STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO. Tri Puji Kurniawan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

ANALISIS KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTY

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

SKRIPSI. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK, KIMIA, SOSIAL BUDAYA DENGAN KEPADATAN JENTIK (Studi di Wilayah Kecamatan Gunung Anyar Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. (House Index) sebagai Indikator Surveilans Vektor Demam Berdarah Denguedi Kota Semarang

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SURVEI ENTOMOLOGI, MAYA INDEX DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEPADATAN LARVA

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

Analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Puskesmas Rawasari Kota Jambi Bulan Agustus 2011

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

ARTIKEL PENG AMATAN LARVA AEDES DI DESA SUKARAYA KABUPATEN OKU DAN DI DUSUN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2004

SURVEI JENTIK SEBAGAI DETEKSI DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERBASIS MASYARAKAT DAN BERKELANJUTAN

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

HUBUNGAN KEPADATAN JENTIK Aedes sp DAN PRAKTIK PSN DENGAN KEJADIAN DBD DI SEKOLAH TINGKAT DASAR DI KOTA SEMARANG

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

Fajarina Lathu INTISARI

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

Dengue s Vector Distribution (Aedes aegypti) at Bandung Islamic University Campus

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 9 No. 1, 2015 : 9-14

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

PENGARUH KARAKTERISTIK TEMPAT PENAMPUNGAN AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS GIANYAR I TAHUN 2012

KONTAINER LARVA Aedes sp. DI DESA SAUNG NAGA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PELATIHAN SISWA PEMANTAU JENTIK DENGAN HOUSE INDEX DAN CONTAINER INDEX LARVA NYAMUK Aedes sp.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

Transkripsi:

STUDI ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) DAN INDEKS OVITRAP DI PERUM PONDOK BARU PERMAI DESA BULAKREJO KABUPATEN SUKOHARJO Tri Puji Kurniawan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Jl. Letjend. Sujono Humardani No 1 Kampus Jombor, Sukoharjo 57521 Email : tripujisiip@gmail.com ABSTRAK Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Data penderita DBD pada UPT Puskesmas Sukoharjo tahun 2014 Sebanyak 22 kasus dengan IR 0,08% dan tahun 2015 sebanyak 26 kasus IR 0,05%. Data tersebut yang paling tinggi kasusnya berada pada Desa Bulakrejo 18 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk pemantauan jentik nyamuk dengan metode visual dan menganalisis Nilai ABJ di Perum Pondok Baru Permai Bulakrejo Sukoharjo. Penelitian ini bersifat Survey Analitik rancangan yang digunakan dengan survei Cross Sectional. Pengumpulan sampel dilakukan dengan cara memantau keberadaan jentik dan pemasangan ovitrap untuk mengetahui indeks ovitrap dan nilai ABJ pada 100 rumah di Perum Pondok Baru Permai Bulakrejo Sukoharjo kemudian dihitung untuk ABJ nya. Dengan indikator amannya 95%. Hasil Kepadatan Jentik dengan cara pemantauan jentik metode visual nyamuk dengan perhitungan container index didapatkan hasil sebesar 15%, Nilai Angka Bebas jentik sebesar 85% dan indeks ovitrap sebesar 100% di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo. Kata Kunci: ABJ, Indeks Ovitrap dan DBD ABSTRACT DHF is a serious problem in Central Java, 35 districts / cities been infected by dengue. DHF patients in health center Sukoharjo by 2014 there were 22 cases with IR 0.08 % and in 2015 there were 26 cases with IR 0.05 %. The highest case was in the village of Bulakrejo 18 cases. The purpose of this study is to monitor mosquito larvae with visual methods and analyze the value free numbers larva in Perum pondok baru permai Bulakrejo Sukoharjo. This research is an Analytical Survey design is in use with a Cross Sectional Survey. Sample collection is done by monitoring the presence of larvae and installation ovitrap to know ovitrap index and value free numbers larva on 100 homes in perum pondok baru permai Bulakrejo Sukoharjo then calculated for its free numbers larva. safe indicator 95%. Flick density results in a way of monitoring mosquito larvae visual method by container index calculation results obtained by 15%, 72

Value free numbers larva 85% and 100% ovitrap index in Perum Pondok Baru Permai Bulakrejo Sukoharjo. Keywords: free numbers larva, ovitrap index and Dengue haemoragic fever PENDAHULUAN Lingkungan yang bersih dan sehat identik dengan lingkungan yang jauh dari unsur kotor dan pengganggu lainnya. Pengganggu ini tidak hanya datang dari sampah yang berserakan atau tempat yang kumuh, akan tetapi lingkungan yang bersih juga harus jauh dari unsur hewan pengganggu, vektor, maupun hewan lain yang akan menambah kekumuhan tempat tersebut dan mengganggu kesehatan misalnya jentik nyamuk. Jentik nyamuk apabila tumbuh manjadi nyamuk dewasa jika menggigit manusia bisa menimbulkan penyakit, misalnya malaria yang disebabkan gigitan nyamuk (Aditama, 2009). Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa sepanjang tahun 2014 terdapat kejadian demam berdarah dengue sebanyak 71.668 kasus di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah kasus meninggal dari 71.668 sebanyak 641 orang (CFR=0,89). Pada tahun 2014, jumlah penderita DBD Provinsi Jawa Tengah mencapai 6.296 penderita (IR=0,02%), sedangkan bulan Januari 2015, jumlah pasien sebanyak 8 orang dengan 3 orang meninggal dunia (CFR=37,5%). Data penyakit DBD di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan setiap tahunnya, data pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Kabupaten Sukoharjo memiliki kasus DBD sebayak 13 kasus (IR=0,10%), tahun 2013 memiliki 37 kasus (IR=0,30%) dan pada tahun 2014 sampai sekarang terdapat 43 kasus (IR=0,35%). Kasus DBD di Kabupaten Sukoharjo selalu mengalami peningkatan dan kasus DBD masih tetap ada sampai tahun 2015 sebanyak 41 kasus (IR=0,33%) (Depkes, 2012). Data penderita DBD pada UPT Puskesmas Sukoharjo tahun 2014 Sebanyak 22 kasus dengan IR 0,08% dan tahun 2015 sebanyak 26 kasus IR 0,05%. Data tersebut yang paling tinggi kasusnya berada pada Desa Bulakrejo 18 kasus. Kejadian DBD tersebut ada kaitannya dengan perilaku masyarakat dalam PSN- DBD. Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2015, bahwa perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) oleh mayarakat di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sukoharjo masih belum baik. Survei yang dilakukan melalui wawancara dengan warga, dapat diketahui bahwa dari 15 warga terdapat 13 warga (86,7%) yang tidak melaksanakan PSN DBD sehingga kepadatan nyamuk dan jentik menjadi besar dengan alasan malas melaksanakan PSN. Masyarakat yang malas tersebut umumnya disebabkan karena sibuk dengan pekerjaan di sawah maupun pekerjaan lain yang mampu menghasilkan uang daripada harus memperhatikan kondisi rumah mereka. Padahal jika ditinjau dari segi kesehatan kondisi rumah lebih penting bagi kelangsungan hidup mereka. