PENDAHULLUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI FAKTOR C DAN EROSI TANAH SEBAGAI RESPON PERLAKUAN KONSERVASI VEGETATIF PADA PERTANAMAN KAKAO

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA PERTANAMAN KAKAO

PENDAHULUAN Latar Belakang

Erosi. Rekayasa Hidrologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA

Infiltrasi dan Aliran Permukaan sebagai Respon Perlakuan Konservasi Vegetatif pada Pertanaman Kakao

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

METODE KONSERVASI LAHAN SECARA VEGETATIF

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

Teknik Konservasi Waduk

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

PERUBAHAN SIFAT FISIK TANAH SEBAGAI RESPONS PERLAKUAN KONSERVASI VEGETATIF PADA PERTANAMAN KAKAO 1)

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. EROSI DAN DEGRADASI LAHAN KERING DI INDONESIA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

MENENTUKAN LAJU EROSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. mengalami peremajaan secara berkesinambungan (Alibasyah, 1996).

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

III. BAHAN DAN METODE

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

Transkripsi:

PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena wilayah Sulawesi Tenggara dengan luas daratan 3.814.000 ha sebagian besar atau sekitar 72% berada pada kemiringan di atas 15% (Anonim, 1996). Luas pertanaman kakao di Sulawesi Tenggara berdasarkan data tahun 2000 seluas 113.276 ha dan terus berkembang sampai sekarang, yang mana sekitar 95% pertanaman kakao tersebut merupakan perkebunan rakyat (Anonim, 2001). Perkebunan rakyat pada umumnya dikelola tanpa tindakan konservasi yang baik sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi tanah dan kerusakan lingkungan akibat erosi serta berdampak terhadap penurunan produktivitas. Produktivitas kakao yang diperoleh di Sulawesi Tenggara masih tergolong rendah (224,99 kg ha -1 ) jika dibandingkan dengan produksi yang didapat pada demplot yang dikembangkan ASKINDO di Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan dengan produktivitas masing-masing 1 1,5 ton ha -1 th -1 dan 1 1,7 ton ha -1 th -1 (Wahab et al. 2002; Abdul Razak, 2006). Rendahnya produktivitas disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah karena lapisan atas tanah yang memiliki sifat fisik yang baik serta kaya akan hara dan bahan organik telah terangkut melalui aliran permukaan (AP) dan erosi ke tempat lain. Hasil penelitian Sutono et al. (2005) menunjukkan bahwa walaupun petakan cukup datar (± 3%), bahan organik, P, dan K yang terbawa AP dan erosi lebih besar dibandingkan dengan residunya yang tertinggal di dalam tanah. Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao muda (sebelum kanopi kakao saling menutup) banyak dilakukan petani guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini semakin meningkatkan kehilangan tanah akibat erosi terutama pada saat persiapan lahan. Hasil penelitian Abdurachman et al. (1985) menunjukkan bahwa laju erosi mencapai 14 15 mm th -1 pada Alfisol berlereng 9 10% yang ditanami tanaman pangan semusim, dan pada ultisol berlereng 14%, laju erosi mencapai 4,6 mm th -1 walaupun sisa tanaman berupa jerami padi dan jagung dikembalikan sebagai mulsa. Oleh karena itu, diperlukan

suatu upaya yang dapat mensinkronkan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan ekologi. Dengan upaya ini diharapkan penanaman tanaman semusim sebagai sumber pendapatan petani sebelum kakao berproduksi tetap dilakukan dan erosi yang terjadi juga dapat ditekan sampai sama dengan atau di bawah nilai erosi yang diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss (TSL). Upaya yang dapat dilakukan yakni melakukan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dapat memberikan nilai faktor C yang rendah. Nilai faktor C merupakan salah satu komponen dari enam komponen dalam Persamaan Umum Pelepasan Tanah atau Universal Soil Loss Equation (USLE) yang turut menentukan besarnya erosi dari sebidang tanah, dimana faktor C mengukur pengaruh bersama tanaman dan pengelolaannya. Dalam penelitian ini, pengelolaan tanaman kakao dilakukan dengan penanaman tanaman padi gogo dan kedelai secara berurutan di antara tanaman kakao yang disertai dengan strip tanaman sebagai penghambat AP (strip tanaman Arachis pintoi). Penanaman padi gogo dan kedelai dilakukan dengan sistem pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, di antaranya jarak tanam yang lebih rapat pada barisan searah kontur dan pengembalian sisa panen dan hasil pangkasan tanaman sebagai mulsa dan bahan organik. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di satu sisi dan di sisi lain AP dan erosi tetap dapat ditekan sampai di bawah nilai TSL. Tanaman padi gogo dan kedelai memberi penghasilan yang cepat kepada petani sebelum tanaman kakao menghasilkan. Sahardi (2000) mengemukakan bahwa penanaman padi gogo sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu (i) pemanfaatan lahan lebih efisien, (ii) kebun atau tanaman utama lebih terpelihara dengan baik, (iii) tersedianya pangan atau beras bagi petani, dan (iv) sebagai sumber pendapatan petani sebelum tanaman utama menghasilkan. Hasil penelitian Wibawa (1994) menunjukkan bahwa tanaman padi gogo toleran naungan yang ditanam di bawah tanaman karet umur 3 tahun dengan naungan 60 80% masih memberi produksi 2 ton ha -1 dan di bawah tanaman karet umur 1 tahun produksi padi gogo mencapai 3 ton ha -1. Selain peningkatan produktivitas dan pendapatan petani sebelum tanaman kakao berproduksi, sistem yang memasukkan tanaman semusim sebagai tanaman 2

