Dengan kehendak Allah swt, pendidikan agama islam yang sekarang dinamakan darul falah, sudah ada jauh dalam masa penjajahan yang bertempat waktu itu di komplek mesjid syuhada 44 sekarang pada satu desa dikawasan jeunieb yaitu desa lheue. Akibat terjadiya komplik yang berkepanjangan, maka terjadilah pasang surut dalam proses belajar-mengajar sehingga terciptalah ketidaknyamanan dalam menuntut ilmu agama. Setelah pimpinan waktu itu yaitu imum syiek mesjid meninggal, kewajiban mengembangkan ilmu agama dipundakkan kepada Tgk Hanafi. Pada masa penjajahan Jepang terjadilah peperangan antara masyarakat Lheue dan sekitarnya dengan jepang. Banyak santri yang dayah lheue yang belum diberi nama itu terjun dalam peperangan demi menunaikan kewajiban mereka. Sehingga banyak santri yang syahid menjadi syuhada. Mereka bersemanyam dalam makam syuhada 44 sebelah utara menasah lheu simpang. Setelah itu kondisi dayah sangat fokum dan tidak ada kegiatan sama sekali. Pada tahun 1945 setelah indonesia mendapat kemerdekaannya, dayah yang belum ada namanya Itu kembali aktif dalam segala kegiatannya. Dan santri pun makin bertambah karena situasi damai. Setelah kemerdekaan, perang saudara pun terjadi di negeri serambi mekah ini sehingga berbagai fitnah pun terjadi dikalangan masyarakat. Yang lebih disayangkan ulamaulama pun menjadi korban. Untuk antisipasi terhadap fitnah tersebut Tgk Hanafi dan beberapa ulama lainnya ikut serta dengan Tgk Daud Bereueh mengasingkan dirinya dari fitnah kaum-kaum yang tidak senang dengan ilmu agama yang selalu mengoreksi kigiatan mereka sehari-hari. Timbulnya gerakan DI/TII menyebebkan aktifitas belajar kembali lesu bahkan terhenti total karena santri selalu dibayangi oleh ketakutan dalam perjalanan dari rumah menuju dayah karena saat itu belum ada yang mondok seperti sekarang ini. Setelah perjanjian damai antara gerakan DI/TII terjadi Tgk Hanafi merasa tidak sanggup lagi untuk membimbing para santri dikarenakan umurnya yang Semakin tua. Sehingga demi menjaga kekalnya manusia dalam ilmu agama beliau membebankan hak kepemimpinan dayah kepada imam syiek mesjid pada saat itu. Hariharipun berlalu dan tahunpun berganti sehingga pada tahun 1964, imam syiek mesjid dijabat oleh tgk ismail bin beuramat. Pada suatu hari beliau melakukan musyawarah dengan lapisan masyarakat kesjidan lheue dalam satu visi dan misi yaitu dalam upaya menghidupkan kembali dayah yang telah terhenti atifitasnya akibat konflik. Dalam musyawarah tersebut menghasilkan satu kesepakatan penuh yang bahwa Tgk. H. Ismail beuramat dan segenap lapisan masyarakat lain-lainya sepakat untuk mengangkat Tgk H.Abdusshamad bin Tgk Mudajini yang tidak lain adalah merupakan menantu dari Tgk H.Ismail sendiri sebagai seorang yang akan bertanggung jawab penuh terhadap kepentingan dayah pada tahun 1964 M. Dengan niat yang tulus dan ikhlas Tgk H. Ab-dusshamad bersedia menjadi pimpinan dayah dan akan berusaha sepenuhnya dalam membimbing dan membina
umat manusia menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak mulia apalagi waktu itu sedang menjalarnya faham komunisme ke tanah rencong. Sejak tgk H. Abdusshamad menjadi pimpinan, santripun bertambah dikarenakan suasana sudah aman, proses belajar-mengajar menjadi lancar. Kondisi lingkungan sosial pondok Pesantren Pondok pesantren darul falah adalah satu-satunya pondok/ dayah yang pertama kali berdiri Khususnya di kecamatan jeunieb pada tahun 1964. Yang terletak disatu daerah pedesaan yang pada saat itu adalah merupakan daerah yang sedikit terpencil dan dengan jarak ± 4 km dari kota jeunieb sekarang. Namun situasi dan kondisi yang demikian tidak berpengaruh kepada berkurangnya santri yang mondokdi pesantren Darul Falah bahkan sudah tercium namanya ke sedikit banyaknya keseluruh aceh sehingga pada tahun 1965 M sudah ada santri-santri dari luar kota seperti Aceh Timur ( Peureulak, Idi, Sampoiniet, Panton Labu Dan Sekitarnya ), Aceh Utara ( Geudong Pase, Lhok Seumawe, Bireuen, Dan Sekitarnya ), juga Dari Pidie (Sigli,Tiro, Beureunun, Lampoh Saka, Kembang Tanjong,Ule Glee Dan Sekitarnya ) Dan Aceh Selatan juga Aceh Tengah dan lain-lain. Itu dikarenakan masyarakat yang sangat fanatik kepada ilmu agama dan ulama sebagai pewaris dari nabi-nabi.sejak itu Tgk H.Ismail Bin Beuramat dan menantunya Tgk H.Abdusshamad Bin Mudajini yang biasa digelar oleh masyarakat dengan sebutan abu di Lheu / abu di balee sudah dikenal sebagai sosok ulama yang mustajabah dan keramat. Ini merupakan pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat untuk menimba ilmu pengetahuan agama. Bertambah dan padatnya penduduk disekitar pondok pesantren dan adanya perkembangan dibidang pembangunan dan sosial membuat kawasan tersebut menjadi satu daerah yang dikenal dan strategis. Kondisi keberagamaan disekitar pondok pesantren darul falah sebagaimana disekitar ponpes lainnya yang senantiasa disemarakkan dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya baik proses belajar-mengajar maupun ibadah lainnya seperti mengajar di beberapa menasah warga setempat, dalailul kairat, zikir barzanji Kutbah jum at, ceramah dan lainnya. Model kepemilikan Pondok pesantren darul falah bukanlah Sebuah yayasan melainkan satu organisasi yang terjadi dan tercipta dengan semangat dan kegigihan pribadi serta ringannya tangan masyarakat dalam berpartisipasi dengan menyumbangkan sekuasa mereka baik berbentuk dana maupun lainnya seperti alat-alat bangunan, Kayu, persawahan, perkebunan yang hasilnya dipergunakandan dimanfaatkan sepenuhnya untuk pembangunan dan sebagainya demi kelancaran berjalannya pembangunan dayah darul falah dan sangat minim menerima bantuan dari pemerintah setempat. Dibawah pimpinan Abu Tgk H.Abdusshamad mudajini walaupun beliau bukan masyarakat jeunieb namun dalam mengatur sesuatu yang berhubungan dengan pondok
pesantren,beliau tidak memandang bulu dan sanak famili akan tetapi beliau selalu mengedepankan setiap yang patuh dan jujur terhadap segala peraturan yang telah ditentukan, sebagaimana kaedah atau pribahasa aceh yang berbunyi: Leumah leumbot menut bahagia, kreuh ceukang bantahan ceulaka Artinya : Barang siapa yang taat akan peraturan niscaya akan bahagia, dan siapa yang menentang peraturan niscaya akan celaka. Pendidikan yang Diselenggarakan Pendidikan yang diselenggarakan terdiri dari pendidikan formal dan non formal. 1. Pendidikan formal, terdiri dari pembelajaran kitab-kitab kuning seperti fiqh, tauhid, tasauf dan berbagai kitab alat seperti nahwu, saraf, mantiq, bayan/ma ani dan lainnya menurut kurikulum yang telah berlaku. 2. Pendidkan non formal a. Majilis taklim yang dipimpin oleh sebahagian guru besar dibeberapa tempat. b. Pembentukan klompok zikir barzanji, Dalailul khairat, muhazarah, khutbah Jum at dan sebagainya. Santri badal dan ustadz Sebagaimana diinformasikan dibagian muka, pondok pesantren darul falah sampai saat ini tidak menerima santri perempuan ( santriwati ). Tetapi hanya menerima santri lakilaki sahaja. Ini bukannya suatu kelemahan /ketidakmampuan akan tetapi disebabkan telah disiapkan tempat khusus bagi santriwati-santriwati yang ingin mendalami ilmu pengetahuan agama di komplek dayah darun najah yang pada dasarnya merupakan juga bagian dari darul falah yang didirikan pula oleh Abu Tgk H. Abdusshamad mudajini yang bertempat tidak jauh kira-kira ± 100 m dari darul falah. Oleh abu Tgk H. Abdusshamad mengembankan kepada salah satu muridnya yaitu tgk Jailani untuk memimpin dayah putri tersebut dan diizinkan untuk merobah namanya dari darul falah putri menjadi darun najah. Dari dulu bahkan sekarang ponpes darul falah terdiri dari santri-santri yang mondok dan sangat sedikit menerima santri yang tidak ingin mondok. Namun pada masa yang sedang dilanda gelombang modernisasi ini demi terpeliharanya akhlak dan moral anak bangsa sekarang yang sedang diperangi oleh kemajuan zaman maka darul falah juga menerima santri - santri yang tidak ikut mondok tapi sebelum itu mereka juga dianjurkan terlebih dahulu untuk mondok. Adapun mereka yang tidak ikut mondok adalah santri-santri yang masih melanjutkan pendidikan umum seperti di smp dan sma dan sebagainya, berhubung di pondok pesantren darul falah tidak menyediakan pendidikan umum seperti sekolah. Dalam kata lain dayah darul falah masih berstatus salafiyah.
