG-Rules) h. Negotiating Group on Trade Facilitation (NG-TF) i. Dispute Settlement Body Special Session (DSB-SS) Memasuki tahun ke-10 Putaran Doha (2011), Anggota WTO tetap belum dapat menyelesaikan proses perundingan. Direktur Jenderal WTO pada tahun 2009 memberi gambaran bahwa kesenjangan yang masih harus dijembatani dalam penyelesaian Putaran Doha adalah 20% dari keseluruhan isu perundingan. Namun sejak itu reltif tidak pernah terjadi peningkatan konvergensi untuk menyelesaikan sisa 20% persoalan dimaksud. Pada semester II/2011, perundingan DDA bahkan hampir berhenti (kecuali di NG-TF). Penyebab utamanya adalah sikap Amerika Serikat (AS), yang menyatakan bahwa business as usual (melakukan perundingan terus-menerus dengan cara sama) sebagai kebodohan. Beberapa Emerging Economies (khususnya Brazil dan Afrika Selatan) sependapat. Pada kenyataannya, deadlock DDA justru disebabkan oleh pertentangan kepentingan antara kedua pihak dimaksud (AS di satu pihak melawan Brazil, India dan Afrika Selatan) di lain pihak. Dalam pertemuan Trade Negotiations Committee (TNC) tanggal 21 Oktober 2011, Anggota sepakat bahwa DDA tidak akan dapat diselesaikan dalam waktu dekat. Untuk itu, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VIII WTO tanggal Desember 2011 diharapkan dapat memberikan guidance atau directions terkait way forward dalam rangka DDA maupun non-dda. Sebagian besar Anggota berpandangan bahwa perundingan ke depan perlu tetap didasarkan pada berbagai kemajuan yang telah dicapai selama ini, dan 13 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

15 tetap mengacu pada Mandat Doha. Terdapat pula pandangan agar perundingan difokuskan pada isu-isu tertentu yang lebih matang dan diharapkan dapat lebih cepat mendorong Anggota mencapai kesepakatan. Isu-isu LDCs termasuk yang diupayakan untuk didorong penyelesaiannya lebih cepat dibanding isu-isu DDA lain. Dalam kaitan ini, LDCs, African Group dan ACP (African, Caribbean and Pacific countries) umumnya menuntut penyelesaian secepatnya dan concrete results atas isu-isu DFQF, cotton, services waiver, review of Special and Differential Treatment (S&D) provisions, restrukturisasi Committee on Trade and Development (CTD), Aksesi LDCs dan peningkatan dukungan keuangan bagi LDC. Untuk isu-isu low hanging fruits, pihak yang gencar mendorong dimulainya kembali perundingan adalah UE, Australia dan Friends of the System (emerging economies dan Negara maju seperti Meksiko, Hong Kong, Singapura, Thailand, Malaysia, Chile, Norwegia, Swiss). Isu-isu yang diusulkan antaral lain mencakup Non-Tariff Barriers (NTB) on Non Agriculture Market Access (NAMA), Trade Facilitation (TF), Services, Review of Dispute Settlement Body dan stand-still commitment on market access. Beberapa Anggota juga mengusulkan pembahasan isu-isu baru (the 21 st century issues) seperti climate change (usul Singapura), energy security and food security (UE), dan exchange rate (usul Brazil). Namun beberapa negara (dimotori India dan Afsel) menentang masuknya isu-isu baru ke DDA. Untuk keluar dari deadlock DDA, beberapa negara maju (khususnya AS dan UE) melihat perlunya memperbarui (mengubah) format single undertaking, melakukan re-engineering (mengubah mandat perundingan), dan mengusulkan pendekatan plurilateral berdasarkan sistem partisipasi critical mass. Sikap yang fleksibel terhadap cara pandang Negara maju sering ditampilkan oleh negara-negara berkembang anggota Friends of the System. Ini disebabkan oleh kepentingan mereka untuk menyelesaikan DDA secepatnya (rejim tarif negara-negara tersebut umumnya sudah rendah, sehingga akan mendapat banyak manfaat dari penyelesaian DDA). Sikap keras dan ketakutan atas munculnya gagasan dan konsep-konsep baru cenderung selalu ditunjukkan oleh India (sering juga bersama-sama Afrika Selatan). Sikap keras Brazil, belakangan, cenderung relatif lebih rendah 14 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

16 dibanding india. Sedangkan sikap keras China diperkirakan karena solidaritas kepada ketiga negara dimaksud. Sikap keras India, Afrika Selatan, Brazil dan China seperti tersebut di atas terjadi karena tuntutan AS, yaitu bahwa Emerging Economies yang terbesar memikul tanggung jawab dan leadership yang lebih besar dalam penyelesaian DDA. Alasan AS adalah karena setelah 10 tahun DDA dilaksanakan, emerging economies muncul sebagai beneficiary utama sistem perdagangan global dan kierja ekspornya jauh melebihi prestasi negara maju. Menjelang penyelenggaraan KTM VIII, Dirjen WTO akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk melanjutkan konsultasi dengan Anggota untuk menyepakati agenda atau draft outcome yang akan disahkan oleh Para Menteri tanggal Desember Alamat: Centre William Rappard, Rue de Lausanne 154, CH-1211 Geneva 21, Switzerland Tel: +41 (0) Fax: +41 (0) Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional Lainnya

