Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATFAL DESA LEBAKSIU LOR

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN GIGI ANAK USIA PRA SEKOLAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA DI POSYANDU AMBARSARI, GAMPING I, SLEMAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

HUBUNGAN ANTARA UPAYA IBU DALAM MENCEGAH KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AL-IHSAN KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

NURLAINIYAH KARTIKA SARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

SKRIPSI HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN GIZI BERDASARKAN KEBIASAAN SARAPAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

PERAWATAN GIGI SUSU PADA ANAK USIA SEKOLAH DI TAMAN GIZI ANAK SEHAT DESA GUMPANG, KARTASURA SUKOHARJO

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

PERBANDINGAN INDEKS KARIES ANTARA ANAK YANG MENGKONSUMSI SUSU BOTOL DENGAN TANPA BOTOL USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DESA BANJAR NEGERI KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRA SEKOLAH INTAN PERMATA AISYIAH, DI KELURAHAN MAKAMHAJI, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J 410 080 037 PROGRAM STUDI KESEHATAN MAYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRA SEKOLAH INTAN PERMATA AISYIAH, DI KELURAHAN MAKAMHAJI, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Tomy Adi Nugroho 1, Yuli Kusumawati²*, Bejo Raharjo ²* ¹Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Di Jawa Tengah sendiri prevalensi karies gigi mencapai kisaran 60-80% dari populasi.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua tentang frekuensi pemberian susu botol, waktu minum susu, penambahan gula pada susu dan tingkat kebersihan mulut dengan kejadian karies gigi pada siswa prasekolah Intan Permata Aisyiyah, di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Faktor etiologi penyebab karies yaitu, bakteri kariogenik, permukaan gigi yang rentan, tersedianya bahan nutrisi untuk perkembangan bakteri. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa prasekolah sebanyak 59 siswa. Dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah uji chi square dengan program SPSS 17.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu (p < 0,001, RP = 3,313; 95% CI=1,948-5,636), frekuensi penambahan gula (p= 0,061, RP= 1,823; 95% CI= 1,048-3,171), waktu minum susu (p= 0,021, RP= 2,251; 95% CI= 1,129-4,490), tingkat kebersihan mulut (p < 0,001, RP= 14,185; 95%CI= 3,855-56,926) dengan kejadian karies gigi. Selanjutnya tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol (p= 0,420, RP=1,354; 95%CI= 0,783-2,342) dengan kejadian karies gigi. Kata kunci : Karies gigi, pengetahuan dan perilaku, pemberian susu botol ABSTRACT Based on a survey household of health ( SKRT, 2004 ); prevelansi caries in Indonesia reach 90,05 % and were higher compared to other developing countries. In central java the prevalence of dental caries expand in the range of 60 to 80 % populasi. Research is aimed to know of the relationship between the level of knowledge and behavior parents about the frequency of the milk bottles, time drink milk, the addition of sugar in milk and levels of hygiene the mouth with the genesis of dental caries on the kids a pre school intan aisyiyah, permata in the village of Makamhaji, sub-district Kartasura, district Sukoharjo. This is the kind of research survey quantitative by a method that uses the approach of cross sectional. A sample in this research is students a pre school to 59 students. In

