I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. mencetak pemimpin yang berkualitas. Menurut Agustino (2009: 104) salah

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, kepala pemerintahan di daerah baik tingkat satu dan dua, para

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pilkada

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Demokrasi dalam sistem politik Indonesia merupakan sebuah keniscayaan

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

KOMISI PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian tentang pemilihan Kepala Daerah telah menjadi tema menarik dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

III. METODE PENELITIAN. penelitian ilmiah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan tipe dan jenis

BAB IV PENUTUP. cendrung lebih longgar. Dari hasil analisa yang penulis lakukan mengenai

KOMISI PEMILIHAN UMUM

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

JAKARTA, 5 MEI 2013

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

PENDAHULUAN Latar Belakang

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Tansparansi Dana Kampanye

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

MENGKAJI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA LANGSUNG GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF UUD Oleh: Nopyandri, SH., LL.M Abstrak

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

KPK juga hampir KO di Era SBY

BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting yang dituntut untuk dapat berperan aktif dalam memberikan kontribusinya bagi kemajuan perpolitikan di Indonesia. Selain itu, setiap partai politik didirikan tentu memiliki ideologi atau kepentingan tersendiri. Sehingga untuk memerjuangkan ideologi atau kepentingan tersebut, partai politik berkompetisi untuk meraih serta memertahankan kekuasaan di pemerintahan. Suara yang dimiliki oleh partai politik mewakili suara rakyat. Kepentingan masyarakat dalam perpolitikan diserap dan diwakili oleh partai politik yang ada dalam suatu negara. Perkembangan partai politik di Indonesia sejak masa reformasi telah mengalami kemajuan yang signifikan, seperti yang dikutip pada artikel Rosyada (2014: 5) bahwa:

2 Di era reformasi, partai politik mendapatkan ruang yang luas untuk mewujudkan diri sebagai organisasi yang memiliki peran dan fungsi memobilisasi rakyat atas nama kepentingan-kepentingan politik sekaligus memberi legitimasi pada proses-proses politik. Walaupun telah mengalami kemajuan, perkembangan partai politik dalam melakukan perannya masih lemah. Kinerja partai politik saat ini banyak yang hanya fokus pada perebutan kekuasaan dan mengutamakan kepentingan kelompok saja. Sehingga fungsi dari partai politik kadang tidak berjalan dengan maksimal. Rekrutmen politik merupakan salah satu dari fungsi partai politik. Partai politik merupakan organisasi yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kualitas dan kapabilitas. Calon pemimpin berkualitas yang dimaksudkan disini adalah tidak hanya berorientasi pada kepentingan partainya saja tetapi pada kepentingan masyarakat. Menjadi pemimpin yang sesuai dengan keinginan masyarakat, tidak hanya cukup dengan kemauan saja. Calon pemimpin harus merancang visi serta misi saat menjabat sebagai pemimpin nanti, sehingga sangat diperlukan pendidikan secara formal maupun informal guna membentuk karakter pemimpin tersebut. Namun dalam pratiknya sekarang ini, banyak partai yang masih lemah dalam hal ini. Proses rekrutmen yang dilakukan partai selama ini terkesan tertutup dan tidak selektif. Kriteria yang dipilih kebanyakan tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh masyarakat. Para calon pemimpin banyak yang dipilih bukan dari segi kapabilitas dan pengalamannya melainkan dari segi kemampuan finansialnya. Hal ini seperti yang dikatakan Firmanzah (2008: 45) bahwa:

3 Partai politik yang tadinya diharapkan akan dapat menjadi motor penggerak ide dan gagasan baru untuk menyejahterakan rakyat telah berubah menjadi pertempuran egoisitas individu untuk berkuasa. Partai politik yang tadinya menjadi tumpuan harapan besar untuk mencetak pemimpin-pemimpin bangsa berkualitas telah berubah menjadi arena oportunis kalangan eksternal yang menunggu untuk dipinang dan dicalonkan menjadi legislatif dan eksekutif. Fenomena ini seolah sudah menjadi hal biasa terjadi dalam dunia perpolitikan. Politisi yang memiliki cukup ongkos dan memiliki peluang untuk menang akan lebih dipilih partai untuk dicalonkan pada saat pemilihan. Sedangkan calon pemimpin yang memiliki jiwa dan karakter, pendidikan serta pengalaman yang cukup untuk memimpin harus menerima kemungkinan kecil untuk dipilih sebagai calon yang diusung suatu partai. Seperti yang dikutip pada pendapat Haris (Fitriyah, 2013: 1), yang berpandangan bahwa partai politik dalam mengusung calon di pilkada lebih pada pertimbangan finansial calon yang bersangkutan. Selanjutnya dalam rekrutmen, lebih terkesan sang calon yang membutuhkan dukungan dari partai politik. Untuk memenangkan pemilihan menjadi calon kepala daerah yang diusung partai, para bakal calon kepala daerah akan dilihat loyalitasnya kepada partai. Para bakal calon harus berkompetisi dalam hal menarik perhatian partai politik dengan cara memberikan mahar yang cukup besar sebagai ongkos untuk lanjut berpartisipasi dalam pemilihan. Selain besarnya mahar yang harus dikeluarkan oleh para bakal calon kepala daerah, ada juga kepala daerah yang melanggar peraturan dengan cara