Jumlah santri yang mondok dan yang tidak mondok akan kami sampaikan pada lampirannya pada halaman khusus. Mereka terdiri dari tingkatan yang berbeda mulai dari tingkat paling bawah yaitu tajizi sapai ketingkat paling atas yaitu tingkat ulya.dengan program pengajaran yang berbeda pula mulai dari matan al-taqrib,al bajuri sampai kepada almahalli dan bujairimi. Begitu juga kitab - kitab selain fiqh seperti nahwu, saraf,mantiq,usul dan sebagainya ditetapkan menurut tingkatannya. Selain itu di darul falah juga menyediakan tenaga bantu atau disebut dengan guru ganti atau badal yang selalu siap bertugas disaat seorang guru yang ditentukan berhalangan dan lainnya. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki pondok pesantren darul falah saat ini guna menunjang proses belajar-mengajar yang kurang memadai diantaranya : a. 1 Ruang kantor b. 15 Tempat belajar ( balai ) c. 1 Ruang perpustakaan d. 1 Ruang poliklinik e. 1 Buah mushalla f. 2 Buah gudang g. 7 Unit asrama / bilik santri dan dewan guru h. 1 Buah rumah pimpinan i. 4 Buah perumahan dewan Guru dan j. 3 Unit koperasi. Model pengembangan Ekonomi Model pengembangan ekonomi sejauh ini terdiri dari beberapa jenis, diantaranya : 1. Pertanian 2. Perkebunan 3. Koperasi Dengan hasil dari ketiga sumber tersebut alhamdulillah dapat membiayai beberapa keperluan hari-hari yang berhubungan dengan pondok pesantren seperti membayar rekening listrik air minum ( pdam ),dan lain-lain. Program pengembangan Program pengembangan yang saat ini sedang dirancang meliputi bidang fisik dan nonfisik. A. Fisik Pengadaan renovasi fasilitas santri dan dewan guru, membangun asrama / bilik santri sebagai antisipasi jika di tahun ajaran baru nanti akan bertambahnya santri yang akan
masuk pesantren. Sedangkan pengadaan sarana olah raga sampai saat ini masih belum terlaksana dikarenakan komplek atau lokasi sudah tidak mengijinkan. B. Nonfisik Peningakatan prestasi santri dengan program belajar-mengajar secara pribadi dan kelompok diluar jam belajar yang telah ditentukan (mengulang). Dan peningkatan penampilan ceramah, khutbah, serta cara memimpin tahlil, shamadiyah, wirit dan sejenisnya. Juga keterampilan dalam membentuk tim atau group zikir barzanji dan dalailul khairat dan lain-lain. Program unggulan Ma had aly asyafi iyah boleh dikatakan sebagai program unggulan pondok pesantren darul falah yang mempunyai obsesi untuk mencetak kader- kader ulama yang mampu bersaing dengan kehidupan serba modern dan mampu memberantas kajahilan kejahilan yang masih mengendap dikalangan masyarakat dengan membuka lembaran kebenaran dalam tata cara beribadah dan ketauhidan dan juga tasauf. Dan menutup lembaran kejahilan dari segala kejahilan. Mendidik umat manusia menjadi insan yang bermoral dan berakhlaqul karimah dalam satu ketuhanann/ketauhidan,satu iman dan agama sehingga tercipta satu kesatuan dan persatuan antar sesama umat. Pemantapan tasauf yang dilakukan dengan cara mengadakan program wirit khusus pada waktu yang telah ditentukan yakni dalam bulan syakban sampai ramadhan dengan cara proses khalwat yang dikhususkan bagi santri-santri yang memang sudah dianggap lumayan mantap dengan ilmu dan ketauhidannya,atas dasar thariqat syatthariyah yang langsung diijazahkan oleh sang mursyid abu Tgk. H.Abdusshamad mudajini dan setelah beliau wafat digantikan pengijazahan thariqat tersebut oleh murd-murid besar beliau.