the sample by using consecutive sampling. Uji the statistical test used to analyze data this research is chi square test with spss 17. The result showed that there is a relationship between the level of knowledge mother p value= 0,001,( RP = 3,313;CI 95 % = 1,948 to 5,636 ), the frequency of the addition of sugar p value=0,032,( RP = 1,978; CI 95 % = 1,121 to 3,491 ), time drinking milk p value= 0,021,(RP = 2,251; CI 95 % = 1,129 to 4,490 ). Later on there was no contact between the frequency of the milk bottles p value= 0,420, (RP = 1,354;CI 95 % = 0,783 to 2,342 ) with the genesis of dental caries. Keywords: dental caries, knowledge and behavior, the milk bottles PENDAHULUAN Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun. Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan bidan praktik swasta serta sarana atau fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Salah satu aspek pelayanan kesehatan anak adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi pada balita harus diperhatikan oleh orang tua. Sejak kecil anak dilatih mengenai kebersihan giginya agar kesehatannya baik. Pemeliharaan kesehatan gigi juga termasuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi seperti, cokelat, permen, dan makanan lain yang amat manis sebaiknya dihindari (Santoso dan Ranti, 2009). Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal di Indonesia masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun usia dewasa. Sebagian penyakit gigi dan mulut sebenarnya dapat dicegah. Kesehatan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang. Banyak cara untuk dapat mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri dan perawatan tenaga professional (Putri, dkk, 2011).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, pada tahun 2009 terdapat 9149 atau (10%) prevalensi kasus karies gigi, tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 13038 atau (15,8%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 11649 atau (14%) prevalensi kasus karies gigi. Sedangkan kasus karies gigi pada balita usia 1-4 tahun di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 sebanyak 298 atau (5,7%) prevalensi kasus, tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 459 atau (7,1%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 519 atau (8,5%) prevalensi kasus karies gigi. Di wilayah kerja Puskesmas Kartasura sendiri pada tahun 2009 terdapat 40 atau (9,1%) prevalensi kasus karies gigi pada anak, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 101 atau (10,7%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 89 atau (10,6%) prevalensi kasus karies gigi. Pemberian susu pada anak menjelang tidur, akan berisiko mengalami nursing bottle syndrome (sindroma botol susu). Pada umumnya, gigi yang terkena kerusakan akibat nursing bottle syndrome adalah rahang atas bagian depan. Pada saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan tertutup lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi atas. Apabila kerusakan sudah mengenai jaringan di bawahnya maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan gigi tetapnya kelak (Djamil, 2011). Hasil survey pendahuluan di Playgroup Intan Permata Aisyiyah, Kelurahan Makam Haji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada siswa sebanyak 42 orang, dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada 12 orangtua siswa, didapatkan 12 anak (100%) mengkonsumsi susu formula dengan merk yang bervariasi. Frekuensi minum berbeda-beda yaitu 2 anak (16,67%) minum 1 kali sehari, 2 anak (16,67%) minum 2 kali sehari dan 8 anak (66,67%) minum 4 kali sehari. Anak yang terbiasa minum susu dengan penambahan gula sebanyak 10 anak (83%) dan yang tanpa penambahan gula sebanyak 2 anak (16,7%). Anak

yang terbiasa minum susu dengan menggunakan botol, sebanyak 8 anak (66,67%) dan yang menggunakan gelas 4 anak (33,33%). Dari 12 anak tersebut, 7 anak (58,3%) terkena karies dan 5 anak (41,67%) bebas karies. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu menilai tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pemberian susu botol dengan tingkat kejadian karies Intan Permata Aisyiyah Kartasura, Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di pendidikan siswa prasekolah Intan Permata Aisyiyah, Makam Haji, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan anggota sampel dalam penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel dengan Consecutive Sampling (berurutan) dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer (SPSS 17), dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi ferkuensi dari masing-masing variabel penelitian. Sedangkan, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dengan derajat kemaknaan 0,05. HASIL Playgroup dan Pre School Intan Permata Aisyiyah Makamhaji adalah salah satu amal usaha Aisyiyah Ranting Makamhaji Majelis Dikdasmen yang didirikan pada tanggal 22 Pebruari 2003. Playgroup dan Pre School Intan Permata terletak di Sidomulyo RT 01 RW 03 Makamhaji, Kartasura atas tanah wakaf dari ibu Hj. Nuryanti, S.Ag. Playgroup dan Pre School Intan Permata mengalami kemajuan yang baik dari tahun ke tahun. Jumalah Peserta Didik untuk tahun ajaran 2011 / 2012 adalah 69 siswa yang berusia antara rentang 2,5 tahun 6 tahun.

Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Variabel Frekuensi % Tingkat Pengetahuan Kurang 18 30,5 Baik 41 69,5 Total 59 100 Frekuensi Pemberian Susu Botol Pemberian susu > 3 kali per hari 23 39,0 Pemberian Susu 3 botol per hari 36 61,0 Total 59 100 Waktu Minum Susu Botol Menjelang tidur hingga tidur 33 56,0 Tidak sampai menjelang tidur 26 44,0 Total 59 100 Komposisi Penambahan Gula Penambahan > 3 sendok teh 25 42,4 Penambahan 3 sendok teh 34 57,6 Total 59 100 Kejadian Karies Karies 27 45,8 Tidak Karies 32 54,2 Total 59 100 Dilihat dari tingkat pengetahuan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 41 ibu (69,5%), dan ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 18 ibu (30,5%). Berdasarkan frekuensi pemberian susu botol menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu memberikan susu botol kurang atau sama dengan 3 botol per hari yaitu sebanyak 36 ibu (61%), dan ibu yang memberikan susu botol lebih dari 3 botol per hari yaitu sejumlah 23 ibu (39%). Dilihat dari waktu minum susu botol menunjukkan bahwa, lebih dari separuh ibu memberikan susu botol menjelang tidur hingga tidur, yaitu sebanyak 33 ibu (56%), dan ibu yang memberikan susu botol tidak sampai menjelang tidur sebanyak 26 ibu (44%). Dilihat dari komposisi penambahan gula menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dalam memberikan gula tambahan pada susu botol kurang dari atau sama dengan 3 sendok teh sebanyak 34 ibu (57,6%), dan sebagian kecil ibu dalam memberikan gula tambahan lebih dari 3 sendok teh sebanyak 25 ibu (42,4%). Dilihat dari kejadian karies menunjukkan bahwa

anak yang menderita karies sebanyak 27 anak (45,8%), dan yang tidak menderita karies sebanyak 32 anak (54,2%). Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Kejadian Karies Total Nilai p RP CI Pengetahuan Karies Tidak Karies Kurang 16 (88,9%) 2 (11,1%) 18 (100%) Baik 11 (26,8%) 30 (73,2%) 41 (100%) Total 27 (45,8%) 32(54,2%) 59 (100%) Minum Susu > 3 botol 13 (54,2%) 11 (45,8%) 24 (100%) 3 botol 14 (40,0%) 21 (60,0%) 35 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) Penambahan Gula > 3 Sendok Teh 16 (64,0%) 9 (36,0%) 24 (100%) 3 Sendok Teh 11 (32,4%) 23 (67,6%) 35 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) Waktu Minum Sampai Tidur 20 (60,6%) 13 (39,4%) 33 (100%) Menjelang Tidur 7 (26,9%) 19 (73,1%) 26 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) 0,000 3,313 0,420 1,354 0,032 1,978 0,021 2,251 1,948-5,636 0,783-2,342 1,121-3,491 1,129-4,490 Tabel 2 menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian karies, diperoleh nilai p < 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 3,313 (CI 95%= 1,948-5,636) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dapat mempunyai risiko terjadinya karies sebesar 3,313 dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik. Sedangkan hubungan frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies dengan nilai p= 0,420 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Berdasarkan uji chi square mengenai hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies dengan nilai p= 0,032 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies pada α= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 1,978 (CI 95%= 1,121-3,491) sehingga dapat diartikan bahwa,

ibu yang menambahkan gula lebih dari 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml dapat meningkatkan risiko terjadinya karies hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan tambahan gula kurang atau sama dengan 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml. Sedangkan hubungan mengenai waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies diperoleh nilai p= 0,21 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 2,251 (CI 95%= 1,129-4,490) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang memberikan susu botol sampai anak tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya karies sebesar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan susu botol hanya sampai menjelang tidur. PEMBAHASAN Tingkat Pengetahuan Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p < 0,001 sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebanyak 27,1% responden yang mengalami karies gigi mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan responden yang tidak mengalami karies sebanyak 50,8% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Nilai estimasi faktor risiko tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 3,313 (CI 95%= 1,948-5,636) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dapat mempunyai risiko terjadinya karies pada anak sebesar 3,313 dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sariningrum (2005), bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik dapat menurunkan risiko terjadinya karies sebesar 3,271, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Berdasarkan

data di atas sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan baik, hal ini bisa dipengaruhi oleh pendidikan ibu yang sebagian besar berpendidikan SLTA sehingga ibu masih mudah menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula informasi yang diperoleh sehingga meningkatkan pengetahuanya. Pemberian Susu Botol Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,42 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa responden yang memberikan susu kurang atau lebih dari 3 botol perhari sama-sama terjadi karies. Sedangkan responden yang memberikan susu kurang dari 3 botol perhari sedikit lebih banyak, yaitu 35 ibu (59,3) dibandingkan dengan ibu yang memberikan susu lebih dari 3 botol yaitu 24 ibu (40,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Supeni (2005), bahwa frekuensi minum susu botol yang diduga berhubungan dengan kejadian karies, ternyata tidak berhubungan, karena pemberian susu kurang atau sama dengan 3 botol perhari dan lebih dari 3 botol perhari, ternyata sama-sama dapat menyebabkan karies. Karies dapat terjadi pada anak karena anak diduga mengkonsumsi makanan manis dan melekat, diantara waktu minum susu dan anak tersebut tidak menggosok gigi. Hal yang berbeda disampaikan oleh Widodo (2000) bahwa anak yang diberi makan dengan cara yang diatur lebih sedikit mempunyai karies, sedangkan anak yang diberi makan tanpa pengaturan waktu banyak mempunyai karies pada gigi depan dan belakang. Hal ini disebabkan anak yang sering mengkonsumsi makanan kecil diantara waktu makan atau anak sering minum susu yang tidak diatur waktu minumnya.

Waktu Minum Susu Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,021 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada α= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa kejadian karies gigi lebih tinggi (54,2%) pada anak yang diberikan susu botol sampai tidur, dibandingkan dengan kejadian karies pada anak yang diberikan (40,0%) susu botol menjelang tidur. Nilai estimasi faktor risiko waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 2,251 (CI 95%= 1,129-4,490) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang memberikan susu botol sampai anak tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya karies sebesar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan susu botol hanya sampai menjelang tidur. Berdasarkan penelitian Supeni (2005), bahwa cara minum susu menjelang tidur lebih besar peluang terkena karies gigi dibandingkan dengan anak yang minum susunya tidak sampai tidur dengan RP= 0,63 (95% CI= 0,48-0,82) yang artinya waktu minum susu tidak sampai tidur dapat mencegah terjadinya karies gigi sebesar 0,63 kali. Penambahan Gula dalam Susu Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,061 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies pada α= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya kejadian karies (62,5%) pada anak yang dalam pemberian susu botol ditambah gula lebih dari 3 sendok teh dibandingkan dengan kejadian karies gigi pada anak yang dalam pemberian susu botol ditambah kurang atau sama dengan 3 sendok teh (34,3%) anak. Nilai estimasi faktor risiko penambahan gula dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 1,823 (CI 95%= 1,048-3,171) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang

menambahkan gula lebih dari 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml dapat meningkatkan risiko terjadinya karies hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan tambahan gula kurang atau sama dengan 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml. Hasil penelitian Supeni (2005), menyatakan konsumsi susu botol dengan penambahan gula maupun tanpa penambahan gula dapat memicu terjadinya karies gigi pada anak. Hal ini juga sebanding dengan penelitian Apsari (2011) yang menyatakan pemberian susu dengan penambahan gula berpotensi menimbulkan karies, karena gula merupakan makanan yang kariogenik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebanyak 41 ibu (69,5%) di Pendidikan Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah di Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, berpengetahuan baik. 2. Hampir setengah dari anak (45,8%) di Pendidikan Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah mengalami karies. 3. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dengan kejadian karies pada anak Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah x < 0,001). = 19,409, nilai p 4. Tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah x = 1,151, nilai p=0,420).

5. Ada hubungan antara frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah x = 5,813, nilai p= 0,032). 6. Ada hubungan antara waktu minum atau pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak Pra Sekolah Intan Permata Aisyiyah x = 6,647, nilai p= 0,021). Saran Dengan melihat hasil simpulan diatas, maka ada beberapa saran dari penulis yakni sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua Diharapkan orang tua khususnya ibu tetap meningkatkan dan menjaga kesehatan gigi anak dengan mengawasi makanan anak yang dapat menimbulkan terjadinya karies, mengubah pola minum susu yang awalnya memberikan susu pada sampai tidur diubah menjadi sebelum tidur, membiasakan anak untuk menggosok gigi yang baik setelah makan dan menjelang tidur, dan tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan gigi enam bulan sekali pada anak harus rutin dilakukan. 2. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan peran petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan masyarakat dengan tetap memberikan edukasi pada orang tua khususnya ibu dalam mencegah kejadian karies pada anak pra sekolah dan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang kejadian karies pada anak pra sekolah. Selain itu untuk memudahkan informasi pada orang tua terutama ibu perlu menyediakan leaflet tentang perawatan gigi dan karies.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian lainnya terutama dalam upaya mencegah terjadinya karies pada anak pra sekolah. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas variabel yang diduga juga dapat mempengaruhi karies, antara lain usia, jenis kelamin, jenis makanan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kasus kontrol sehingga dapat diketahui kasus karies gigi secara tepat kemudian dicari faktor yang menyebabkan tingginya kejadian karies gigi pada anak pra sekolah.

DAFTAR PUSTAKA Apsari, A. R. 2011. Hubungan Penggunaan Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa TK ABA II Buntalan Klaten Tengah (KTI). Klaten : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten. Dinkes, 2010. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2009, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2009. Dinkes, 2011. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010. Dinkes, 2012. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2011, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2011. Djamil, M. S. 2011. A-Z: Kesehatan Gigi: Panduan Lengkap Kesehatan Gigi Keluarga. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Kementrian Kesehatan. 2011. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta : Kementrian kesehatan 2011. Putri, M. H, dkk. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Santoso, S, Ranti, A. L. 2009. Kesehatan dan Gigi. Jakarta: Rhineka Cipta. Sugiyono. 2010. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Supeni, S. 2005. Hubungan Penggunaan Susu Botol dengan Karies Gigi Anterior pada Anak TK Ngestirini Tempel Sleman Yogyakarta (KTI). Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Yogyakarta.