4 memalsukan ijazah. Seperti kasus mantan Bupati Sragen yang dikutip dari media Indonesiaexpose.com bahwa: Semarang 27 Juni 2012: Mantan Bupati Sragen Untung Wiyono (kiri) yang menjadi terdakwa kasus dugaan korupsi keuangan kas daerah sebesar Rp11,2 miliar. Sidang lanjutan dengan agenda pembacaan tuntutan jaksa penuntut umum terhadap terdakwa kasus ijazah palsu. Menurut jaksa, perbuatan terdakwa tersebut telah merugikan calon bupati dan calon wakil bupati lainnya yang ikut pemilihan kepala daerah setempat serta membohongi masyarakat Kabupaten Sragen yang memilihnya. Mantan Bupati Sragen Untung Wiyono menjabat sebagai bupati dua periode, 2001-2006 dan 2006-2011, dengan 'kendaraan' PDI Perjuangan. Untung Wiyono lengser pada Mei 2011 lalu dan ditahan sejak bulan Juli 2011 silam oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah (diakses pada tanggal 21 Februari 2015). Maraknya fenomena pemberian mahar kepada partai politik, yang melanggar pasal 47 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, yang menerangkan bahwa partai politik dilarang untuk menerima imbalan dalam bentuk apapun pada proses pencalonan, serta lolosnya calon kepala daerah yang memakai ijazah palsu pada saat mendaftarkan diri menjadi kepala daerah melalui partai, ini sangat disayangkan. Karena kepala daerah yang melalui proses seperti ini pada saat menjabat juga akan lebih fokus pada pengembalian modal dan akhirnya menyampingkan tugas utama mereka sebagai abdi masyarakat. Perihal ini terbukti dengan banyaknya kepala daerah yang tersandung kasus korupsi. Dari data hasil penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW), yang dikutip dari media Metrotvnews.com sebagai berikut:

5 "Ada 47 kepala daerah menjadi tersangka kasus korupsi pada tahun 2014. Itu meningkat jika dibandingkan dengan 2013 (35 kepala daerah)," Koordinator Divisi Investigasi dan Publikasi ICW Tama S Langkun saat memaparkan hasil penelitian ICW di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (10/3/2015). ICW memantau kasus yang melibatkan kepala daerah dan DPRD sejak 1 Januari hingga 27 Desember 2014. Menurut Tama, korupsi yang melibatkan kepala daerah lebih disebabkan karena pola rekrutmen yang tidak baik oleh partai politik (diakses pada tanggal 28 Februari 2015). Lebih lanjut, berdasarkan catatan ICW yang dikutip dari media Hukumonline.com bahwa periode 2014 sebanyak 43 Kepala Daerah yang menjadi tersangka kasus korupsi. Mereka terafiliasi dengan Parpol, maupun kader partai tertentu. Sebanyak 17 kepala daerah tersangka korupsi terafiliasi kepada Golkar, dan 13 kepala daerah terafiliasi kepada Demokrat, ujarnya (diakses pada tanggal 28 Februari 2015). Dari pemaparan masalah di atas, semakin memerjelas kondisi partai politik yang buruk dalam melakukan fungsinya untuk mencetak calon pemimpin yang berkualitas. Partai politik dinilai belum sepenuhnya teliti dan berhatihati dalam menetapkan calon pejabat daerah. Jika hal ini terus berlangsung maka akan merusak esensi dari demokrasi dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap partai politik yang akan memerlambat kemajuan daerah. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian ini. Di bawah ini akan dijabarkan beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai berikut :