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama Hanif Nur Widhiyanti, S.H.,M.Hum. Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya TidakterlepasdarisejarahlahirnyaInternational Trade Organization (ITO) dangeneral

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf,

Lebih terperinci

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION JENEWA, 21 22 MARET 2011 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN 2011 LAPORAN DELEGASI DPR RI KE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) A. Sejarah WTO World Trade Organization (WTO) adalah suatu organisasi perdagangan antarbangsabangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World Trade Organization ditandatangani para

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1993 TENTANG PEMBENTUKAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERUNDINGAN PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL PUTARAN URUGUAY PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA)

UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA) Copyright 2002 BPHN UU 7/1994, PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA) *8581 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

WORLD TRADE ORGANIZATION Structure & Membership FETRYCIA ANGELA OCTORY/ KEN SWARI MAHARANI /

WORLD TRADE ORGANIZATION Structure & Membership FETRYCIA ANGELA OCTORY/ KEN SWARI MAHARANI / WORLD TRADE ORGANIZATION Structure & Membership FETRYCIA ANGELA OCTORY/ 1206183161 KEN SWARI MAHARANI / 1206307164 World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Pedagangan Dunia, berlaku efektif 1 Januari

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL WTO dan Pengaruhnya Bagi Indonesia O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf, S.H., LL.M, PhD FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual

Lebih terperinci

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1 Pengantar Hukum WTO Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1 PRAKATA Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pak Adolf Warauw S.H., LL.M. dan Prof. Hikmahanto Juwana S.H., LL.M.,

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi hal yang wajar apabila perkembangan peradaban manusia membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era perdagangan global yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PERSETUJUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS Nama Drs. Djauhari Oratmangun Tempat dan Tanggal Lahir Beo - Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan manusia. Perdagangan dipercaya sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antar negara yang dikenal dengan perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat dari waktu ke waktu. Perdagangan internasional merupakan

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL... xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi DAFTAR ISTILAH...

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB III HAKIKAT PERUNDINGAN PERTANIAN DALAM WTO

BAB III HAKIKAT PERUNDINGAN PERTANIAN DALAM WTO BAB III HAKIKAT PERUNDINGAN PERTANIAN DALAM WTO Dalam bab ini akan membahas mengenai hakikat perundingan perdagangan bebas WTO khususnya di sektor pertanian. Negosiasi WTO di bidang pertanian selalu menarik

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH

IDENTITAS MATA KULIAH S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 PRASYARAT : SEMESTER SAJIAN : SEMESTER 4 KE ATAS B. DESKRIPSI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral

Lebih terperinci

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 6 GENERAL AGREEMENT on TARIFF and TRADE (GATT) A. Sejarah GATT Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum perdagangan internasional

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World

I. PENDAHULUAN. perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World 34 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi anggota forum kerjasama perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA UNTUK TAHAB AKHIR PERUNDINGAN-PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL PUTARAN URUGUAY PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, w w w.bpkp.go.id KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Aspek utama dari perubahan yang fundamental ini adalah stimulasi terhadap investasi, produksi dan perdagangan produk pertanian melalui: (i) akses pasa

Aspek utama dari perubahan yang fundamental ini adalah stimulasi terhadap investasi, produksi dan perdagangan produk pertanian melalui: (i) akses pasa Barang/ goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT) Jasa/ services (General Agreement on Trade and Services/ GATS) Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs)

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO) BAHAN KULIAH PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO) Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 PRINSIP-PRINSIP

Lebih terperinci

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor RI N G K ASA N KEG IATA N MARET 20 22, 2017, JAKARTA TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEMITRAAN EKONOMI

Lebih terperinci

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l

hambatan sehingga setiap komoditi dapat memiliki kesempatan bersaing yang sama. Pemberian akses pasar untuk produk-produk susu merupakan konsekuensi l BAB V 5.1 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dalam kesepakatan AoA, syarat hegemoni yang merupakan hubungan timbal balik antara tiga aspek seperti form of state, social force, dan world order, seperti dikatakan

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA NASIONAL PENYELENGGARAAN KONFERENSI TINGKAT MENTERI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA (WORLD TRADE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 02 Sesi KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Kalimantan Barat, Oesman Sapta Odang menilai Indonesia

Lebih terperinci

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum SALINAN t,',?s r. *, J.Tnt ", r, o UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTPCO' AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANUATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 A. Pendahuluan Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008 Perangkat Ratifikasi International Committee of the Red Cross 19 Avenue de la Paix, 1202 Geneva, Switzerland T +41 22 734 6001 F+41 22 733 2057 www.icrc.org KETAATAN

