BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

Analisis Perkembangan Industri

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

BERITA RESMI STATISTIK

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. krisis. Kelemahan ini, tentunya akan berpengaruh pada ekonomi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Produk tekstil pada umumnya ditujukan untuk mendukung industri mode. Artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

Statistik KATA PENGANTAR

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN II 2017

2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penurunan sektor industri di Bursa Efek Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis global sudah empat tahun terakhir berjalan namun kondisi perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang berpendapatan tinggi juga masih lemah.laporan yang dirilis oleh Global Economic Prospects Bank Dunia menyebut Negara-negara berkembang perlu meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi yang mereka miliki. Negara-negara ini juga perlu melindungi diri dari berbagai resiko yang bisa muncul akibat Zona Euro dan kebijakan fiskal di Amerika Serikat. (sumber: www.worldbank.org, diakses 19:10, 16 Januari 2013). Indonesia sebagai Negara berkembang di Asia tenggara mendapatkan dampak dari krisis global tersebut, kondisi ekonomi eksternal dan sejumlah faktor internal membuat perekonomian Indonesia tahun 2013 masih belum pasti. Dari sisi internal, keengganan pemerintah menekan subsidi bahan bakar minyak membuat pembangunan infrastruktur terhambat sehingga biaya logistik membengkak. Dari sisi eksternal, pelambatan ekonomi kawasan euroakan menurunkan permintaan dan harga komoditas. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika menyebutkan, Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2013 berkisar 6,3 persen sampai 6,5 persen. Perkiraan itu lebih rendah daripada asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2 2013 yang sebesar 6,8 persen (sumber: www.kompas.com,diakses 19:15, 16 Januari 2013). Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di pulau Jawa terhadap PDRB 33 Provinsi dapat dilihat pada Gambar 1.1. Banten 3% Persentase DI Yogyakarta Jawa 1% Tengah 8% Jawa Barat 14% Jawa Timur 15% DKI Jakarta 17% Luar Jawa 42% Sumber: BPS Jawa Barat Tahun 2013 GAMBAR 1.1 KONTRIBUSI PDRB PROVINSI-PROVINSI DI PULAU JAWA TERHADAP TOTAL PDRB 33 PROVINSI TAHUN 2012 (PERSEN) Berdasarkan Gambar 1.1 peranan PDRB pulau Jawa terhadap total PDRB 33 Provinsi relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan kisaran sekitar 58 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perekonomian pulau Jawa merupakan kontributor utama dalam perekonomian nasional (Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2013). Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peranan relatif besar pada perekonomian, baik untuk pulau Jawa maupun Nasional.Tahun 2012, peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian Nasional adalah 14

3 persen. Sementara itu, peranan perekonomian Pulau Jawa terhadap perekonomian Nasional adalah 57,62 persen. Dengan demikian, dapat diketahui besarnya peranan perekonomian Jawa Barat terhadap perekonomian Pulau Jawa yaitu 24,41 persen. Informasi tersebut menunjukkan pentingnya perekonomian Jawa Barat dalam menggerakkan perekonomian Pulau Jawa maupun Nasional. Kondisi Industri merupakan gambaran dari kondisi perekonomian suatu Negara.Untuk mengetahui kondisi laju pertumbuhan industri Nasional khususnya industri pengolahan Non Migas dapat dilihat pada Tabel 1.1. TABEL 1.1 LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS (KUMULATIF) (DALAM %) No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 1. Makanan, Minuman dan 2,34 11,22 2,78 9,19 8,18 Tembakau 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki -3,64 0,59 1,77 7,52 1,41 3. Brg. Kayu & Hasil hutan 3,45-1,38-3,47 0,35-0,86 lainnya 4. Kertas dan Barang cetakan -1,48 6,33 1,67 1,49 0,5 5. Pupuk, Kimia & Barang dari 4,46 1,64 4,70 3,95 9,19 karet 6. Semen & Brg. Galian bukan -1,49-0,51 2,18 7,19 6,11 logam 7. Logam Dasar Besi & Baja -2,05-4,23 2,38 13,06 5,57 8. Alat Angkat., Mesin & 9,79-2,87 10,38 6,99 6,22 Peralatannya 9. Barang lainnya -0,96 3,19 3,00 1,82 4,21 Pertumbuhan Industri 4,05 2,56 5,12 6,83 6,13 Pengolahan Non Migas Pertumbuhan PDB 6,01 4,63 6,19 6,46 6,31 Sumber: Kementrian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia Berdasarkan Tabel 1.1 pertumbuhan industri pengolahan non migas dapat dilihat selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan, walaupun pada Tahun 2012 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan Tahun 2011.