6 1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasya Zakia Gibran, berupa skripsi pada tahun 2014 yang berjudul Proses Rekrutmen Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Lampung Utara terhadap Calon Bupati Periode 2014-2019. Penelitian ini mengkaji tentang proses rekrutmen partai politik yang lebih mengutamakan bakal calon yang memiliki kemampuan finansial dibandingkan bakal calon yang memiliki kualitas dan pengalaman. Pencalonan lewat partai politik masih dominan nuansa oligarki elit partai politik dan kecenderungan memilih calon berdasarkan ukuran materi (kapital/modal). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses rekrutmen DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara Terhadap Calon Bupati Periode 2014-2019 berjalan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) DPC PDIP Kabupaten Lampung Utara dalam melaksanakan proses rekrutmen bersifat tertutup, dikarenakan proses penetapan tidak dilakukan secara terbuka melainkan melalui rapat internal pengurus fungsionaris DPP. 2) ada 4 (empat) faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan calon yang akan diusung. 3) pada proses rekrutmen ini, DPC PDIP mengutamakan kader potensial untuk diusung pada pemilihan kepala daerah di Lampung Utara. 4) PDIP dalam proses pembuatan keputusan bersifat informal-terpusat, dimana keputusan berada ditangan DPP dengan melalui rapat pengurus fungsionaris setelah mendengarkan masukan serta saran dari pengurus di daerah.

7 Calon yang diusung ditetapkan tanpa melalui proses pemilihan dan bersifat sentralistik dikarenakan keputusan berada ditangan DPP. 2. Penelitian terdahulu berikutnya dilakukan oleh Dicky Rinaldy berupa skripsi pada tahun 2014. Penelitian ini berjudul Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh PDIP Provinsi Lampung Tahun 2013. Penelitian ini mengkaji tentang fenomena surat keputusan ganda dalam proses Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh DPD PDI-Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013 yang membuat proses pendaftaran pasanganan calon gubernur dan wakil gubernur di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Lampung menjadi terhambat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa DPD PDI- Perjuangan Provinsi Lampung sudah menjalankan proses rekrutmen politik melalui tahapan sertifikasi, tahapan penominasian, dan tahapan pemilu. Melalui tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa DPD PDI-Perjuangan Provinsi Lampung sudah menjalankan tahapan sertifikasi dengan terbuka, hal dapat dilihat dari syarat dan prosedur untuk menampilkan sosok calon kepala daerah dapat diketahui secara luas melalui media massa sehingga masyarakat dapat menilai kemampuan elit politiknya. Tahapan penominasian DPD juga sudah melakukan tahapan rekrutmen secara terbuka dengan melakukan survei di masyarakat mengenai rekam jejak beberapa sosok calon kepala daerah yang mendaftar

8 melalui PDI-Perjuangan. Selanjutnya DPD juga telah melaksanakan tahapan pemilu dengan mengeluarkan surat keputusan rekomendasi penetapan calon kepala daerah yang diusung oleh PDI-Perjuangan, dalam tahapan ini bersifat tertutup dikarenakan hanya intern partai yang dilibatkan dalam proses tersebut. 3. Penelitian terdahulu yang terakhir adalah penelitian oleh Muhammad Fahrurozi, berupa skripsi tahun 2013 yang berjudul Rekrutmen Politik Bakal Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Kota Pekanbaru Tahun 2011. Penelitian ini sama seperti penelitian di atas, yaitu mengkaji rekrutmen calon kepala dan wakil kepala daerah adalah salah satu langkah yang harus dilakukan dalam proses pemilihan kepala daerah secara langsung. Partai politik dan gabungan partai politik yang disahkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Isu-isu utama adalah bagaimana rekrutmen calon kepala dan wakil kepala daerah dilakukan oleh partai politik dan gabungan partai politik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan rekrutmen politik akan dilakukan oleh pihak Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut, menjelaskan bahwa prinsip umum yang mendasari rekrutmen partai politik sesuai dengan prinsip-prinsip pembentukan partai dalam meningkatkan sistem politik dan pemerintahan. Pada pilkada yang dilakukan di

9 Pekanbaru, ada 2 tahap yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam proses rekrutmen politik, tahap sertifikasi, dan tahap nominasi. Pengambilan keputusan proses calon rekrutmen politik Walikota dan Wakil Walikota dilakukan dengan membentuk tim khusus untuk bekerja memilih dan berkomunikasi dengan beberapa calon kandidat, tim penyeleksi melakukan seleksi dan komunikasi politik dengan calon kandidat untuk mendapatkan nama lima kandidat terbaik dari yang sudah ada. Setelah melakukan komunikasi dan pendekatan kepada calon walikota, pertemuan dewan dengan para pemimpin lokal menerapkan struktur partai. Pertemuan dengan seluruh struktur partai memilih dua calon yang akan disampaikan kepada dewan pusat melalui daerah papan. Melalui beberapa pertimbangan dan masukan-masukan dari para pejabat partai lokal dalam membangun nominasi pengurus pusat akan di usung dalam pemilihan kepala daerah. Dari ketiga penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan proses rekrutmen bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pada setiap partai berbeda-beda. Partai dalam melakukan proses rekrutmen memiliki tahapan yang berbeda sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam partai tersebut. Dari ketiga penelitian tersebut, terkait sistem rekrutmennya terdapat partai yang memakai sistem terbuka dan tertutup. Selanjutnya dalam menyeleksi bakal

