BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENDERITA KANKER TULANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa, vagina dan mengalami proses menstruasi, hamil, melahirkan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Di negara negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).

Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

Pengalaman sakit adalah hal yang dapat terjadi pada siapa pun, kapan pun. dan dimana pun, begitu pula dengan anak-anak. Sebagaimana orang dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

STRATEGI KOPING MENGHADAPI STRES PADA PENDERITA KANKER PARU SKRIPSI. Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai dengan kategori berat. Salah satu penyakit yang tergolong berat adalah kanker. Kanker merupakan masalah dunia pada dekade terakhir. Pertambahan penduduk, bertambahnya pasangan yang sering melahirkan, jumlah lanjut usia akan semakin meningkatkan risiko penyakit kanker. Kanker merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena angka kejadian dan kematiannya terus merayap naik. Data dari WHO (2008), menyatakan pada tahun 2008 kanker merupakan penyakit mematikan yang menduduki posisi kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Angka kematian di dunia yang disebabkan oleh kanker pada tahun 2008 ialah sebanyak 7,6 juta orang atau 21 % dari jumlah penyakit tidak mematikan di dunia. Kanker menyerang satu dari empat orang Amerika. American Cancer Society mendefinisikan kanker sebagai "kelompok penyakit besar yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal yang tidak terkontrol (Widyastuti, 1999). Salah satu kanker yang berbahaya adalah kanker tulang atau sering juga disebut dengan tumor ganas pada tulang. Kanker tulang dapat bersifat jinak atau ganas, primer atau skunder, tumbuh lambat atau agresif (Kneale & Davis, 2011). 1

2 Kanker tulang merupakan penyakit yang relatif langka, dimana sel-sel kanker tumbuh pada jaringan tulang. Kanker tulang terjadi ketika sel-sel di dalam tulang membelah atau berkembang dengan tidak teratur. Biasanya sel-sel akan membelah dan berkembang dengan teratur. Jika sel-sel tulang terus membelah tak teratur, sementara sel-sel baru yang tumbuh itu tidak dibutuhkan tubuh, maka akan membentuk massa atau jaringan, yang disebut sebagai tumor. Berbeda dengan tumor jinak yang tidak menyebar, kanker adalah tumor yang ganas dan cepat penyebarannya (Syah, 2013). Data dari WHO pada tahun 2002 menunjukkan insiden tumor ganas pada tulang hanya 0,2 % dari seluruh kanker atau tumor pada manusia. Di Indonesia sendiri menurut data Badan Registrasi Kanker (BRK) tahun 2003 didapatkan 257 kasus tumor ganas di tulang. Insiden tumor ganas atau kanker tulang di Indonesia adalah 1,6 % dari seluruh jenis kanker (Norahmawati, 2009). Data ini menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari data WHO. Artinya di Indonesia presentase kanker tulang lebih besar walaupun hanya 1,6%. Meski terbilang langka, namun kanker tulang bukan termasuk penyakit yang mudah penyembuhannya, jenis kanker yang banyak menyerang mereka yang berusia 10 20 tahun ini tergolong jenis kanker yang aktif dan agresif. Karena begitu menyerang, akar-akarnya dapat menggerogoti tulang hingga butuh tindakan amputasi, sebab jika tidak, maka akan berisiko terhadap keselamatan jiwa penderita (Soleha, 2015). Hal ini membuat penderita kanker tulang beranggapan bahwa pasien akan diamputasi dan kehilangan anggota bagian tubuhnya sehingga pasien akan merasa

3 malu dan trauma bahkan menimbulkan stres akibat ketakutan terhadap perubahan hidupnya. Sarafino (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu stres dan keadaan stres dapat menghasilkan perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis, yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Stres juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesakitan dengan cara merubah pola perilaku individu. Penelitian yang dilakukan oleh Maulandari (2010) terhadap pasien kanker paru, menunjukan bahwa reaksi pertama pasien ketika didiagnosa menderita penyakit kanker yaitu terkejut, menyangkal, dan shock yang diikuti perasaan gelisah atau cemas, pusing, insomnia, selera makan yang berubah-ubah, mudah marah sebagai bentuk gejala stres. Hal ini jelas menunjukan adanya keadaan stress yang akan memperburuk kondisi kesehatan penderita kanker dan menurunkan kualitas hidupnya. Bertolak dari kenyataan bahwa stres yang dialami seseorang ternyata lebih disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang tidak menyenangkan dalam menghadapi stresor kehidupan, kecenderungan seseorang baik positif maupun negatif akan membawa pengaruh terhadap penyesuaian dan kehidupan psikisnya. Menurut Prihartani (2004), bagi sebagian individu peristiwa-peristiwa hidup yang sering dirasakan sebagai peristiwa yang menekan dapat mengakibatkan terjadinya gangguan emosional, seperti depresi atau kecemasan yang berlebihan. Seperti dari hasil wawancara dengan keluarga pasien penderita kanker tulang yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta

4 yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 18 September 2015 pukul 17.15 WIB sebagai berikut : T itu selalu mikir yang enggak-enggak mbak, dia takut kalo harus sampai diamputasi, kalo penyakitnya nggak akan sembuh, T ngrasa jadi anak yang nggak berguna mbak, takut kalo nanti jadi cacat hidupnya udah ngga berarti lagi. Pernah malah si T itu sampai nggak mau makan, dan juga nggak mau kemo lagi ini mbak-mbak. Pokoknya T sedih terus mbak sering murung. Menurut Ayah pasien yang bernama S, pasien selalu berpikiran negatif tentang penyakit yang dideritanya, pasien merasa putus asa karena dokter mendiagnosanya menderita penyakit kanker tulang kemudian pasien beranggapan kakinya akan diamputasi karena sudah mengalami pembengkakan di bagian lututnya. Pasien laki-laki yang bernama TP berusia 18 tahun ini merasa jika benarbenar harus diamputasi maka hidupnya akan merasa berubah, tidak berguna lagi dan akan menjadi orang cacat. Keadaan ini membuat pasien sering terlihat sedih, murung dan bahkan pernah sampai tidak mau makan. Pasien juga sempat tidak mau menjalani proses kemoterapi lagi. Hal ini jelas menunjukan pasien kurang merasa bahagia, dan lebih sering merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti marah, sedih, takut, dan cemas yang menimbulkan ketegangan dan frustasi dalam menghadapi hari esok. Pasien juga memandang buruk tentang kehidupannya mendatang. Hal-hal tersebutlah yang biasanya mengganggu pengobatan secara medis maupun psikologis yang dihadapi oleh penderita kanker tulang. Penyakit kanker tulang bukan merupakan penyakit yang ringan. Setelah seseorang mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kanker tulang maka

5 bukan merupakan hal yang mudah baginya untuk menerima kenyataan atas diagnosa penyakitnya tersebut. Hawari (2004) menyatakan bahwa ada tiga fase reaksi emosional penyandang kanker ketika mengetahui bahwa dirinya diberitahu tentang penyakit yang dideritanya karena banyak yang beranggapan bahwa kanker adalah penyakit yang mematikan, fase pertama, penyandang kanker akan merasakan shock mental ketika mengetahui bahwa penyakitnya, yaitu kanker kemudian fase kedua, penyandang kanker akan diliputi rasa takut dan depresi dan pada fase ketiga, akan muncul reaksi penolakan dan kemurungan, tidak yakin bahwa dirinya menderita kanker terkadang penyandang kanker menjadi panik dan melakukan hal yang sia-sia. Setelah fase ini berlalu, pada akhirnya penyandang kanker akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah berubah. Sebagian penyandang kanker telah berpikir dan merasa lebih realistis dan mempercayakan sepenuhnya kepada dokter untuk kelanjutan pengobatan (Hawari, 2004). Seiring dengan kebutuhan masyarakat untuk melihat kehidupan lebih positif dan optimis maka penelitian psikologi menggunakan paradigma psikologi positif pun semakin berkembang dan mulai banyak dilakukan. Perkembangan psikologi positif tentu menggembirakan, sebab dapat mengubah stigma yang ada dalam masyarakat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit kejiwaan. Bahasan dalam psikologi positif yang marak dibicarakan akhir-akhir ini adalah kesejahteraan subjektif ( subjective well-being ), kesejahteraan emosi ( emotional well-being ), dan kesejahteraan psikologis ( psychological well-being ). Subjective well-being adalah salah satu bidang

6 psikologi positif yang paling banyak diminati, dan juga telah dipelajari oleh banyak peneliti (Eryılmaz, 2015). Cara, sikap ataupun reaksi orang dalam menghadapi penyakit kanker pada dirinya, berbeda satu sama lain dan individual sifatnya. Hal ini tergantung kepada seberapa jauh kemampuan individu yang bersangkutan menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam kehidupannya (Lubis, 2009). Sebagian individu yang menderita suatu penyakit khususnya penyakit kanker tulang bisa saja tidak terjadi gangguan psikologis dan justru akan mengalami pertumbuhan pribadi jika pasien memiliki subjective well-being yang baik. Kondisi emosi seperti perasaan bahagia, perasaan sedih atau cemas dan kepuasan hidup individu dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif seseorang. Menurut Diener dan Chan (2011), subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi individu atas kehidupan yang dijalani individu, mencakup penilaian kepuasan hidup dan suasana hati atau emosi. Evaluasi ini meliputi penilaian emosional terhadap berbagai kejadian yang dialami yang sejalan dengan penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan hidup. Subjective well-being berkontribusi terhadap kesehatan dan harapan hidup lebih baik (Diener & Chan, 2011). Itulah alasan pentingnya penderita penyakit kanker tulang harus memiliki subjective well-being yang tinggi. Individu ini akan lebih mampu mengontrol dirinya dan menghadapi barbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik. Seperti contohnya yaitu kasus seorang wanita penderita kanker tulang di pangkal kaki, Indah Melati yang juga meluncurkan buku "Alien itu Memilihku", berhasil lolos dari maut tanpa harus kehilangan kakinya. Ketika melewati masa

7 pengobatan Indah selalu semangat dan tidak pernah putus asa, dia selalu berpikiran positif dan menganggap penyakitnya adalah ujian dari Tuhan yang harus dijalani (m.fimela.com, 2015). Hal ini menunjukan bahwa pasien menganggap kejadian/peristiwa dalam hidupnya sebagai proses hidup yang harus dijalani dan memiliki emosi yang positif sehingga tidak memiliki perasaanperasaan negatif yang akan mengganggu proses pengobatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2015), hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketiga subjek memiliki gambaran subjective well-being atau subjective well-being yang berbeda. Pada subjek RT, ia merasakan afek negatif seperti rasa sedih karena harus tinggal terpisah dengan suaminya dan rasa jenuh akan posisinya sebagai relawan. Namun ia lebih banyak merasakan afek positif di beberapa domain lain sehingga menutupi rasa ketidakpuasan pada domain-domain tertentu. Pada subjek TN ia merasakan lebih banyak afek negatif daripada afek positif dalam domain kepuasan. TN merasa kurang bahagia atau merasakan banyak afek negatif karena harapan-harapannya belum tercapai. Mengabdi di Yayasan JAM menjadi penyebab subjek belum dapat mewujudkan impiannya. Pada subjek IT, dalam domain diri sendiri ia menyatakan belum puas pada hidupnya saat ini. IT mengungkapkan bahwa saat menjadi relawan di JAM, ia belum mencapai hidup yang ideal karena menjalani pernikahan jarak jauh (Long Distance Marriage). Meskipun demikian, disamping dua domain tersebut subjek merasakan banyak afek positif dan secara keseluruhan merasa bahagia atas hidupnya.

8 Menurut Compton (2005) orang yang indeks subjective well-beingnya tinggi adalah orang yang puas dengan hidupnya dan sering merasa bahagia, serta jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti sedih atau marah. Sebaliknya, orang yang indeks subjective well-beingnya rendah adalah orang yang kurang puas dengan hidupnya, jarang merasa bahagia, dan lebih sering merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti marah atau cemas. Kondisi lingkungan yang negatif atau positif dapat mempengaruhi suasana hati, kesehatan dan prognosis penyakit yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif seseorang (Diener & Chan, 2011). Subjective well-being pada penderita kanker tulang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengelola perasaan yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan menjadi perasaan yang menyenangkan. Menjadikan suatu penyakit yang ada dalam dirinya sebagai suatu proses hidup yang harus dijalani, dan berusaha untuk tetap optimis dalam menghadapi penyakitnya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang penulis temukan disini adalah "Bagaimana Subjective Well-Being pada Penderita Kanker Tulang?". B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahani dan mendeskripsikan Subjective Well-Being pada Penderita Kanker Tulang.

9 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan bagi disiplin ilmu psikologi, khususnya bidang ilmu psikologi klinis. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi para penderita kanker tulang agar lebih bisa menerima keadaannya, dan berusaha menjalani pengobatan dan perawatan dengan baik. b. Bagi Mahasiswa Fakultas Psikologi, sebagai informasi bahwa penderita kanker tulang membutuhkan cara agar memiliki subjective well-being yang tinggi. c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana bagi masyarakat dalam menyikapi penyandang kanker tulang. d. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian pada bidang yang ada kaitannya subjective well-being pada penderita kanker tulang.