TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PAINAN

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 15 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA 2017 ISBN

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI BERTUTUR DALAM BAHASA MINANGKABAU OLEH REMAJA ANTARKAWAN SEBAYA PADA KOMUNIKASI TIDAK RESMI DI KOTA PADANG

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI

Helvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

TINDAK TUTUR PEDAGANG MAKANAN KAKI LIMA DI PASAR RAYA KOTA PADANG (STUDI KASUS PEDAGANG MAKANAN IBU ERI)

TINDAK TUTUR DIREKTIF ANAK KEPADA ORANG TUA DALAM BAHASA MANDAILING DI KANAGARIAN PANTI KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATRA BARAT

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA INDONESIA PADA RADIO MERCY FM TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

REPRESENTASI TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK AISYIYAH DESA KASEGERAN KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

STRATEGI BERTUTUR DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF BAHASA INDONESIA PADA KEGIATAN DISKUSI

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

ANALISIS KESANTUNAN TINDAK TUTUR GURU DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TK AISYIYAH 26 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

TINDAK TUTUR DEKLARASI PEDAGANG KAKI LIMA DALAM BAHASA MANDAILING DI PUSAT PASAR UJUNG GADING KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang E-mail: nensi.yuferi@yahoo.com ABSTRACT The research is aimed to describe (1) the directive speech act of kindergarten teacher in learning process at kindergarten of Aisyiyah 29 Padang, (2) the strategy of teacher s speech act in learning process, (3) context of situation in speech and (4) language politeness that teacher s use in learning process. This research use theory of Yule (2006) about directive speech act, Gunarwan (1994) about kind of directive speech act, Syahrul (2008) about the strategy of speech, Chair (2010) about context of speech situation and Syahrul (2008) about the language politeness. This research is qualitative research that use descriptive method. Data collected done for a week and used technique video recording used by a teacher as the object of this research. Result of this research, (1) teacher is dominant to use asking speech act in learning process, (2) strategy of speech act that mostly use in learning process is free mind speech act strategy (3) speech act condition context have a background dominant in the class on teaching learning process started in beginning until the ending. The teacher s speech act is aimed to know about politeness and teach the student according with point in that day and dominant language politeness which used cooperation maxims and (4) language politeness that mostly use deal of maxim. In general, teacher speech act at kindergarten of Aisyiyah 29 in learning process is well mannered. Key words : speech act directive, speech act strategy, language politeness, teaching learning process Pendahuluan Bahasa ada alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabangcabang itu di antaranya ada fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Cabang ilmu yang mengkaji bahasa berdasarkan konteks ada pragmatik. Dalam pragmatik makna ditelaah menurut tafsiran pendengar dalam suatu ujaran. Dalam situasi-situasi ujar tersebut terdapat suatu peristiwa tutur. Dalam pragmatik, bahasa lisan terwujud dalam bentuk tuturan dengan isti tindak tutur. Tindak tutur merupakan bentuk ujaran yang melibatkan dua pihak yaitu 1

penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Searle (dalam Wijana 1996:17-20), mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi ada tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi ada tindak tutur yang melakukan sesuatu. Tindak perlokusi ada tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur. Berdasarkan ketiga jenis tindak tutur tersebut, yang paling banyak dibahas ada tindak tutur ilokusi, karena merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur dan memiliki beberapa jenis pembagian. Searle (dalam Leech, 1993:164) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu (1) asertif, (2) direktif, (3) komisif, (4) ekspresif, dan (5) deklarasi. Tindak tutur direktif ada jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur (Yule, 2006:93). Gunarwan (1994:48) menyatakan bahwa yang tergolong ke dalam tindak tutur direktif ada menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang. Selanjutnya, Rahardi (2005:36) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif ada bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan, misalnya: memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat tutur. Melalui bahasa mereka mampu berbicara sesuai dengan perkembangan usia dan lingkungannya. Tuturan anak akan bertambah apabila dia memasuki masa seko. Pada masa itu anak mulai berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sebaya, guru, orang tua, dan orang-orang di sekelilingnya. Menurut Alya (2009:765) Taman Kanak-kanak ada jenjang pendidikan praseko untuk anak-anak yang berumur 3-6 tahun. Pendidikan pada jenjang Taman Kanakkanak merupakan pembelajaran pertama dan pengenalan bagi anak. Pada jenjang tersebut, guru taman kanak-kanak harus memiliki kesabaran dan kiat untuk mengajak anak-anak untuk belajar. Umumnya anak-anak belajar untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang di sekelilingnya, dalam hal ini guru berperan penting karena guru merupakan contoh baik dari segi tingkah laku dan bahasa yang digunakan dalam berinteraksi. Alasan, penulis memilih TK Aisyiyah 29 Padang sebagai objek 2

