BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

SKRIPSI OLEH. Netty Desi M Manullang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

1. Penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari faktor Risk Profile pada periode 2013 menunjukkan Bank Syariah Mandiri masuk kategori sangat sehat,

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMELS DAN RGEC PADA PT. BANK XXX PERIODE

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

Nama : Uthary Maladhika NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Budiasih, SE., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

ANALISI TINGKAT KESEHATAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA. TBK DENGAN METODE RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dari modal yang dimiliki (Sartono, 2001:119). Oleh karena itu, perlu diupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perbankan sebagai bagian dari perekonomian, memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB III METODE PENELITIAN

Jurusan Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Hal ini sejalan dengan tujuan bank sebagai lembaga keuangan yang memiliki peran mendukung pembangunan perekonomian nasional. Sebagai salah satu lembaga penyedia jasa keuangan, bank mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan modal bagi pelaku bisnis untuk memulai dan menjalankan kegiatan usaha atau untuk kegiatan investasi. Berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Dalam menjalankan kegiatannya, bank berfungsi sebagai perantara keuangan yaitu menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkan dana kepada pihak yang kekurangan dana. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagi pendukung kelancaran system pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas system keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (Booklet Perbankan Indonesia). Selain melaksanakan peran sebagai pendukung kelancaran, pelaksanaan kebijakan dan pencapaian stabilitas perbankan juga mengharapkan laba dari kegiatan operasionalnya. Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga 1

akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang selanjutnya akan membantu bank untuk mampu memperkuat permodalan melalui penambahan jumlah laba ditahan sehingga diharapkan perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya. Di Indonesia sendiri, laba bank devisa menunjukkan tren positif sejak tahun 2010 yang menandakan bahwa efisiensi bank dalam kegiatan operasinya. Berikut ini perkembangan laba bank devisa dari tahun 2010-2014. Sumber: Statistik Perbankan indonesia 2014 www.bi.go.id (Data Diolah) Gambar 1.1 Perkembangan Laba Bank Devisa tahun 2010-2014 (dalam miliar rupiah) Gambar 1.1 menunjukkan bahwa laba bank devisa setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2014 walaupun di tahun 2013 sampai tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,65%. Laba bank devisa yang dominan meningkat tidak sejalan dengan peningkatan rasio ROA, dimana secara teori bahwa semakin meningkat ROA semakin tinggi tingkat pengembalian atas aset yang dimiliki yang mengakibatkan semakin meningkatnya laba, sehingga fenomena ini menarik untuk diteliti. Laba merupakan indikator penting dari laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dan kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan sering disebut rentabilitas. Tingkat 2

rentabilitas bank dapat memperlihatkan kinerja bank yang bersangkutan, karena tingkat rentabilitasnya merupakan salah satu alat ukur dalam menilai kesehatan dan kinerja bank. Semakin tinggi tingkat rentabilitasnya, maka akan semakin baik kinerja bank tersebut. Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada modal dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya (Riyanto, 2010:36). Salah satu rasio yang umum digunakan dalam perbankan untuk menilai rentabilitasnya adalah tingkat pengembalian atas perputaran total aktiva (ROA). Return on Asset (ROA) memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan, karena ROA menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara rata-rata dari asetnya (Mishkin, 2008: 306). Dan untuk penelitian ini proksi yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah Return on Asset. Dalam mengukur tingkat kesehatan bank, dapat dianalisis melalui kinerja keuangannya sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 yang diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank umum menetapkan metode penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan risiko yang disebut dengan Risk-Based Bank Rating (RBBR) yang menilai aspek Profil Risiko (Risk Profile), Good Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital). Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank ini merupakan tata cara penilaian baru menggantikan tata cara penilaian sebelumnya yaitu analisis CAMELS. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dan dijadikan proksi dari indikator-indikator RBBR adalah Non Performing Loan (NPL) dan Loan to 3

Deposito Ratio (LDR) merupakan proksi dari profil risiko, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan proksi dari Good Corporate Governance, Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) merupakan proksi dari rentabilitas, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan proksi dari permodalan. Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu rasio pada risiko kredit yang digunakan untuk menilai profil risiko. Risiko kredit menunjukkan kemungkinan terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang terhadap sejumlah pinjaman yang telah diberikan (Rivai et al, 2007:731). NPL menggambarkan kondisi tingkat kemampuan bank dalam menagih kembali kredit yang disalurkan kepada debitur. Semakin rendah NPL maka semakin baik kualitas kredit dari suatu bank dan sebaliknya jika NPL tinggi maka kredit bank tersebut bermasalah. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL maka laba atau profitabilitas bank (ROA) tersebut akan semakin meningkat. Rasio LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Likuiditas adalah kesanggupan bank membayar kewajiban jangka pendek secara tepat waktu (Pandia, 2012:123) Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. LDR juga digunakan sebagai salah satu proksi dari risk profile RBBR. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba bank. Peningkatan LDR berarti dana 4

yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar sehingga pendapatan bunga bertambah dan laba bank akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan ROA semakin tinggi. Menurut Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No. 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2001, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasioanal. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasi lainnya). Dapat diperkirakan efisiensi bank (BOPO) juga terkena dampaknya karena didalamnya terdapat beban bunga sehingga berpengaruh pada penurunan ROA. Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan earning assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih (Rivai et al, 2012 : 481). Dengan kata lain, Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat. Menurut Sudiyatno (2010), Capital Adecuacy Ratio adalah rasio yang memperhitungkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain). Peraturan Bank Indonesia terkait dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) telah menetapkan bahwa besarnya CAR minimum yang harus dipenuhi bank sebesar 8%. CAR yang terlalu tinggi berarti bahwa terdapat dana yang menganggur (idle fund). Sehingga, 5

kesempatan bank untuk memperoleh laba akan menurun, akibatnya akan menurunkan rentabilitas bank (ROA). Tabel 1.1 Perkembangan CAR, NIM, BOPO, NPL, LDR dan ROA Pada Bank Devisa Tahun 2010-2014 Rasio Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 ROA (%) 2,86 3,03 2,64 2,43 2,13 CAR (%) 15,76 14,37 15,33 16,01 16,42 NIM (%) 5,35 5,42 5,17 4,42 3,78 BOPO (%) 86,14 85,42 74,88 78,07 80,70 NPL (%) 2,35 1,96 1,56 1,57 2,24 LDR (%) 90,86 96,47 81,58 83,77 85,66 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 www.bi.go.id (Data Diolah) Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada setiap tahunnya sejak tahun 2010 sampai tahun 2014, ROA dilihat secara umum mengalami penurunan. Tahun 2010, ROA sebesar 2,86%. Di tahun berikutnya, tahun 2011 ROA bank devisa menjadi 3,03% atau meningkat sebesar 0,17% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2012, ROA bank devisa adalah sebesar 2,64% atau menurun dari tahun sebelumnya sebesar 0,39% dari tahun 2011. Pada tahun 2013, ROA bank devisa adalah sebesar 2,43% menurun sebesar 0,21% dari tahun 2012. Pada tahun 2014, ROA bank devisa sebesar 2,13% atau menurun sebesar 0,30% dari tahun 2013. Dapat disimpulkan dari Tabel 1.1 bahwa kinerja Bank Devisa periode tahun 2010-2014 menunjukkan trend yang menurun, sehingga akan mempengaruhi kinerja operasional bank pada periode berikutnya, oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi ROA. Pada bagian Capital Adequacy Ratio mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu dari 15,76% pada tahun 2010 menjadi 14,37% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 sampai tahun 2014 CAR bank devisa mengalami peningkatan yaitu 6

masing-masing sebesar 15,33% pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi 16,01%, dan naik lagi menjadi 16,42% pada tahun 2014. Hubungan antara CAR dengan ROA suatu bank adalah positif, dimana jika CAR suatu bank meningkat maka ROA akan meningkat pula. CAR mengalami penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu sebesar 1,09%. Pada tahun 2011 sampai dengan 2014 CAR bank devisa di Indonesia naik sebesar 0,96%, 0,68%, dan 0,41%. Dalam tiga tahun berturut-turut CAR mengalami peningkatan, sedangkan rasio ROA bank devisa di Indonesia dalam tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan dimana secara teori seharusnya nilai ROA bank devisa di Indonesia juga meningkat. Pada bagian Net Interest Margin, diperlihatkan bahwa pada tahun 2010 NIM bank devisa adalah sebesar 5,35%. Di tahun berikutnya, NIM bank devisa mengalami peningkatan menjadi 5,42%. Pada tahun 2012 NIM bank devisa turun menjadi 5,17%. Pada tahun 2013, NIM bank devisa kembali mengalami penurunan menjadi 4,42% dan turun kembali di tahun 2014 menjadi 3,78%. Dari data yang disajikan dapat diketahui bahwa meskipun pertumbuhan NIM ada mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai dengan 2011 sebesar 0,07%. NIM bank devisa mengalami penurunan dalam tiga tahun berturut-turut dari 2012 sampai dengan tahun 2014. Sejalan dengan teori peningkatan NIM dan peningkatan ROA terjadi di tahun yang sama yaitu periode 2010 sampai dengan 2011 dan mengalami penurunan di tiga tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. 7