10 calon, partai politik biasanya akan mengutamakan kader yang potensial untuk menang yaitu dari aspek loyalitas pada partai, popularitas bakal calon, dan modal finansial yang kuat. Kemudian penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, memfokuskan pada proses rekrutmen bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung oleh PDIP yang merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Natasya Zakia Gibran, Dicky Rinaldy dan Muhammad Fahrurozi. Pada tahun 2015 ini Indonesia akan menyelenggarakan pemilukada sacara serentak se-indonesia. Meskipun sempat mengalami gejolak tentang perubahan pemilihan kepala daerah melalui DPRD tetapi sekarang pilkada telah kembali dipilih oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah merupakan implementasi dari salah satu nilai demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat. Disini masyarakat diberikan kewenangan dan kebebasan dalam memilih siapa orang yang mampu memimpin mereka. Masyarakat akan memilih pemimpin yang memiliki kapabilitas dan kualitas. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang akan melakukan pemilihan walikota pada tahun ini. Sebagian besar partai yang ada di Kota Bandar Lampung telah memulai membuka penjaringan dan menyeleksi bakal calon walikota. Sebagai partai yang besar dan sudah memiliki pengalaman politik yang cukup lama, Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) turut serta membuka penjaringan.

11 Pada pemilihan legislatif tahun 2014, PDIP juga memeroleh 10 kursi di DPRD Kota Bandar Lampung sehingga PDIP dapat mengusung calon sendiri dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung periode 2015-2020. DPC PDIP Bandar Lampung telah melakukan penjaringan pendaftaran balon Walikota Bandar Lampung yang dimulai pada hari Selasa, 23 Desember 2014 dan berakhir pada 5 Januari 2015. Dari hasil penjaringan ini, telah dihasilkan tiga bakal calon walikota yaitu Herman HN, Hertanto Lojaya, dan Maruli Hendra Utama RI serta enam bakal wakil calon walikota yaitu Nurhasanah, Yose Rizal, Fandi Tjandra, Dedi Mawardi, Lukman Abdi dan Jares Moegni. PDIP dalam melakukan proses rekrutmen menyediakan sekolah pembekalan yang dilakukan sebelum DPP PDIP menentukan siapa saja yang akan lolos menjadi calon kepala daerah. Selain ada sekolah pembekalan bagi bakal calon, DPP PDIP juga melakukan uji psikotes bagi bakal calon kepala daerah. Hal ini dilakukan PDIP agar mencetak para kader partai yang memiliki kualitas dan kapabilitas dalam menjadi pemimpin kelak. Namun berdasarkan data dari ICW, PDIP termasuk partai yang kadernya banyak terlibat dalam kasus korupsi. seperti yang dikutip dari media Jaringnews.com bahwa: Rilis indeks korupsi partai politik 2002-2014 yang dikeluarkan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW), menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai terkorup, dengan jumlah kader yang paling banyak terjerat kasus korupsi. Seperti diketahui, indeks korupsi yang dirilis oleh ICW periode 2002-2014 (www.antikorupsi.org) sebagai berikut 1. PDIP (7.7) 2. PAN (5.5) 3. Golkar (4.9) 4. PKB (3.3) 5. PPP (2.7) 6. PKPI (2.1) 7. Gerindra (1.9) 8. Demokrat (1.7) 9. PBB (1.6) 10. Hanura (1.5) 11. PKS (0.3) (diakses pada tanggal 26 Mei 2015).

12 Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa proses rekrutmen bakal calon kepala daerah oleh PDIP meskipun telah melewati tes psikologi maupun sekolah pembekalan ini ternyata masih menghasilkan banyak kader yang terlibat kasus korupsi. Proses rekrutmen PDIP masih belum berjalan dengan apa yang semestinya. Selanjutnya, dengan berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Proses rekrutmen bakal calon menjadi calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung periode 2015-2020 pada DPC PDIP Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Proses rekrutmen bakal calon menjadi calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung periode 2015-2020 pada DPC PDIP Kota Bandar Lampung?. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses rekrutmen bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung periode 2015-2020 pada Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Kota Bandar Lampung.

13 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian bagi pengembangan ilmu politik, khususnya tentang partai politik yang dalam hal ini adalah proses rekrutmen bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung periode 2015-2020 pada Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC PDIP) Kota Bandar Lampung. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan evaluasi bagi partai politik khususnya dalam menjalankan fungsi rekrutmen dalam menempatkan kader maupun non kader dalam jabatan politik.