penelitian, karena berdasarkan pengamatan penulis sete mengadakan observasi di Taman Kanak-kanak tersebut pada tanggal 11 November 2013. Guru sering menggunakan berbagai jenis tindak tutur dan strategi bertutur dalam proses belajar mengajar (PBM). Penulis ingin melihat bagaimana cara guru dalam bertutur agar siswanya yang tergolong masih kecil dan dalam usia yang masih asik bermain dapat mengerti dan bisa mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya. Tindak tutur yang akan penulis teliti ada tindak tutur ilokusi yang lebih terfokus pada tindak tutur direktif, karena dalam proses pembelajaran guru lebih dominan menggunakan tindak tutur direktif. Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti Tindak Tutur Direktif Guru Taman Kanak-kanak dalam Proses Belajar Mengajar TK Aisyiyah 29 Padang. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah 29 Padang dalam proses pembelajaran, (2) mendeskripsikan strategi bertutur direktif guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah 29 Padang dalam proses pembelajaran, (3) mendeskripsikan konteks penggunaan strategi bertutur guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah 29 Padang dalam proses pembelajaran, dan (4) mendeskripsikan kesantunan tindak tutur guru TK Aisyiyah 29 Padang dalam proses belajar- mengajar. Kajian Teori Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang akan digunakan sebagai bahan penunjang. Teori yang dimaksud ada: (1) hakikat pragmatik, menurut Wijana (1996:1) pragmatik ada cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. (2) tindak tutur, tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu yang sebenarnya kita lakukan ketika kita berbicara, Menurut Chaer dan Leoni (2004:53), tindak tutur dibagi dalam tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. (3) tindak tutur direktif, tindak tutur direktif ada jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu (Yule, 2006:93). (4) jenis tindak tutur direktif, Gunarwan (1994:48), menyatakan bahwa yang tergolong ke dalam tindak tutur direktif ada menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang (5) peristiwa tutur, Chaer (2004:47) mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan peristiwa tutur ada terjadinya atau berlansungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di 3

dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (6) kesantunan berbahasa, Sedangkan Leech (dalam syahrul 2008:22) menganggap bahwa kesantunan berbahasa ada usaha untuk membuat adanya keyakinan-keyakinan dan pendapat yang tidak sopan menjadi sekecil mungkin dengan mematuhi prinsip kesantunan berbahasa yang terdiri atas maksimmaksim. (7) strategi bertutur, Strategi bertutur ada bagaimana cara bertutur agar menghasilkan suatu tuturan yang menarik dan dapat dimengerti oleh lawan tuturnya (Yule, 2006:114), (8) konteks situasi tutur, Konteks merupakan dasar pijakan analisis pragmatik. Konteks yang dimaksud ada segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan (Rahardi, 2005:50), (9) proses belajar mengajar, menurut Djamarah (2005:12) belajar mengajar ada sebuah interaksi yang bernilai normatif yang merupakan suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data-data deskriptif. Moleong (1994:3) menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini akan menghasilkan data-data tertulis dari hasil pengamatan terhadap tindak tutur guru dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan ada metode deskriptif. Sebagaimana pendapat Nazir (2009:54) bahwa metode deskriptif ada suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikirin, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ada untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang tindak tutur direktif guru Taman Kanak-kanak dalam PBM. TK Aisyiyah 29 Padang, serta mendeskripsikan strategi bertutur, konteks situasi tutur guru dalam proses pembelajaran, dan kesantunan berbahasa pada PBM. Langkah-langkah yang digunakan dalam teknik analisis data ada: (1) mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan secara keseluruhan bentuk tindak tutur direktif yang digunakan guru TK Aisyiyah 29 Padang dalam PBM. (2) menganalisis bentuk tindak tutur direktif guru dalam PBM. (3) menganalisis strategi bertutur guru dalam 4

