BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

Isu Strategis Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS, Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. global. Penyakit AIDS bukanlah jenis penyakit baru dalam dunia kesehatan, namun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. masing-masing. Pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah baik di tingkat

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

1 DESEMBER HARI AIDS SE-DUNIA Stop AIDS: Akses untuk Semua! Mardiya. Kondisi tersebut jauh meningkat dibanding tahun 1994 lalu yang menurut WHO baru

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

OLEH A A ISTRI YULAN PERMATASARI ( ) KADEK ENA SSPS ( ) WAYLON EDGAR LOPEZ ( )

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu permasalahan yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan segenap komponen bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kesehatan. Perhatian terhadap masalah kesehatan dipandang sangat serius karena saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini tergambar melalui rendahnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat, belum meratanya pelayanan kesehatan, belum memadainya sarana dan prasarana kesehatan, menyebar dan berkembangnya penyakit menular seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), Malaria, Diare, ISPA, TBC dan lain-lain, masalah kesehatan ibu dan anak, dan kondisi gizi buruk yang diderita masyarakat. Salah satu masalah yang serius mengancam kehidupan dan kesehatan masyarakat di daerah adalah menyebar dan berkembang biaknya HIV dan AIDS. Sesuai dengan semangat desentralisasi yang dinyatakan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UUPD), maka Pemerintah Daerah memiliki ruang kebijakan yang luas untuk mengatasi berbagai masalah termasuk masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat melalui pembentukan Peratuan Daerah (Perda) yang disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentangpemerintahan Daerah, maka Perda diakui sebagai salah satu sarana percepatan keberhasilan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat di daerah. Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS maka dikembangkan pula Peraturan Daerah tentang Penanggulangan HIV dan AIDS yang diarahkan untuk mendukung tujuan pencegahan dan penanggulan HIV dan AIDS secara nasional yakni: (1) Mencegah dan mengurangi penularan HIV, (2) meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), dan (3) mengurangi dampak sosial ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat 1. Disamping itu, Perda tentang penanggulangan HIV dan AIDS berfungsi sebagai payung hukum bagi semua pihak yang terlibat upaya tersebut dan sebagai jaminan politis bagi tersedianya anggaran untuk pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Untuk mendukung pencapaian tujuan penanggulangan HIV dan AIDS, maka di dalam Perda dilakukan kriminalisasi terhadap tindakan/perilaku berisiko ditulari dan menularkan HIV 2. Salah satu sarana di dalam Perda yang diharapkan dapat membantu upaya penanggulangan HIV dan AIDS adalah ketentuan hukum pidana. Di dalam Perda dirumuskan beberapa perilaku beresiko dan dikriminalisasi sebagai perbuatan pidana, yang diharapkan akan menciptakan perubahan perilaku pada kelompok beresiko dan menularkan HIV. Bertambahnya kasus HIV dan AIDS yang semakin besar jumlahnya pada setiap tahun, memberi kesan bahwa penegakan 1 Permenko Kesra Nomor 8 tahun 2010 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010 2014 2 Peraturan Daerah Sumatera Barat nomor 5 Tahun 2012 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS

Perda sepertinya belum mengarah pada tujuan pembuatannya yaitu membantu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Provinsi Sumatera Barat berada pada peringkat 13 nasional kasus AIDS pada tahun 2012, sehingga penanggulangan dan pencegahan penularan HIV dan AIDS membutuhkan upaya bersama semua pihak mulai dari lingkungan kerja/masyarakat, keluarga dan bangsa. Sampai tahun 2012 ditemukan 189 penderita penyakit HIV/AIDS di Sumatera Barat 3. Angka ini meningkat 54 kasus di banding tahun sebelumnya. Terungkapnya peningkatan pengidap virus mematikan ini seiring dengan peningkatan penyuluhan dan pencarian kasus, serta bertambahnya jumlah unit pelayanan yang menjalankan program HIV dan AIDS 4. Pada tahun 2008 ditemukan 111 kasus HIV dan AIDS dari laporan rumah sakit, tahun 2009 meningkat menjadi 154 kasus dan tahun 2010 turun menjadi 138 kasus. Angka tersebut berasal 1 kasus dariserosurvey, 10 kasus laporan PMI, 127 kasus laporan dari rumah sakit. Dan pada tahun 2013 kembali meningkat menjadi 135 kasus. Angka tersebut berasal dari 3 laporan dariserosurvey, 2 kasus laporan PMI, 130 kasus dari laporan rumah sakit 5. Dalam laporan terakhir Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, tanggal 13 Juni 2013 disebutkan bahwa tercatatkasus AIDS di Sumbar sebanyak739 kasus yang menempatkan provinsi ini di peringkat 3 http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=38594 diakses pada tanggal 8 Mei 2014 4 Ibid 5 Ibid