4 Meskipun hal tersebut bukan suatu masalah besar, tetapi jika dibiarkan atau tidak ada upaya peningkatan maka laju pertumbuhan industri akan terus menurun setiap tahunnya. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian Indonesia dan memiliki daya saing yang cukup tinggi. Sehingga sektor ini diharapkan akan mampu menjadi pendorong, pemicu, dan sekaligus sebagai penggerak pembangunan ekonomi Nasional. Keberadaan sentra industri kecil khususnya di tengah perekonomian Negara yang sedang berkembang merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, sebab kegiatan utama dari industri kecil menyentuh langsung kebutuhan hidup masyarakat. Namun pada sisi lain, industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional, modal terbatas, manajemen sederhana, kemampuan dan keterampilan terbatas, menggunakan teknologi yang serba sederhana, sehingga berdampak pada kerapuhan usahanya. Pemerintah mendorong usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja.umkm diharapkan semakin berperan dalam menekan angka pengangguran.menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan mengungkapkan, pertumbuhan UMKM di Indonesia meningkat pesat dua tahun terakhir. Bila dua tahun lalu jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha, di tahun 2010 berjumlah 53,8 juta dan pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Jumlah UMKM yang terus meningkat ini diharapkan bisa sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.sebagai catatan, rata-rata UMKM bisa menyerap

5 3 5 tenaga kerja.dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit UMKM, dalam dua tahun terakhir, jumlah tenaga yang terserap bertambah 15 juta orang. (www.depkop.go.id, diakses 19:50, 19 April 2013). Secara nasional misi industri kecil diarahkan untuk memenuhi misi sosial, sedangkan kebijaksanaan regional Jawa Barat dititikberatkan pada usaha-usaha kooperatif dan pengembangan tujuan-tujuan wilayah pembangunan (Bachtiar Hasan, 2003:18). Sumber: Badan Pusat Stratistik (BPS) Jawa Barat2012 GAMBAR 1.2 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2012 (Q-TO-Q) Pada tingkat nasional produksi Industri Mikro dan Kecil mengalami pertumbuhan pada triwulan III Tahun 2012 sebesar 5,29 persen. Pertumbuhan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan petumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 3,35 persen. Adapun di Jawa Barat produksi Industri Mikro dan Kecil ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,08 persen pada triwulan III tahun 2012 setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh negatif 6,38 persen.hal tersebut menunjukan bahwa

6 perindustrian khususnya untuk mikro dan kecilbaik nasional maupun provinsi jawa barat dalam kondisi pertumbuhan yang baik. Sumber: BPS Nasional 2012 GAMBAR 1.3 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL DI BERBAGAI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2012 Berdasarkan Gambar 1.3 terdapat tiga jenis industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Barat yang tumbuh positif yaitu industri tekstil (4,78%), industri komputer, barang elektronik dan optik (4,22%), dan industri pengolahan tembakau (3,06%), dibandingkan dengan nasional industri tekstil (-3,79%), industri komputer, barang elektronik dan optik (-1,33%), dan industri pengolahan tembakau (-5,28%).Industri tekstil merupakan industri yang mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan dengan industri lainnya. Sektor Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat yakni mencapai 62,3 persen. Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat Wawan HermawanJumlah UKM di Jawa Barat mencapai 8,2 juta, terbesar di Indonesia.

7 Dan berkontribusi ke PDRB secara keseluruhan mengungguli usaha berskala besar (Sumber :http://www.antarajawabarat.com, diakses 09:00, 2 April 2013). Kota Bandung merupakan kota metropolitan yang berada di propinsi Jawa Barat yang saat ini dijadikan sebagai lahan bisnis oleh para investor baik lokal maupun asing, terdapat beberapa kawasan sentra industri dan perdagangan yang tersebar diberbagai kecamatan namun hanya beberapa yang keberadaannya telah cukup dikenal masyarakat baik lokal, nasional maupun regional dan juga telah lama menjadi tujuan wisata belanja. Kawasan-kawasan sentra tersebut memberikan andil dalam pemasukan kas daerah. Menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia, Kota Bandung harus bersifat terbuka serta memiliki berbagai peran dan fungsi, berbagai tantangan sekaligus ancaman terhadap pemberlakuan pasar bebas mengharuskan Kota Bandung menjadi menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya dengan memanfaatkan secara optimal dan sinergis berbagai potensi dan daya tarik yang dimiliki dalam era pasar bebas (Sumber: www.bandung.go.id, diakses 20:00, 18 Januari 2013). Ada tujuh kawasan yang sudah terkenal diantaranya, sentra industri jeans Cihampelas, sentra industri tahu dan tempe Cibuntu, sentra industri boneka Sukamulya, sentra industri kain rajut Binongjati, sentra industri kaos Jalan Suci, sentra industri sepatu Cibaduyut dan sentra industri kain Cigondewah. Dapat dilihat pada Tabel 1.2.

8 TABEL 1.2 TUJUH KAWASAN OPTIMALISASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BANDUNG Kawasan/Lokasi Jenis Industri Cihampelas Jeans Cibuntu Tahu dan Tempe Sukamulya Boneka Binongjati Kain rajut Jalan Suci Kaos Cibaduyut Sepatu Cigondewah Kain Sumber: www.bandung.go.id, diakses 20:00, 18 Januari 2013 Data dari Tabel 1.2 menunjukan tujuh kawasan optimalisasi perindustrian dan perdagangan di Bandung kawasan tersebut telah cukup dikenal oleh masyarakat baik lokal, nasional maupun regional dan juga telah lama menjadi tujuan wisata belanja. Berkaitan dengan kondisi industri tekstil yang mengalami pertumbuhan positif paling tinggi, penulis dalam hal ini menitikberatkan kepada penelitian sentra kain Cigondewah.Sentra kain di Cigondewah ini terdapat dua komoditi pertama komoditi konveksi, kedua komoditi perdagangan kain. Untuk komoditi konveksi, barang yang jual yaitu pakaian jadi, mulai dari kaos, celana hingga jaket.sedangkan untuk komoditi perdagangan kain, barang yang dijual bersifat homogen atau sejenis. TABEL 1.3 SENTRA INDUSTRI CIGONDEWAH Nama Industri Komoditi Omset (perhari) Tenaga Kerja Unit Usaha Sentra Kain Perdagangan 401.650.000 567 313 Kain Sentra Konveksi Konveksi 483.000 116 43 Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Bandung Tahun 2013

9 Berdasarkan Tabel 1.3 omset pada komoditi perdagangan kain jumlahnya lebih besar daripada komoditi konveksi yang memang disebabkan oleh unit usaha konveksi yang hanya berjumlah 43 unit serta jumlah tenaga kerja 116 orang.penulis dalam hal ini menitikberatkan pada komoditi perdagangan kain karena selain jumlah omsetnya lebih besar, jumlah unit usaha serta tenaga kerjanya juga lebih banyak. Beberapa tahun yang lalu kawasan ini ramai dikunjungi untuk pembelian kain.namun ketatnya persaingan tekstil serta derasnya impor tekstil menjadikan serangkaian persoalan yang membuat Cigondewah mulai melemah. Hal tersebut diakibatkan oleh berkurangnya pembeli yang datang dari dalam dan luar Kota Bandung. Dampak melemahnya transaksi itu beberapa toko mengalami kemunduran usahanya bahkan ada yang sampai tutup. Sepinya pembeli di Cigondewah juga sangat dipengaruhi berdirinya grosir-grosir kain di Bandung.Seperti di ITC Kebon Kelapa, Pasar Baru dan King Shopping Centre.Di tempat-tempat tersebut selain lengkap jenis kainnya, juga tempatnya lebih mudah dijangkau sehingga pembeli lebih memilih tempat-tempat tersebut daripada Cigondewah. Selain itu, ditambah lagi dengan kondisi para pelaku industri yang kurang menunjukan kepedulian terhadap usaha yang dijalaninya. Hal tersebut dialami oleh para pengusaha kain di Cigondewah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, didapatkan data pendapatan yang diperoleh dari