PBM. (4) menganalisis konteks strategi bertutur guru dalam PBM. (5) menganalisis bentuk kesantunan berbahasa yang dipakai guru dalam PBM. (6) mengiterpretasikan data yang te ditemukan. (7) menyimpulkan. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan selama enam hari, terdapat 101 tuturan dari enam jenis tindak tutur direktif dapat dikelompokan menurut pertemuan menjadi: pada pertemuan pertama terdapat 23 tuturan, pertemuan kedua terdapat sebanyak 20 tuturan, pertemuan ketiga terdapat sebanyak 22 tuturan, pertemuan keempat terdapat sebanyak 20 tuturan, pertemuan kelima sebanyak 9 tuturan, dan pertemuan enam terdapat sebanyak 7 tuturan. Dari enam hari penelitian terdapat 35 tindak tutur direktif menyuruh contohnya: sekarang coba bikin barisan!, 4 tindak tutur memohon contohnya: tolong lihat ibuk Rozali, 13 tindak tutur menyarankan contohnya: tulisan Fauzan jangan tebal-tebal jelek jadinya, 20 tindak tutur menuntut contohnya: cepat orang sudah pada selesai dia belum juga lagi, 10 tindak tutur menantang contohnya: siapa tahu hari apa sekarang?, dan 19 tindak tutur menasehati contohnya: kita wajib membantu orang buta. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1 Klasifikasi Data Menurut Pertemuan dan Jenis Tindak Tutur Pertem uan 1 2 Jenis Tindak Tutur 3 4 5 6 Jum I 10 1 3 6 1 2 23 II 4 1 2 4 4 5 20 III 9 0 4 4 2 3 22 IV 8 2 2 3 1 4 20 V 1 0 1 2 1 4 9 VI 3 0 1 1 1 1 7 Jum 35 4 13 20 10 19 101 keterangan: 1 = menyuruh 2 = memohon 3 = menyarankan 4 = menuntut 5 = menantang 6 = menasihati Selain jenis tindak tutur direktif guru taman kanak-kanak TK Aisyiyah 29 Padang, juga diamati strategi bertutur apa yang guru gunakan ketika mengajar, yang terdiri dari strategi bertutur bertutur terus terang tanpa basa-basi, strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif, dan strategi bertutur samar-samar. Dari enam hari penelitian didapatkan hasil bahwa dari 101 tuturan, 55 tuturan menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basabasi, 32 tuturan menggunakan strategi bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif, 7 tuturan menggunakan 5

