BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekurangan stimulasi pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN MOTIVASI DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang. perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Terutama usia 0-2

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan (1000 HPK) yaitu 270 hari selama kehamilan, dan 730 hari pada kehidupan pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). SDM yang baik dapat diperoleh dengan mengoptimalkan. <3 tahun atau 0-35 bulan atau belum mengalami ulang tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya tahun

BAB I PENDAHULUAN. Orangtua memegang peranan penting dalam merawat, mengasuh, mendidik

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

KARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-12 BULAN NASKAH PUBLIKASI

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

STIMULASI DINI PADA POLA ASUH BERDAMPAK POSITIF TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK BAWAH DUA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGSARI KOTA SEMARANG

PENGARUH PELATIHAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mental inteligensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

Jesicca Omega Tarabit Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

HUBUNGAN ANTARA JARAK KELAHIRAN YANG DEKAT DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDONG BOYOLALI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kunci pembangunan bangsa di negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan berkaitan erat dengan kualitas SDM yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak-anak, khususnya anak balita. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Derajat kesehatan yang tinggi dalam pembangunan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan. Dinyatakan oleh Rusmil, berbeda dengan pertumbuhan, merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi yang kesemuanya berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Pada keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun (balita) merupakan periode paling kritis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia (Rusmil, 2012). Masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh kembang seorang anak adalah masa di dalam kandungan ibunya dan kira-kira dua tahun sesudahnya, pada saat mana sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat sekali untuk kemudian bertambah lambat, sedikit demi sedikit sampai anak berumur lima tahun. Para ahli menyebut masa balita sebagai masa emas (golden age) (Depkes, 2008). Pemantauan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa pemenuhan kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan rasa aman, pemeliharaan kesehatan, kecukupan gizi, pemberian stimulasi dini tumbuh kembang dan pendidikan baik di rumah maupun di luar

2 rumah. Pemantauan pertumbuhan dan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin tumbuh kembang anak lebih optimal yang menjadikan anak berkualitas, cerdas, bertanggung jawab dan berdaya guna bagi nusa dan bangsa (Kania, 2007). Kunci keberhasilan pembinaan anak terutama pada masa balita berada di tangan orang tua, karena hampir seluruh waktu anak usia dini ini berada dekat dengan orang tuanya. Sebagai pengasuh, pendidik pertama dan utama, orang tua diharapkan mampu mempengaruhi tumbuh kembang anak secara optimal, melalui stimulasi tumbuh kembang, pemenuhan kebutuhan gizi, perawatan dasar termasuk imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higyene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani (Soetjiningsih et al., 2014). Salah satu upaya untuk membantu agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan pemberian stimulasi merangsang kemampuan dasar anak yang dimulai sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Rusmil, 2012). Penelitian yang dilakukan di Belanda tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa peningkatan kecil pada stimulasi yang disediakan di pusat-pusat perawatan anak di tahun awal kehidupan dapat mendorong kognitif bayi (Albers et al., 2010). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menyebutkan bahwa kognitif dan bahasa pada anak-anak yang diberikan stimulasi oleh pengasuh di penitipan anak dengan stimulasi oleh ibu secara eksklusif tidak berbeda secara sistematis (National Institute of Child Health and Human Development Early Child Care Research Network, 2000). Studi di RSCM Jakarta tahun 2010 tentang pengaruh pemberian stimulasi auditori-visual-taktik-kinestetik terhadap perilaku neonatus dengan jumlah sampel 18 responden menunjukkan hasil ada perbedaan yang signifikan antara neonatus sebelum dan setelah diberi stimulasi (p = 0,0005). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa usia gestasi, berat badan lahir, dan jenis kelamin merupakan faktor perancu dalam penelitian ini (Situmorang, 2010).

3 Studi di Amerika Serikat tahun 2010 tentang A comparison of maternal sensitivity and verbal stimulation as unique predictors of infant social-emotional and cognitive development melibatkan sampel dari 50 negara dengan jumlah seluruh sampel 6377 ibu-bayi terdiri dari 51,9% bayi laki-laki (N = 3311), dan usia rata-rata bayi adalah 10,25 bulan (SD = 1,33). Usia ibu berkisar dari kurang dari 20 sampai lebih dari 40; usia rata-rata adalah 26 tahun. Sampel ibu beragam etnis: 47,1% non-hispanik Putih, 17,3% Hispanik, 16,2% Afrika-Amerika, 12,6% di Asia, 4,0% American Indian, dan 2,9% multi-etnis, non-hispanik. Pendidikan ibu berkisar kurang dari SMA (25,8%), sekolah tinggi atau setara (21,1%), SMK (2,2%), beberapa perguruan tinggi (24,3%), untuk gelar sarjana atau lebih tinggi (26,6%). Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas ibu dan stimulasi verbal berpengaruh meningkatkan sosial emosional bayi. Namun hanya stimulasi verbal yang memberikan kontribusi untuk kognitif (Page et al., 2010). Penelitian yang dilakukan di Kota Mojokerto tahun 2014 tentang Pengaruh edukasi pada ibu terhadap pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita menggunakan sampel 180 ibu balita. Dari penelitian tersebut menunjukkan pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita oleh ibu pada kelompok yang diberikan edukasi dengan kelompok kontrol mempunyai selisih rerata (7,65), CI (6,81-8,49), t-value (17,88) dan p-value (0,00) yang berarti bahwa pemberian edukasi pada ibu meningkatkan pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita (Susanti, 2014). Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun 2011 disebutkan bahwa cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Kabupaten Purworejo pada tahun 2011 75,8%, pencapaian ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2010 sebesar 81,52%. Cakupan tersebut ini bila dibandingkan dengan target SPM 2011 sebesar 95% masih sangat jauh. Untuk wilayah Puskesmas Purworejo sendiri cakupan DDTK anak balita 2 kali per tahun hanya 51,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, 2011).

4 Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, cakupan anak terutama balita masih rendah. Rendahnya cakupan tersebut juga menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum terpantau nya. Dari cakupan tersebut menurut keterangan petugas KIA Dinkes Purworejo data laporan yang tertulis tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian deteksi dini tumbuh kembang anak di lapangan tidak menggunakan instrumen yang sebenarnya yaitu KPSP atau Denver II, tetapi penilaian hanya dilihat sekilas bahwa anak tampak sehat dan aktif. Pemantauan anak berguna untuk menemukan penyimpangan/hambatan anak sejak dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang anak. Hal ini juga yang mendorong peneliti untuk mempelajari pengaruh pendidikan stimulasi anak pada ibu terhadap anak usia 12-24 bulan. B. Perumusan Masalah Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian dari tugas petugas kesehatan di wilayah kerja masing-masing. Akan tetapi tugas untuk memberikan stimulasi kepada anak harus dimulai dari keluarga. Dengan stimulasi orang tua dapat sekalian menilai anaknya sebagai upaya deteksi dini. Perkembangan anak sangat ditentukan oleh stimulasi yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan. Pembinaan tumbuh kembang anak berawal dan berdasar pada lingkungan rumah. Pembinaan harus dimulai sejak dini. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pendidikan stimulasi anak pada ibu terhadap anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purworejo Kabupaten Purworejo?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui apakah pemberian pendidikan stimulasi anak pada ibu dapat meningkatkan anak usia 12-24 bulan menggunakan skala Bayley. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi anak usia 12-24 bulan, pengetahuan ibu tentang stimulasi dan pemberian stimulasi oleh ibu sebelum dan setelah diberikan intervensi. b. Mengetahui perbedaan rerata peningkatan skor anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. c. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan stimulasi anak pada ibu terhadap perkembagan anak balita usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purworejo Kabupaten Purworejo. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam stimulasi deteksi dini anak. b. Masukan bagi Puskesmas dan bidan di desa dan sektor terkait sebagai bahan informasi dan acuan pada pembuatan perencanaan program untuk pengembangan peningkatan perkembagan anak khususnya pada periode dua tahun pertama kehidupan. c. Deteksi dini anak dan pencatatannya dapat dilaksanakan secara kontinyu agar dapat melakukan intervensi dengan tepat terhadap anak dengan hasil deteksi dini yang meragukan. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam bidang ilmu kesehatan khususnya ibu dan anak.

6 b. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain: Tabel 1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Albers, et al (2010) Developmental stimulation in child care centers contributes to young infants cognitive development Peningkatan kecil pada stimulasi yang disediakan di pusatpusat perawatan anak di tahun awal kedupan dapat mendorong kognitif bayi. Pemberian stimulasi Subjek anak yang ada di pusat-pusat perawatan, variabel terikat kognitif Situmorang (2010) Pengaruh pemberian stimulasi auditorivisual-taktilkinestetik terhadap perilaku neonatus prematur di Ruang Perinatologi RSCM Jakarta Jumlah sampel 18 neonatus dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku neonatus sebelum dan setelah diberi intervensi (p = 0,0005) Studi quasi eksperimental, Pemberian stimulasi, menilai Lokasi, sasaran usia responden, sampel dan yang dinilai perilaku saja National Institute of Child Health and Human Development Early Child Care Research Network (2011) The relation of child care to cognitive and language development Perkembangan kognitif dan bahasa pada anakanak yang diberikan stimulasi oleh pengasuh di penitipan anak dengan stimulasi oleh ibu secara eksklusif tidak berbeda secara sistematis Mengukur anak Studi komparasi membandingkan stimulasi oleh pengasuh dan ibu, perbedaan geografis, hanya menilai kognitif dan bahasa Page, et al (2010) A comparison of maternal sensitivity and verbal stimulation as unique predictors of infant social-emotional and cognitive development Jumlah seluruh sampel 6377 ibu-bayi terdiri dari 51,9% bayi laki-laki (N = 3311). Sensitivitas ibu dan stimulasi verbal meningkatkan sosial emosional bayi. Namun hanya stimulasi verbal yang memberikan kontribusi untuk kognitif Menilai dan pemberian stimulasi Kohort prospektif, keragaman etnis, perbedaan geografis

7 Lanjutan Tabel 1 Keaslian Penelitian Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Smith, et al (2000) Does the content of mothers verbal stimulation explain differences in children s development of verbal and nonverbal cognitive skills? Selama 6 tahun, semua anak yang berasal dari keluarga dengan dengan pendapatan kurang meskipun diberikan stimulasi verbal oleh ibu menunjukkan hasil kognitif yang kurang. Stimulasi oleh ibu, penilaian Kondisi geografis, sampel penelitian anak usia 3-6 tahun Susanti (2014) Pengaruh edukasi pada ibu terhadap pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita Selisih rerata (7,65), CI (6,81-8,49), t-value (17,88) dan p-value (0,00) yang berarti bahwa pemberian edukasi pada ibu meningkatkan pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita. Pemberian edukasi stimulasi, Quasi expriment Tidak menilai anak