10 tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Data pendapatan usaha pada pengusaha kain di Sentra Industi KainCigondewah dapat dilihat pada Tabel 1.4. TABEL 1.4 TOTAL PENDAPATAN USAHA PENGUSAHA KAIN DI KAWASAN CIGONDEWAH TIGA TAHUN TERAKHIR (2010-2012) Tahun Laba (Rupiah) 2010 144.568.500.000 2011 133.624.000.000 2012 119.772.000.000 Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah) Adapun grafik perkembangan total laba pengusaha kain di Kawasan Tekstil Cigondewah dapat dilihat pada Gambar 1.4. 200.000.000.000 150.000.000.000 100.000.000.000 50.000.000.000 0 Laba 2010 2011 2012 Laba Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah) GAMBAR 1.4 PERKEMBANGAN TOTAL LABA PENGUSAHA KAIN DI CIGONDEWAH TAHUN 2010-2012 Berdasarkan Tabel 1.4 yang diambil dari data perkembangan pendapatan usaha dari para pengusaha kain di Cigondewah, bahwa para pengusaha memiliki pendapatan yang cenderung menurun, jika dijumlahkan dari 313 pengusaha pada dalam 3 tahun terakhir terjadi penurunan. Penurunan tersebut terjadi pada 281 pengusaha kain, sedangkan pada 32 pengusaha lainnya mengalami kenaikan. Adapun data dari 281 pengusaha kain tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.5.

11 TABEL 1.5 TOTAL PENDAPATAN USAHA 281 PENGUSAHA KAIN DI KAWASAN CIGONDEWAH (2010-2012) Tahun Laba (Rupiah) 2010 127.831.500.000 2011 117.391.000.000 2012 101.952.000.000 Sumber: Disperindag Kota Bandung 2013 (data diolah) Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan ancaman bagi para pengusaha kain khususnya di Kawasan Tekstil Cigondewah dimasa yang akan datang. Jika tidak ada upaya perbaikan, bukan tidak mungkin akan terjadi kebangkrutan dari usaha kain tersebut. Perkembangan pendapatan usaha memang menjadi ukuran atau indikator sejauh mana keberhasilan suatu usaha. Henry Faizal Noor (2007:397), mengungkapkan bahwa Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya. Jadi, dapat diketahui bahwa indikator dari keberhasilan usaha suatu perusahaan adalah laba/pendapatan usaha. Bachtiar Hasan (2003:19) mengemukakan masalah yang dihadapi industri kecil merupakan masalah klasik sebagai berikut: 1. Masalah kurangnya keterampilan dan jangkauan menggunakan kesempatan yang meliputi kewiraswastaan, pengelolaan usaha dan organisasi 2. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah pemasaran 3. Langkanya modal 4. Masalah teknis dan teknologi, yang meliputi dan pengetahuan produksi, kualitas, pengembangan dan peragaman produk. Lemahnya sistem informasi industri yang dimiliki, masalah perburuhan serta produktivitas tenaga kerja yang masih rendah merupakan penyebab dari masalah yang dialami para pengusaha di Cigondewah. Tingkat pendidikan