strategi bertutur terus terang dengan basabasi kesantunan negatif, dan 7 tuturan menggunakan strategi bertutur samarsamar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2 Klasifikasi Data Menurut Pertemuan dan Strategi Bertutur Perte- Strategi Bertutur Muan SB -1 SB -2 SB -3 SB -4 Jum I 16 5 2 0 23 II 12 4 1 3 20 III 14 7 1 0 22 IV 9 8 2 1 20 V 1 5 1 2 9 VI 3 3 0 1 7 Jum 55 32 7 7 101 Keterangan: SB-1 = bertutur terus terang tanpa basa-basi SB-2 = bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan positif SB-3 = bertutur terus terang dengan basa-basi kesantunan negatif SB-4 = bertutur samar-samar Selain jenis dan strategi bertutur, konteks situasi tutur juga penting untuk diteliti. Secara keseluruhan dari enam kali pertemuan, konteks situasi tutur yang terjadi berlatar di ruangan kelas pada saat proses belajar mengajar, mulai dari awal sebelum masuk kelas hingga pembelajaran berakhir. Selain di dalam kelas, ada juga di lapangan seko dan di dalam mesjid. peristiwa tutur melibatkan guru dan siswa secara langsung yang bertujuan untuk mendidik dan mengajari siswa dalam segala hal. Tindak tutur menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan topik pembelajaran pada hari itu. Guru bertutur secara tegas dan semangat yang jalur lisan dan terkadang menggunakan dialek, interaksi yang umum terjadi yaitu guru bertanya dan menjawab pertanyaan siswanya serta banyak memberikan arahan dan nasehat melalui tuturan langsung. Dalam kajian mengenai tindak tutur, kesantunan berbahasa juga patut diperhatikan. Menurut Leech dalam Syahrul (2008:23), prinsip kesantunan terdiri atas maksim-maksim sebagai berikut yaitu maksim kearifan, maksim murah hati, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Dari 101 tuturan terdapat 38 menggunakan maksim kearifan, 1 tuturan menggunakan maksim murah hati, 1 tuturan menggunakan maksim pujian, 2 tuturan menggunakan maksim kerendahhan hati, 32 tuturan menggunakan maksim kesepakatan, dan 27 tuturan menggunakan maksim simpati, untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3: 6

Pertem uan Tabel 3 Klasifikasi Data Menurut Pertemuan dan Penerapan Prinsip Kesantunan Prinsip Kesantunan Jum PK- PK- PK- PK PK- PK- 1 2 3-4 5 6 I 7 1 0 0 10 5 23 II 10 0 0 0 5 5 20 III 5 0 1 0 11 5 22 IV 7 0 0 2 4 7 20 V 5 0 0 0 0 4 9 VI 4 0 0 0 2 1 7 Jum 38 1 1 2 32 27 101 Keterangan: PK-1 = kearifan PK-2 = murah hati PK-3 = pujian PK-4 = kerendahan hati PK-5 = kesepakatan PK-6 = simpati Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu minggu, data yang terkumpul sebanyak 101 tuturan yang terdiri dari tindak tutur menyuruh sebanyak 35 tuturan, tindak tutur memohon sebanyak 4 tuturan, tindak tutur menyarankan sebanyak 13 tuturan, tindak tutur menuntut sebanyak 20 tuturan, tindak tutur menantang sebanyak 10 tuturan, dan tindak tutur menasehati sebanyak 19 tuturan. Dari hasil analisis data tersebut terlihat bahwa (1) tindak tutur yang paling dominan digunakan oleh guru taman kanak-kanak dalam proses belajar mengajar TK Aisyiyah 29 Padang ada tindak tutur direktif menyuruh, (2) strategi bertutur yang paling dominan guru gunakan ada strategi bertutur terus terang tanpa basa-basi, dan (3) kesantunan berbahasa yang dominan ada menggunakan maksim kesepakatan. Pada kesantunan berbahasa terdapat beberapa pelanggaran maksim, seperti guru bertutur kurang sopan dengan menggunakan bahasa yang kurang mendidik seperti penggunaan bahasa daerah yang agak kasar dituturkan kepada siswa. Daftar Pustaka Alya, Qonita. 2009. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar. Indahjaya Adipratama. Chaer, Abdul dan Leoni A. 2004. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Gunarwan, Asim. 1994. Pragmatik: Pandangan Mata Burung. Jakarta: Unika Atmajaya. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 7

Syahrul R. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa. Padang: UNP Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 8