Pada bagian Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, pada tahun 2010-2012 diperlihatkan bahwa BOPO bank devisa mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu sebesar 86,14% pada tahun 2010, turun menjadi sebesar 85,42% pada tahun 2011, kemudian turun lagi menjadi 74,88% pada tahun 2012, dan mengalami kenaikan sebesar 3,19% menjadi 78,07% pada tahun 2013. Pada tahun 2014, BOPO bank devisa mengalami kenaikan lagi menjadi 80,70%, dan ROA mengalami penurunan sesuai dengan teori yang menyatakan jika BOPO naik maka ROA akan turun. Namun pada periode tahun 2011-2012, BOPO mengalami penurunan namun ROA juga turun, hal tersebut tidak sesuai dengan teori ketika BOPO naik maka ROA akan turun. Pada bagian Non Performing Loan menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dari tahun 2010-2014. Pada tahun 2010, NPL bank devisa sebesar 2,35%. Kemudian pada tahun 2011, NPL bank devisa mengalami penurunan ke angka 1,96%. Namun pada tahun 2012, NPL bank devisa mengalami penurunan menjadi 1,56%. Di tahun berikutnya, pada tahun 2013, NPL mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya walaupun tidak terlalu signifikan yaitu 1,57%. Pada tahun 2014, NPL bank devisa akhirnya mengalami peningkatan sebesar 0,67% dan berada di posisi 2,24%. NPL mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan 2013 dan ROA pada data kinerja bank devisa pun cenderung menurun sampai dengan tahun 2013 hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan jika NPL turun seharusnya ROA akan naik. Pada bagian Loan to Deposito Ratio pada bank devisa di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 90,86% dan mengalami peningkatan sebesar 5,61% 8

ditahun 2011 sehingga LDR di tahun 2011 adalah sebesar 96,47% dan mengalami penurunan yang cukup besar di tahun 2012 sebesar 14,59% sehingga LDR menjadi 81,58%. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan kembali 2,19% sehingga menjadi 83,77% dan ditahun berikut juga mengalami kenaikan sebesar 1,89% menjadi 85,66%. Jadi LDR mengalami kenaikan dari tahun 2012 sampai dengan 2014 dan tidak sejalan dengan teori ketika LDR meningkat maka ROA juga harusnya meningkat tetapi pada periode ini ROA mengalami penurunan sedangkan LDR meningkat. Telah banyak penelitian yang dilakukan yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rentabilitas bank, namun masih ditemukan research gap atau perbedaan hasil antara penelitian yang satu dengan penelitian lainnya. Perbedaan hasil tersebut ditemukan pada variabel CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR terhadap rasio ROA pada bank devisa. Penelitian mengenai pengaruh CAR terhadap kinerja rentabilitas bank yang dilakukan oleh Mawardi (2005), Hayat (2008) dan Prastiyaningtyas (2010) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasnanugraha (2007) dan Sabir et all (2011) yang menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Hasil berbeda juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Clorinda (2013) yang menyatakan CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian mengenai pengaruh NPL terhadap kinerja rentabilitas bank yang dilakukan oleh Prasnanugraha yang menyatakan NPL berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Ponco (2008), Sabir et al (2011) dan Dewi, et al. (2015) yang menyatakan NPL 9

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian yang berbeda juga ditemukan oleh Nusantara (2009) yang menyatakan NPL tidak berpengaruh terhadap ROA. Penelitian mengenai pengaruh NIM terhadap kinerja rentabilitas bank yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dan Eng (2013) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alper dan anbar (2013) dalam penelitiannya ditemukan NIM tidak berpengaruh terhadap ROA. Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap kinerja rentabilitas bank yang dilakukan oleh Prasnanugraha (2007) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009), Artarina dan Masdjojo (2013) dan Tan Sau Eng (2013) yang menyatakan BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian juga ditemukan berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabir et al (2011) yang menyatakan BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Penelitian mengenai pengaruh LDR terhadap kinerja rentabilitas bank yang dilakukan oleh Widyastuti dan Mendagie (2010), Sabir et al (2011) dan Purnamawati (2014) dalam hasil penelitian mereka menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) dan Prastiyaningtyas (2010) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut di atas pada latar belakang masalah, maka research 10

problem dapat dirumuskan sebagai berikut : tingkat rasio ROA Bank Devisa di Indonesia menunjukkan kondisi yang fluktuatif dan cenderung menurun, dan adanya research gap dari hasil penelitian terdahulu mengenai faktor yang berpengaruh terhadap ROA. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Loan to Deposito Ratio terhadap Rentabilitas Bank Devisa Terbuka di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: Apakah Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Loan to Deposito Ratio berpengaruh terhadap Return on Assets pada Bank Devisa Terbuka di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Loan to Deposito Ratio berpengaruh Return on Assets pada Bank Devisa Terbuka di Bursa Efek Indonesia. 11

1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada beberapa pihak antara lain: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi kepada pihak manajemen ataupun pengambil kebijakan dari perusahaan perbankan guna meningkatkan kinerja keuangan bank devisa. 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi kepada pihak investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. 3. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja rentabilitas bank devisa. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kinerja rentabilitas bank. 12