II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pem-belajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PERINCIANNYA. Sub Kemampuan. Memfokuskan pertanyaan. Menganalisis argumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. kimia adalah pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip,dan hukum. Proses

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan,

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang memacu pada kemandirian siswa dalam menyelesaikan masalah

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan komponen

II. TINJAUAN PUSTAKA. masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media sangat

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005). Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai 60 dalam peningkatan hasil belajar (kognitif) dan pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar (kognitif) siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (N-gain yang signifikan). B. Pembelajaran Kontruktivisme Kotruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von

8 Glaserfeld dalam Battencourt, 1989) dan Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001). Menurut filsafat kontruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka miliki sebelumnya (Lorsbach & Tobin dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001). Inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada filsafat kontruktivisme. Dalam inkuiri terbimbing hubungan guru dan murid adalah sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan. Artinya bahwa murid harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya dan guru membantu agar pencarian tersebut berjalan dengan baik (Suparno, 1996). Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu membangun pengetahuannya maka diperlukan : 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum (merapatkan) dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya. 3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.

9 Prinsip-prinsip kontruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada hasil akhir,(5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator. C. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000). Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah yang dimaksud adalah pertanyaan yang mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan (Suyanti, 2010) Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Amri, 2010).

10 Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan metode pembelajaran inquiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3. Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik. 4. Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiri yang telah dilakukannya. 5. Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa. Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran di mana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2008, pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri

11 terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh sebab itu, guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. Dengan desain pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis terhadap siswa. Keterampilan berpikir sangat dibutuhkan, menurut Winocur dalam Costa (1985) menyatakan bahwa kemajuan zaman telah memberi manfaat yang positif juga menimbulkan dampak negatif dan berimbas pada lingkungan global. Pemecahan yang kompleks ini memerlukan keterampilan berpikir yang berkualitas, termasuk keterampilan berpikir kritis. Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada penelitian ini, tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pem-

12 belajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya 2. Membuat hipotesis 3. Mengumpulkan data 4. Menganalisis data 5. Membuat kesimpulan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau datadata melalui percobaan maupun telaah literatur Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan masing-masing. Siswa memberikan pendapat dan menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan. Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan datadata atau informasi Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Siswa membuat kesimpulan Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dapat membentuk dan mengembangkan Self-Concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

13 2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. 5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain: 1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep. 2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan pertanyaan-pertanyaan. Adapun menurut Prambudi (2010) yang menyatakan bahwa pada pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuri yaitu : 1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementa-sikan oleh setiap guru. Kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara: 1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal 2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat

14 D. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut kamus Webster s dalam Amri (2010) menyatakan, Kritis (critical) adalah Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif sehingga berpikir kritis dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan kecermatan dalam membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dalam Amri (2010) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto dalam Amri (2010) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Menurut Dressel dalam Amri (2010) beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah,

15 menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Pernyataan di atas didukung oleh Amri dan Ahmadi (2010) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto dalam Amri (2010), bahwa berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 2. Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis No Unsur Keterangan 1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. 2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang

16 diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir. 3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan 4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan. Langholz & Smaldino dalam Gelven & Stewart (2001) menyatakan bahwa berpikir kritis tidak dapat dikembangkan dalam waktu yang singkat. Diperlukan pembelajaran yang secara berkesinambungan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Potts & Bonnie (1994) mengungkapkan beberapa tanda pengajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis antara lain: a. Meningkatkan interaksi antar siswa saat belajar. Belajar dalam kelompok dapat membantu meningkatkan interaksi antar anggota. b. Mengajukan pertanyaan terbuka, yang tidak membutuhkan satu jawaban benar. Rustaman (2005) menyatakan bahwa menggunakan pertanyaan yang efektif berarti mendorong siswa berpikir dan bernalar, sehingga belajar menjadi berpusat pada diri siswa. c. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksikan pertanyaan yang ditanyakan atau masalah yang diajukan.

17 Hassoubah (2004), menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah melalui diskusi, karena dengan diskusi, kita dapat mengungkap argumen, mendengarkan argumen orang lain dan mengevalusi argumen, ini semua merupakan proses berpikir kritis. Selanjutnya Zohar & Dori (1994) menyatakan bahwa siswa yang sebelumnya tidak pernah berpartisipasi dalam diskusi, secara suka rela mengangkat tangan pada kelas diskusi saat kegiatan belajar Teaching Critical and Scientific Thinking (TCS Project) berlangsung. Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interference), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis No Kelompok Indikator Sub Indikator 1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi atau merumuskan sebuah pertanyaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. Menjaga kondisi berpikir a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi kalimatkalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimatkalimat bukan bukan pertanyaan

18 Membangun 2 keterampilan dasar 3 Menyimpulkan Bertanya dan menjawab pertanyaan Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu argumen f. Membuat ringkasan a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan...? a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati. a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan. c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang benar f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil observasi. a. Siklus logika-euler b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasi suatu pernyataan a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

19 4 Memberikan penjelasan lanjut Membuat dan menentukan hasil pertimbangan Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi Mengidentifikasi asumsi-asumsi a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang dapat diterima d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. a. Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen 5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan Berinteraksi denganorang lain a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan E. Kerangka Pemikiran Pembelajaran inkuiri terbimbing, adalah pembelajaran yang mana siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,

20 sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap. Tahap pertama yaitu tahap mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru memberikan permasalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipotesis. Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal mereka. Tahap ketiga yaitu tahap mengumpulkan data. Pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengumpulkan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan. Tahap keempat yaitu tahap menganalisis data. Pada tahap ini guru membimbing siswa menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tahap kelima yaitu tahap membuat kesimpulan. Pada tahap ini, guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam

21 upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh. Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Sehingga guru dapat melatihkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Dengan berpikir apabila pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis khususnya keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan. F. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Tingkat keluasan dan kedalaman materi yang diajarkan sama 2. Faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan materi

22 pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Gading Rejo TP 2012-2013 pada subjek penelitian diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan. 3. Perbedaan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan siswa semata-mata karena perlakuan dalam proses pembelajaran. G. Hipotesis Umum Hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan siswa pada materi laju reaksi.