sela dan A. pintoi sebagai tanaman strip juga dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kakao jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh perbaikan sifat-sifat tanah dengan penutupan tajuk dan sumbangan bahan organik yang tinggi yang bersumber dari pemangkasan tanaman kakao dan A. pintoi serta sisa panen tanaman semusim. Haridjaja (1996) mengemukakan bahwa bahan organik yang dibenamkan ke dalam tanah akan membentuk struktur tanah dan selanjutnya akan meningkatkan stabilitas struktur tanah serta akan mempengaruhi pori ketersediaan air dan aerasi tanah. Hasil penelitian Yahya dan Indrasuara (2000) menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik berupa pupuk hijau/legum penutup tanah maupun seresah kakao secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Perbaikan pertumbuhan tanaman kakao disebabkan pemeliharaan tanaman kakao secara tidak langsung telah dilakukan dengan pemeliharaan tanaman semusim melalui penyiangan dan pemupukan. Sejalan dengan hasil penelitian Subagyo dan Mangoensoekarjo (1993) pada pertanaman karet dan kelapa hibrida, bahwa tanaman karet dan kelapa hibrida tumbuh lebih baik dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dibandingkan dengan pakan ternak dan legume penutup tanah sebagai tanaman sela. Hal ini disebabkan residu pupuk tanaman pangan dapat dimanfaatkan oleh karet maupun kelapa hibrida. Perbaikan sifat-sifat tanah selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman secara langsung juga berpengaruh terhadap AP dan erosi melalui perbaikan stabilitas agregat yang dapat menjamin porositas tanah semula tetap tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi hujan. Dengan demikian, secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai faktor C. Penelitian untuk penetapan nilai faktor C tanaman kakao, khususnya untuk karakteristik lahan di Indonesia belum banyak dilakukan. Hal ini penting karena tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan dan komoditi ekspor yang banyak memberikan devisa ke negara akan semakin banyak diusahakan oleh petani. Nilai faktor C yang diperoleh akan membantu dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya lahan yakni dalam memprediksi besarnya erosi yang akan terjadi berdasarkan USLE jika tanaman tersebut diusahakan. Sebagaimana dikemukakan oleh Arsyad (2000) bahwa USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng 3

dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan. Ketika nilai faktor C yang diperoleh dapat memberikan nilai erosi aktual sama dengan atau di bawah nilai TSL, maka kekhawatiran akan terjadinya degradasi tanah dan kerusakan lingkungan lainnya oleh erosi akibat ektensifikasi pertanaman kakao (di Sulawesi Tenggara) menjadi berkurang. Rumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitiaan Degradasi tanah yang terjadi di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi air hujan akibat tingginya jumlah dan intensitas hujan. Indonesia Bagian Timur yang tergolong daerah beriklim kering banyak terjadi proses erosi yang cukup tinggi meskipun curah hujan (CH) tahunan relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh penutupan vegetasi yang rendah dan sering terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Penutupan vegetasi yang rendah pada pertanaman kakao muda dengan topografi berlereng memicu terjadinya erosi yang tinggi. Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao yang tidak disertai dengan tindakan pengelolaan konservasi semakin meningkatkan erosi tanah terutama pada saat persiapan lahan dan pada fase awal pertumbuhan tanaman semusim. Hal ini akan menyebabkan terjadinya degradasi tanah akibat terangkutnya lapisan atas tanah yang memiliki sifat fisik yang bagus serta kaya akan hara dan bahan organik. Degradasi tanah berimplikasi terhadap penurunan produktivitas tanah yang akan berdampak terhadap penurunan pendapatan petani. Arsyad (2000) mengemukakan bahwa kandungan unsur hara dan bahan organik pada sedimen hasil erosi lebih tinggi dari kandungan unsur hara dan bahan organik pada tanah yang tertinggal. Hal ini sebagian disebabkan oleh peristiwa selektivitas erosi dan sebagian lagi disebabkan oleh karena lapisan atas tanah mengandung unsur hara lebih tinggi dari pada tanah lapisan bawah. Kecepatan pemiskinan tanah akibat erosi menyebabkan perlunya penerapan metode konservasi yang dapat menurunkan erosi tanah sampai sama dengan atau di bawah TSL. Metode vegetatif yang memasukkan tanaman padi gogo dan kedelai yang ditanam berurutan di antara tanaman kakao dengan strip tanaman A. Pintoi diharapkan dapat memberikan AP dan erosi yang rendah. Struktur tanaman A. Pintoi yang memiliki batang yang tumbuh menjalar dengan susunan batang dan daun yang cukup padat di atas permukaan tanah, menyebabkan tanaman tersebut berpotensi besar dalam menghambat AP dan mencegah penghanyutan tanah. Pertumbuhan yang cepat dari tanaman padi gogo dan kedelai dapat menutup permukaan tanah secara cepat dan pengembalian jerami sebagai mulsa dapat melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung 4