Lebih terperinci

SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA

SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA Oleh : Sunarno *) Pendahuluan Nilai pabean adalah nilai yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung Bea Masuk. Pasal 12 UU

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA TESIS

ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA TESIS ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA TESIS Disusun Oleh : Nama : Maslihati Nur Hidayati NIM : 0606151500

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pembicaraan pertanian di bawah proposal juga diajukan oleh negara-negara membangun komitmen pemerintah untuk

PENDAHULUAN Pembicaraan pertanian di bawah proposal juga diajukan oleh negara-negara membangun komitmen pemerintah untuk PAKET BALI : PELUANG DAN TANTANGAN PRODUK PERTANIAN INDONESIA Shanti Darmastuti (Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UPN Veteran Jakarta) Abstract Agricultural sector has become one

Lebih terperinci

BAB IV RESPON WTO TERHADAP TUNTUTAN REFORMASI INDIA

BAB IV RESPON WTO TERHADAP TUNTUTAN REFORMASI INDIA BAB IV RESPON WTO TERHADAP TUNTUTAN REFORMASI INDIA World Trade Organization (WTO), rezim perdagangan internasional terbesar yang mengatur sistem perdagangan bebas dalam dunia global. Dalam perannya sebagai

Lebih terperinci

BAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO

BAB II. WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO BAB II WTO, PAKET BALI DAN PERJANJIAN PERTANIAN (Agreement on Agliculture/AoA) WTO A. WTO sebagai Organisasi Perdagangan Dunia 1. Perubahan GATT menjadi WTO World Trade Organization (WTO) didirikan pada

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL GLOBAL TRADING SYSTEM 1. Tarif GATT (1947) WTO (1995) 2. Subsidi 3. Kuota 4. VERs 5. ad. Policy 6. PKL NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA TRADE BARRIERS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986

BAB I PENDAHULUAN. Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina mulai mengajukan diri untuk menjadi anggota WTO sejak Juli 1986 dimana saat itu WTO masih berbentuk GATT ( General Agreement On Tariffs and Trade ). Dengan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya permintaan akan suatu barang dan jasa oleh suatu negara terhadap negara lainnya merupakan salah satu faktor penyebab semakin maraknya perdagangan di kancah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Pada saat ini, ada beberapa organisasi internasional yang mencoba untuk mengatur teknologi informasi, diantaranya the United Nations

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI BAHAN KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 HUBUNGAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perundingan perdagangan

Lebih terperinci

perdagangan, industri, pertania

perdagangan, industri, pertania 6. Organisasi Perdagangan Internasional Untuk mempelajari materi mengenai organisasi perdagangan internasional bisa dilihat pada link video berikut: https://bit.ly/2i9gt35. a. ASEAN (Association of South

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN-BADAN KERJASAMA EKONOMI KERJA SAMA EKONOMI BILATERAL: antara 2 negara KERJA SAMA EKONOMI REGIONAL: antara negara-negara dalam 1 wilayah/kawasan KERJA SAMA EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan ekonomi suatu negara saat ini tidak bisa terlepas dari negara lain. Perdagangan antar negara menjadi hal yang perlu dilakukan suatu negara. Disamping

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014 EFEKTIFITAS PERAN DAN FUNGSI WTO (World Trade Organization) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh : Thor B. Sinaga PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan perekonomiaan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA Bab ini akan menjelaskan mengenai awal mula lahirnya suatu perjanjian TRIPs yang dikeluarkan oleh WTO. Dimana di bab ini lebih

Lebih terperinci

Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10

Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10 RI N G K ASA N KEG IATA N 15 18 DESEMBER 2015, NAIROBI TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Proyek TPSA Mensponsori Peserta Konferensi WTO Tingkat Menteri Ke-10 Badan pengambilan

Lebih terperinci

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, keterbukaan, keterkaitan, ketergantungan, serta persaingan antar negara khususnya dalam bidang ekonomi semakin tidak dapat dihindari.adanya

Lebih terperinci

TENTATIVE PROGRAM DELEGASI INDONESIA

TENTATIVE PROGRAM DELEGASI INDONESIA TENTATIVE PROGRAM DELEGASI INDONESIA Kunjungan Kerja Menteri Perdagangan RI Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-viii, 15-17 Desember 2011 1 Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

PRINSIP WTO IKANINGTYAS PRINSIP WTO IKANINGTYAS PERLAKUAN YANG SAMA UNTUK SEMUA ANGGOTA (MOST FAVOURED NATIONS TREATMENT-MFN). Prinsip ini diatur dalam pasal I GATT 1994 yang mensyaratkan semua komitman yang dibuat atau ditandatangani

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement. BAB IV KESIMPULAN World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION)

PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION) PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION) Oleh: Hasan Basri, S.H. WTO dewasa ini telah menjadi organisasi internasional yang sangat dominan dalam membentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014 1 Multilateral (WTO) Plurilateral/Regional : APEC, ASEAN-FTA (AFTA),

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA SEPTEMBER 2016 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa perundingan perdagangan internasional baik dalam forum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa 64 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa DSB WTO dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Puket,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci