II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 951 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae, Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 864 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DARI BIBIT YANG BERASAL DARI KEBUN BIBIT DATAR DENGAN KEBUN TEBU GILING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TEBU. (Saccharum officinarum L).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman yang berasal dari India

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain adalah S. barberi, S. sinensis, S. sponctancum, S. robbusta. Di antara spesies tersebut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Saccharum officinarum. Hal ini di karenakan Saccharum officinarum merupakan penghasil gula utama yang memiliki kandungan sukrosa yang tinggi dan kandungan seratnya rendah. Tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang daun, dan bunga. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Tanaman tebu sebagai salah satu tanaman monokotil memiliki tipe perakaran serabut. Akar tebu dapat dibedakan menurut perkembanganya, yaitu akar primer dan akar sekunder. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku ruas stek batang bibit, akarnya lebih halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari dari mata akar dalam buku ruas tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang. Menurut Supriyadi (2002) pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah dan ada yang mendatar dekat permukaan tanah. Tebu memiliki tipe batang yang beruas-ruas. Di antara ruas-ruasnya terdapat buku-buku ruas dan terletak mata tunas yang dapat tumbuh menjadi pucuk tanaman baru. Susunan ruas-ruas pada batang tebu dapat berbiku ataupun lurus. Bentuk ruas yang menyusun batang dibedakan menjadi enam bentuk, seperti silindris, tong, kelos, konis, konis berbalik, dan cembung cekung. Tinggi batang dipengaruhi oleh baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. Tinggi tanaman tebu antara 2-5 m. pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang penting untuk pertumbuhan meninggi. Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu helai daun dan pelepah daun. Helai daun berbentuk pita yang panjangnya 1-2 m (tergantung varietas dan keadaan lingkungan), lebar 2-7 cm (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Tebu tidak memiliki tangkai daun. Di antara pelepah dan helaian daun terdapat sendi segitiga daun dan

5 pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna daun tebu bermacam-macam ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah keunguan dan lain-lain. Menurut Supriyadi (2002) ujung daun tebu meruncing dan tepinya bergerigi. Bunga tersusun dalam malai yang terbentuk setelah pertumbuhan vegetatif. Bunga berkembang pada pagi hari dengan jangka waktu pembungaan pada satu malai berlangsung beragam antara 5 sampai 12 hari. Memiliki tipe bunga sempurna. Tangkai sari dan tepung sari menjurai keluar setelah bunga cukup matang. Kepala putik berambut yang umumnya berwarna keunguan. Buahnya termasuk buah padi-padian, bijinya hanya satu berukuran kecil memiliki panjang antara 1.0-1.5 mm dan lebar 0.5 mm. 2.2. Ekologi Tanaman Tebu pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki iklim tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran 39 LU dan 35 LS. Dibutuhkan suhu rata-rata tahunan di atas 21 C, apabila suhu kurang dari 20 C maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertumbuhan tebu akan terhenti pada suhu 16 C. Suhu perkecambahan tunas stek tebu antara 32-38 C. Suhu yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sukrosa yang tinggi adalah antara 26-27 C. Curah hujan tahunan yang dikehendaki adalah 1 500-2 500 mm per tahun dengan penyebaran merata. Kelembaban yang baik bagi pertanaman tebu adalah 63-85%. Tanaman tebu menghendaki penyinaran matahari secara langsung. Penyinaran matahari penting bagi tanaman tebu untuk pembentukan gula, tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, dan mempercepat proses pemasakan. Menurut Setyamidjaja dan Azharni (1992) kadar sukrosa terrtinggi dapat dicapai pada penyinaran matahari selama 7-9 jam per hari. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat pertumbuhan tebu adalah tidak lebih dari 600 dpl maka dari itu di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di dataran rendah. Tebu adalah jenis tanaman yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun tebu sangat cocok apabila ditanam di tanah yang kecukupan dengan air. Tanaman tebu dapat ditanam pada tanah dengan sifat fisik yang berat maupun yang ringan, tanah vulkanik maupun tanah pasir. Tanah aluvial dengan kandungan kapur yang cukup, lebih baik untuk ditanami tebu dibandingkan tanah pasir yang

6 ringan. Tanaman tebu akan tumbuh lebih baik pada tanah bertekstur lempung berliat, lempung berpusat, dan lempung berdebu. Tebu cocok ditanam pada tanah dengan kisaran ph 5.5-7.0. Pada ph di bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah dengan ph di atas 7.0 tanaman akan sering kekurangan unsur P (fosfor). Menurut Sudiatso (1999) bahwa kecepatan tumbuh tanaman dapat dipengaruhi kultivar, suhu, jumlah sinar matahari, kelembaban, kesuburan tanah dan gulma. 2.3. Kebun Bibit Berjenjang Secara komersil perbanyakan tanaman tebu dilakukan secara vegetatif, yaitu dalam bentuk stek batang. Menurut Pengawas Benih Tanaman (2008) di Jawa setiap 1 ha kebun bibit dapat memenuhi kebutuhan rata-rata 8 ha kebun tebu giling, sedangkan diluar Jawa 1 ha kebun bibit hanya dapat memenuhi kebutuhan rata-rata 6 ha kebun tebu giling. Karena sifat tebu yang volumenus, maka penyelenggaraan pembibitan tebu dilakukan dalam tahap kebun bibit berjenjang. Beberapa pentahapan dalam penyelenggaraan kebun bibit menurut pengadaannya yaitu kebun bibit pokok utama (KBPU), kebun bibit pokok (KBP), kebun bibit nenek (KBN), kebun bibit induk (KBI), kebun bibit datar (KBD). Tiap tahap kebun pembibitan dijadwalkan masa tanamnya (Tabel 1). 1. Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU) Kebun bibit pokok utama adalah tahap awal penyelenggaraan kebun bibit. Kebun bibit ini dilaksanakan pada umumnya untuk memperbanyak bibit dari suatu varietas unggul tebu yang baru. Varietas tebu direkayasa dan dihasilkan oleh suatu lembaga riset. Oleh karena itu penyelenggaranan KBPU dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yang merupakan satusatunya lembaga riset yang memiliki mandat untuk melakukan penelitian di bidang gula. Bahan tanaman yang diperuntukan untuk kebun KBPU berasal dari stek batang maupun kultur jaringan yang telah melalui seleksi ketat kemurnian varietas dan kesehatan bibit melalui perawatan air panas (HWT). Penyelenggaraan KBPU di lembaga riset dibawah pengawasan langsung bagian pemuliaan tanaman. Penanaman KBPU umumnya dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus.

7 2. Kebun Bibit Pokok (KBP) Kebun bibit pokok merupakan kebun bibit lanjutan setelah penyelenggraan KBPU. Bahan tanam yang digunakan untuk penyelenggaraan kebun bibit ini adalah bibit yang dihasilkan dari KBPU. KBP merupakan penyelenggaraan pembibitan yang hasil bibitnya digunakan sebagai bahan tanam untuk penyelenggaraan kebun bibit tahap berikutnya. Penyelenggaraan KBP ditempatkan dekat lokasi tebu giling yaitu di wilayah kerja PG. Luas KBP yang diperlukan dan ditanam di lahan sawah sekitar 0.20 x luas Kebun bibit nenek (KBN), sedangkan KBP yang ditanam dilahan tegalan membutuhkan areal sekitar 0.25 x luas KBN. Penanaman KBP umumnya dilaksanakan pada bulan Februari - Maret. 3. Kebun Bibit Nenek (KBN) KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggrakan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun bibit induk (KBI), dilaksanakan di lokasi PG. Luas KBN pada lahan sawah sekitar 0.20 x luas KBI, sedangkan untuk lahan tegalan sekitar 0.25 x luas KBI. Penanaman KBN pada umumnya dilaksanakan pada bulan Agustus - September. 4. Kebun Bibit Induk (KBI) KBI merupakan pembibitan yang diselenggarakan sebagai bahan tanam bagi kebun bibit datar (KBD), dilaksanakan di lokasi PG. Penanaman KBI umumnya dilaksanakan pada bulan Maret - April. Luas KBI yang penanamannya dilakukan di lahan sawah sekitar 0.20 x luas KBD. 5. Kebun Bibit Datar (KBD) KBD merupakan kebun bibit yang diselenggarakan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun tebu giling baik di lahan sawah maupun di lahan tegalan. Lokasi penyelenggraan KBD sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi kebun tebu giling (KTG) yang akan ditanam, menempati lahan dengan kondisi tanah yang subur, drainase baik dan mudah diairi. KBD ditanam pada bulan Oktober Desember atau sekitar 6-8 bulan sebelum penanaman tebu giling. Menurut Setyamidjaja dan Azharni (1992) bahwa letak KBD hendaknya berada diselitar areal yang akan ditanami atau disebar di daerah-daerah kerja perusahaan perkebunan gula. Bibit yang dihasilkan di KBD digunakan sebagai bahan tanam

8 di KTG (Kebun Tebu Giling). Luas kebun KBD adalah 0,125 x luas KTG (Gambar 1). Kebun KBPU KBP KBN KBI Tabel 1. Waktu Tanam Kebun Bibit Berjenjang Waktu Tanam Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des KBD KTG Sumber : Disbunjatim, 2008 KBP (0.008 ha) KBN (0.04 ha) KBI (0.2 ha) KBD (1 ha) KTG (8 ha) Gambar 1. Alur Kebun Bibit 2.4. Standar Bibit yang Baik Standar bibit yang baik diarahkan untuk mendapatkan bibit dengan kualifikasi varietas yang terjamin kebenarannya yaitu diupayakan sampai kategori kemurnian varietas terjamin, bibit bebas dari infeksi hama dan penyakit serta mutu yang baik. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka di adakan pembuatan standar bibit. Menurut Disbun Jatim (2008) standar bibit yang baik adalah : 1. Sumber Bibit Bibit yang diperoleh dihasilkan dari pengelolaan kebun bibit secara berjenjang. Bibit yang dihasilkan dapat berasal dari bibit asal kultur jaringan.

9 Bibit asal PC yang memenuhi syarat adalah bibit murni, sehat dan dihasilkan dari tanaman tebu yang pertumbuhannya baik. Sumber bibit sebelum digunakan, diseleksi terlebih dahulu supaya terhindar dari hama penyakit, serta bisa berproduksi dengan hasil tinggi. 2. Umur Bibit Bibit yang dihasilkan berasal dari kebun bibit dengan kondisi tanaman tebu telah berumur 6-8 bulan. Untuk itu, sebelumnya perlu perencanaan yang jelas agar pada saat bibit tebu sudah mencapai umur tebang bisa digunakan untuk keperluan pembibitan jenjang berikutnya atau mencukupi kebutuhan tebu giling. 3. Bentuk Bibit Secara inhern bentuk bibit menentukan kemampuan tunas berinisiasi dan berkecambah. Bibit yang baik berasal dari bagal (stek) mata 2-3 dan lonjoran. Bibit mata 1-2 yang berasal dari tahapan kebun bibit yang telah dikelola memenuhi persyaratan penyelenggaraan kebun bibit, top stek, bud cip dan bud set yaitu bagal mata 1 dengan panjang minimal 5 cm. 4. Mutu Yang dimaksud mutu bibit adalah standar kemampuan berkecambah sekitar > 90%. Ukuran batang dengan panjang ruas normal tidak ada gejala hambatan pertumbuhan, diameter batang lebih besar dari 2 cm, bibit tebu tidak menunjukkan mengkerut karena kekeringan. Mata tunas bibit dalam keadaan dorman, masih segar dan tidak rusak. Primordia akar dengan kondisi lingkaran cincin stek batang belum tumbuh. Tingkat kemurnian varietas mencapai 100% dijenjang kebun KBPU dan lebih dari 95% di kebun KBD. 5. Kesehatan Bibit Bibit tebu yang dipergunakan diusahakan harus sekecil mungkin terserang hama maupun penyakit, dan bahkan kalau bisa harus bebas dari hama penyakit. Bibit yang baik memiliki standar serangan hama penggerek batang < 2% dari jumlah ruas, penggerek pucuk sekitar < 5% dari jumlah ruas dan hama lain sekitar < 2%. Bibit harus diusahakan tidak terserang penyakit atau sekecil mungkin terserang penyakit, yaitu untuk KBPU harus bebas dari penyakit pembuluh (Ratoon Stunting Disease, RSD). Untuk mematikan penyakit ikutan pada bahan

10 tanaman, bibit diperlakukan dengan perawatan air panas (HWT) pada suhu 50 o C selama 2 jam. 2.5. Nilai Kebun Bibit Sudiatso (1980) menyatakan bahwa tingkat kebaikan kebun bibit dinilai dari kuantitas dan kualitas bibit yang dihasilkan. Jumlah bibit yang dapat dihasilkan suatu kebun bibit dipengaruhi oleh jumlah rumpun per lubang tanam. Untuk mengetahui nilai hasil pembibitan diketahui dua faktor hasil bibit yang disebut faktor hasil bibit teori (FHB teori) dan faktor hasil bibit nyata (FHB nyata). FHB teori adalah jumlah mata bibit tiap lubang di kebun bibit dibagi keperluan bibit tiap lubang di kebun tebu giling. FHB nyata adalah luas kebun tebu giling (yang ditanami dengan bibit KBD) dibagi dengan luas KBD. PG. Krebet Baru memiliki standar FHB nyata sebesar 8. Artinya dalam 1 ha luasan KBD mampu mencukupi KTG seluas 8 ha. Menurut Sudiatso (1980) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi FHB nyata. Beberapa faktor tersebut adalah iklim, kesuburan tanah, pengairan, hama dan penyakit, kemurnian bibit, jenis tebu, jarak tanam, cara pemeliharaan, cara pengambilan bibit dari KBD, dan pengangkutan. Agar kebun bibit memiliki nilai tinggi, maka pengusahaannya diusahakan agar dapat menghasilkan bibit sehat sebanyak mungkin. Hal ini antara lain dapat dicapai dengan menanam bibit lebih rapat agar tunas lebih banyak dan proteksi yang lebih baik.