11 secara nasional, Sedangkan kasus HIV dilaporkan 802 6, angka-angka yang dilaporkan tersebut tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena penyebaran HIV/AIDS terkait dengan fenomena gunung es yaitu kasus yang terdeteksi atau yang dilaporkan digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus yang tidak terdeteksi digambarkan sebagai bongkah gunung es di bawah permukaan air laut. Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumbar per-kabupaten Kota sejak tahun 2002 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1.1. Kumulatif Kasus HIV/AIDS Sumatera Barat 2002-2013 No Kabupaten/Kota HIV AIDS Meninggal 1 Kabupaten Padang Pariaman 4 42 8 2 Kabupaten Tanah Datar 0 37 6 3 Kabupaten Pesisir Selatan 1 38 3 4 Kabupaten Agam 1 77 11 5 Kabupaten 50 Kota 0 19 3 6 Kabupaten Pasaman 0 12 1 7 Kabupaten Pasaman Barat 1 12 3 8 Kabupaten Sijunjung 1 5 1 9 Kabupaten Dharmasraya 1 11 1 10 Kabupaten Solok 0 6 0 11 Kabupaten Solok Selatan 0 7 0 12 Kabupaten Mentawai 0 5 1 13 Kota Padang 39 383 65 14 Kota Bukittinggi 7 148 15 15 Kota Payakumbuh 0 28 1 16 Kota Padang Panjang 0 7 1 17 Kota Solok 2 20 4 18 Kota Sawahlunto 0 11 4 19 Kota Pariaman 4 23 6 20 Tidak Diketahui 4 14 2 JUMLAH 65 905 136 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 6 http://www.aidsindonesia.com/2013/07/perda-aids-provinsi-sumatera-barat.html diakses pada tanggal 8 Mei 2014

Persoalan HIV dan AIDS biasanya tidak dianggap hanya masalah virus atau penyakit saja, akan tetapi banyak persoalan yang juga menyertai kasus ini. Bagi Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) munculnya stigma jelek pada mereka berdampak pada diskriminasi, belum lagi masalah berikutnya yang mengiringi seperti berhenti bekerja, kelemahan fisik dan berkurangnya dukungan keluarga serta masyarakat sehingga kecenderungan ODHA pada tahap awal infeksi mengalami depresi dan mencoba bunuh diri. Disisi lain terkadang kasus ini seakan dipungkiri keberadaannya oleh berbagai pihak. Di Sumatera Barat pada tahap awal kasus ini muncul, terkesan pemerintah dan tokoh agama tidak mengakui adanya kasus HIV dan AIDS di bumi Minangkabau ini. Semua memberi argumentasi sesuai dengan kewenangan msing-masing dengan dalih, apa benar ada orang Minangkabau terinveksi HIV? Kitakan orang yang beradat, cerdas dan beragama. Apalagi sebagian besar masyarakat memahami dalam adat Minangkabau terdapat falsafah adat yang berdasarkan syariat agama yaitu, Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah, yang artinya Adat Minangkabau haruslah didasarkan pada agama Islam, agama berdasarkan Kitabullah yaitu Alqur an sehingga rasanya tidak mungkin kasus HIV ada disini. Kondisi inilah yang berdampak pada antisipasi semua masalah yang muncul saat ini. Banyaknya kasus HIV dan AIDS di Sumbar saat ini adalah buah dari ketidakpedulian masyarakat dalam penanggulangan HIV dan AIDS selama

ini. Peningkatan kasus ini bisa di cermati dari beberapa sudut pandang: pertaman, dari kesehatan bahwa infeksi HIV dan AIDS ini melewati perjalanan infeksi tanpa gejala berkisar 7 10 tahun, mereka yang terinfeksi terlihat seperti orang sehat saja padahal didalam tubuhnya sudah ada virus HIV yang bisa menularkan kepada orang lain dan kepada meereka yang belum memiliki gejala dari penyakit tersebut. Sehingga bagi mereka yang berperilaku beresiko, tanpa menyadari mereka telah menularkan virus tersebut pada orang lain termasuk pasangannya. Dari segi sosial-budaya, masyarakat juga berkontribusi dalam peningkatan kasus ini. Stigma jelek dan diskriminasi membuat orang yang berprilaku beresiko tersebut tidak mau memeriksakan kesehatannya karena mereka takut ketahuan terinfensi HIV dan dikucilkan ditengah masyarakat, sehingga mereka berada pada rantai penularan yang tidak berujung sampai mereka akhirnya menyadari terinfeksi setelah menderita penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh. Merujuk pada Perpres No. 75/2006 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 7, salah satu ketentuan yang ditetapkan di dalamnya adalah pemerintah propinsi dan kabupaten/kota wajib membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di wilayahnya. Hal tersebut dipertegas lagi dengan Permendagri No. 20/2007 tentang pedoman pembentukan KPA di tingkat propinsi dan kabupaten/kota 8, meskipun di dalamnya tidak dinyatakan sebagai suatu kewajiban. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pemerintah propinsi 7 Perpres No. 75/2006 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 8 Permendagri No. 20/2007 Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