12 pengusaha dan karyawan rata-rata sebatas lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan ada yang tidak lulus Sekolah Dasar (SD) sehingga mempengaruhi kecakapan dalam menghadapi konsumen. Berdasarkan uraian di atas, banyak sekali yang mempengaruhi turunnya pendapatan pengusaha kain. Adapun faktor utama yaitu para pengusaha di Cigondewah kurang peka terhadap aspek internalnya, yakni mulai dari kesadaran diri,orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pribadi yang handal bagi kehidupan mereka karena memiliki kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan masalah-masalah yang dihadapi. Selanjutnya, pengelolaan atau pengaturan diri yaitu kemampuan mengelola emosi untuk merubah situasi bagi kebaikan diri, kemudian motivasi diri merupakan kemampuan untuk menyadari menghadapi kegagalan dan berusaha bangkit kembali agar meraih keberhasilan, empati yaitu kemampuan untuk merasakan bagaimana perasaan orang lain dalam hal ini pengusaha harus mengetahui apa keinginan konsumen, dan yang terakhir keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi orang lain dapat dilakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi yang baik dapat mempengaruhi perasaan, pikiran dan perilaku konsumen. Aspek-aspek internal yang sudah dijelaskan merupakan bagian atau dapat disebut indikator dari kecerdasan emosional seseorang. Menurut seorang Psikolog Israel yaitu Reuven Bar-On, menurut Bar-On dalam Rabindra Kumar Pradhan dan Papri Nath (2012:95) orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat

13 mengelola stres, bertahan dalam ketidakpastian dan memulihkan kesehatan serta kesejahteraan. Semua itu adalah kemampuan yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses. TABEL 1.6 IMPLIKASI KECERDASAN EMOSIONAL WIRAUSAHA SEGI IMPLIKASI Pengaturan diri, aspek ini dapat diamati Kemampuan beradaptasi dengan dari sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, pekembangan teknologi serta masih adaptasi, dan inovasi belum dilakukan oleh semua para pengusaha kain Cigondewah, dapat dilihat dari belum memanfaatkan perkembangan teknologi jaringan internet untuk melakukan kegiatan pemasaran, selain itu dengan pembukuan yang masih belum terurus rapi. Kewaspadaan terhadap pesaing lain juga masih kurang dapat dilihat dan tidak ada upaya inovasi dari aspek pemasaran sejauh ini masih word of Motivasi, dapat dilihat dari dorongan untuk menjadi lebih baik, komitmen, inisiatif, dan optimis Empati, dapat dilihati dari segi orientasi pelayanan, memahami orang lain, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis Keterampilan sosial, dapat dilihat dari pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, mengelola perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperatif, dan kemampuan tim mouth. Upaya dorongan yang dilakukan oleh pengusaha kain Cigondewah berupa motivasi terus dilakukan, hanya saja untuk inisiatif masih kurang, dapat dilihat masih belum memanfaatkan peluang yang ada disaat sedang membumingnya jual beli melalui media internet diantaranya Kaskus, atau juga media sosial lainnya. Kemampuan pengusaha kain Cigondewah dalam mengembangkan melalui mentoring pekerja intensitasnya masih kurang, disebabkan para pengusaha kebanyakan memiliki kesibukan lain. Melalui mentoring dapat membantu pekerja bekerja lebih baik. Pelayanan ketika ada pesanan dari konsumen, terkendala oleh sulitnya mendapatkan barang karena waktu distribusi tidak tentu. Keterampilan sosial dalam berkomunikasi untuk mempengaruhi pelanggan merupakan unsur yang sangat penting bagi penjualan karena dapat menjalin koneksi atau jaringan pribadi sehingga pelanggan akan terus kembali berbelanja kain di tempat usahanya mengingat banyaknya pesaing. Berdasarkan hasil

14 pengamatan masih kurangnya upaya komunikasi yang dilakukan oleh penjual, ke arah mempengaruhi pelanggannya. Sumber: Hasil wawancara kepada pengusaha kain Cigondewah Bandung (2013) Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengusaha, maka dapat diketahui penyebab dari menurunnya pendapatan sehingga berdampak pada kemerosotan usaha di sentra kain Cigondewah cukup banyak terutama dilihat dari kecerdasan emosionalnya, diantaranya dapat dilihat dari segi kepribadian, kemampuan komunikasi, mengatur hubungan pemasaran, keahlian dalam mengatur keuangan, dan mengatur hubungan dengan pelanggan. Sebaiknya seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik dalam berwirausaha, terutama di dunia UKM karena pengusaha berhadapan langsung dengan konsumen. Adapun hubungan kecerdasan emosional dengan keberhasilan usaha menurut Cherniss dalam Erin B. McLaughlin (2012:32) menjelaskan sebagai berikut : kecerdasan emosional di tempat kerja bertumpu pada keyakinan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam inovasi, efisiensi, produktivitas, pengembangan bakat, penjualan, pendapatan, kualitas layanan, loyalitas pelanggan, perekrutan karyawan dan retensi, komitmen karyawan, moral, kesehatan dan hasil kepuasan, dan klien atau pelajar. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional seseorang memiliki peranan penting dalam memfasilitasi keberhasilan usaha, termasuk untuk meningkatkan pendapatanan yang menjadi ukuran keberhasilan suatu usaha atau bisnis dalam memahami dan mengelola emosi mereka sendiri maupun emosi orang lain. Berdasarkan hasil pra penelitian, pengusaha kain Cigondewah menunjukan bahwa jumlah pendapatan usaha pada 3 tahun terakhir mengalami penurunan,

15 sehingga hal tersebut menunjukan kerapuhan pada usahanya. Dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik pada setiap pengusaha meliputi pengelolaan diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial akan berdampak sukses pada usaha yang dijalaninya. Dengan demikian perlu diadakannya suatu penelitian yang dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha Pengaruh Kecerdasan Emosional Wirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survei pada Pengusaha Kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung). 1.2. Identifikasi Masalah Sentra industri kain di Cigondewah Bandung pada tiga tahun terakhir menunjukan penurunan pada pendapatan usahanya.adapun faktor utama yaitu para pengusaha di Cigondewah kurang peka terhadap aspek internalnya, yakni mulai dari kesadaran diri,orang yang memiliki keyakinan yang lebihtentang perasaannya adalah pribadi yang handal bagi kehidupan mereka karena memilikikepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan masalah-masalah yang dihadapi. Aspek-aspek internal yang sudah dijelaskan merupakan bagian atau dapat disebut indikator dari kecerdasan emosional seseorang. Menurut seorang Psikolog Israel yaitu Reuven Bar-On dalamrabindra Kumar Pradhan dan Papri Nath (2012:95)orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengelola stres, bertahan dalam ketidakpastian dan memulihkan kesehatan serta kesejahteraan.

16 Semua itu adalah kemampuan yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi masalah ke dalam tema sentral sebagai berikut : Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung merupakan pusat grosir penjualan bahan kain terbesear di Bandung dengan unit usaha berjumlah 313. Keberhasilan usaha pada pengusaha kain di Sentra Industri Kain Cigondewah Bandung masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan usaha mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Faktor psikologi wirausaha pada pengusaha akan mempengaruhi keberhasilan usaha pengusaha. Dengan membangun kecerdasan emosional yang baik pada pengusaha dapat mengatasi hambatan usaha. Maka dari itu aspek kecerdasan emosional wirausaha pada pengusaha diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan usaha dapat dilihat dari segi pertumbuhan pendapatan, jumlah tempat usaha, jumlah tenaga kerja, dan kompetensi pengusaha. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kecerdasan emosional wirausaha pada pengusaha kain Cigondewah 2. Bagaimana keberhasilan usaha pada pengusaha kain Cigondewah 3. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap keberhasilan usaha pada pengusaha di sentra industri kain Cigondewah. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh temuan mengenai kecerdasan emosional wirausaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah

17 2. Untuk memperoleh temuan mengenai keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah 3. Untuk memperoleh temuan mengenai pengaruh kecerdasan emosional wirausaha terhadap keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri kain Cigondewah. 1.5. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi ilmu ekonomi dan bisnis, khususnya kewirausahaan serta ilmu psikologi.selain itu, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis dan dapat sebagai alat untuk mentranformasikan ilmu yang didapat perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2. Kegunaan Praktis Dapat dijadikan sumbangan atau masukan yang berarti bagi masyarakat dalam rangka menambah pengetahuan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada setiap pengusaha agar berperilaku seorang wirausaha sehingga berdampak pada usaha yang semakin maju.