air hujan sehingga agregat tanah tetap terpelihara. Demikian pula penambahan bahan organik ke dalam tanah yang bersumber dari sisa panen tanaman kedelai dan hasil pangkasan A. Pintoi dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti stabilitas agregat. Stabilitas agregat yang tinggi dapat menjamin porositas tanah semula tetap tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi hujan. Box et al. (1996) mengemukakan bahwa penghancuran agregat tanah berkurang dengan adanya residu tanaman, batu, dan vegetasi di atas permukaan tanah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dekomposisi residu tanaman yang diberikan ke permukaan tanah sebagai bahan organik mempengaruhi sifat tanah permukaan, yakni mengurangi AP dan erosi sebagai dampak dari perbaikan sifat fisik tanah yang tahan terhadap energi kinetik hujan dan kekuatan gerus AP. Rendahnya AP dan erosi sebagai respon dari sistem pengelolaan yang diterapkan akan memberikan nilai faktor C yang rendah. Pengusahaan tanaman yang memiliki nilai faktor C yang rendah akan memberikan kedalaman tanah yang cukup dengan sifat fisik dan kimia yang bagus sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman untuk tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari. Dengan demikian, fungsi ganda dari ekosistem (fungsi pelestarian dan fungsi pendapatan) dapat tercapai. Adapun bagan alir kerangka berpikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Erosivitas hujan Topografi berlereng Pertanaman tanpa teknik konservasi Nilai faktor C AP dan erosi 5

Produktivitas tanah Pendapatan petani Perlu pengelolaan yang baik Teknik konservasi vegetatif Tumpangsari + strip A. pintoi +mulsa + bahan organik Pendapatan petani Sifat fisik Distribusi pori dan s.agregat serta BD Sifat kimia Kadar hara NPK, C-org. & KTK AP dan erosi Nilai faktor C Kesuburan tanah Produktivitas tinggi secara lestari Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir penelitian Tujuan Penelitian 1. Mempelajari efektifitas padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai tindakan konservasi vegetatif dalam mengendalikan AP dan erosi tanah pada pertanaman kakao, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kakao, hasil kedelai dan padi gogo 6

2. Menentukan nilai faktor C tanaman kakao berbagai umur dengan tindakan pengelolaan yang diterapkan 3. Mempelajari sifat fisik dan kimia tanah sebagai respon terhadap tindakan konservasi vegetatif pada pertanaman kakao dengan topografi berlereng Hipotesis Penelitian 1. Penggunaan padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai metode konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam mengendalikan AP dan erosi tanah pada pertanaman kakao muda dengan topografi berlereng, serta memberikan tambahan pendapatan kepada petani 2. Penerapan tindakan pengelolaan konservasi pada umur tanaman kakao yang berbeda akan memberikan nilai faktor C yang berbeda pula 3. Tindakan konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Kegunaan Penelitian 1. Menjadi salah satu acuan dalam strategi pengelolaan lahan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering dan perbaikan fungsi ekosistem, baik sebagai fungsi pelestarian maupun fungsi pendapatan 2. Memberikan tambahan pendapatan kepada petani dengan metode konservasi dan mengurangi AP da erosi tanah 3. Nilai faktor C yang diperoleh membantu dalam prediksi erosi dengan USLE untuk menentukan pilihan tindakan pengelolaan, khususnya pada pertanaman kakao 7