dan kabupaten/kota tidak perlu membentuk KPA bila hal tersebut tidak dianggap penting. Sumbar adalah salah satu dari 17 provinsi di Indonesia yang menerbitkan Perda tentang penanggulangan AIDS. Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi pertama yang menerbitkan Perda Penanggulangan AIDS pada tahun 2004, Perda Penanggulangan AIDS yang terbaru, terbit pada tahun 2012 di Propinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat. Salah satu bagian batang tubuh Perda tersebut menyebutkan bahwa Gubernur membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) untuk melakukan upaya penanggulangan AIDS di propinsi. Hal ini juga sejalan dengan Permendagri No. 20/2007tentang pedoman pembentukan KPA di tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Sumatera Barat merupakan salah satu aturan dalam Peraturan Daerah Sumatera Barat nomor 5 Tahun 2012 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS yang terdapat pada pasal 27 dan pasal 28. Keanggotaan KPAP sendiri terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, tokoh masyarakat, LSM dan sektor terkait 9. Menyangkut dengan efektifitas fungsi dari KPAP dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS juga dibentuk Komisi Penaggulangan AIDS kabupaten/kota (KPAK) untuk melakukan koordinasi, baik menyangkut aspek pengaturan maupun aspek pelaksanaannya. 9 Peraturan Daerah Sumatera Barat nomor 5 Tahun 2012 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, pasal 27 ayat ( 2)

Pembentukan dari KPAP dan KPAK ini untuk melaksanakan Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2012 tentang penanggulangan HIV dan AIDS, dengan harapan dapat mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA), serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat. Penelitian ini akan memfokuskan perhatian pada penerapan Perda dikotapadang, walaupun Perda mencakup seluruh kabupaten/kota di Sumbar. Kota Padang merupakan kota dengan penderita HIV dan AIDS tertinggi di Sumbar. Komisi Penanggulangan Aids Kota Padang juga telah menjalankan beberapa program terkait penanggulangan terhadap HIV dan AIDS, diantaranya adalah 10 : 1. Program Pencegahan Penanggulangan Melalui Alat Suntik Populasi pengguna alat suntik didorong untuk mengikuti layanan alat suntik steril (LASS). Layanan ini terus dikembangkan baik melalui LASS di tingkat komunitas maupun di layanan kesehatan seperti puskesmas. 2. Program Terapi Rumatan Metadon Layanan terapi rumatan metadon disediakan untuk mengganti ketergantungan dan kebiasaan perilaku pengguna alat suntik terhadap penggunaan narkoba melalui alat suntik, sehingga dapat meminimalkan penularan HIV. 3. Program Pencegahan Penularan HIV Melalui Transmisi Seksual Program pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual dilakukan melalui promosi kondom dan penyediaan layana infeksi 10 Komisi Penanggulangan Aids Kota Padang: Strategi dan Rencana Aksi Penanggulangan HIV dan AIDS

menular seksual (IMS). Program ini juga dilakukan secara terus menerus kepada remaja baik didalam sekolah maupun diluar sekolah, melalui sector pendidikan sebagai bagian dari pendidikan keterampilan hidup ( life skill education). 4. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan adalah layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT), salah stau tujuan dari promosi pencegahan adalah mendorong populasi kunci ke layanan VCT. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri, dari 19 kabupaten/kota kasus terbanyak berada di Kota Padang, sebagai ibukota provinsi. Dengan 39 orang HIV dan 339 orang AIDS, kemudian disusul Kota Bukittinggi dengan 7 orang HIV dan 144 orang AIDS. Data di atas dirangkum sejak 2002 hingga 2013 11.Selama tahun 2013, RSUP M. Djamil Padang melayani 906 penderita HIV dan AIDS, data tersebut terhitung dari bulan Januari hingga 30 November 2013, pasien tersebut rata-rata hanya rawat jalan, karena sebagian besar dari mereka hanya terjangkit HIV 12. Data penderita HIV dan AIDS yang berobat kerumah sakit milik pemerintah tersebut meningkat 10 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Setiap bulan setidaknya RSUP M. Djamil Padang melayani pasien HIV dan AIDS 10 hingga 12 orang, sebagian dari mereka berusia 20 hingga 40 tahun 13. 1.2. Perumusan Masalah 11 Ibid 12 http://hariansinggalang.co.id/m-djamil-layani-906-hivaids/ diakses pada tanggal 8 Mei 2014 13 Ibid

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan peneliti adalah; Bagaimanaimplementasi dari Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDSberjalan di Kota Padang? 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikanimplementasi dari peraturan daerah Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Padang. 1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dari segi teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan politik khususnya di bidang kajian implementasi kebijakan publik. 2. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan kepada pemerintahan Kota Padang dalam proses implementasi Peratuan Daerah Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, di Kota Padang. 3. Secara sosial, penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dan tokoh adat dalam membantu pengimplementasian Peratuan Daerah Sumatera Barat Nomor 5 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, di Kota Padang.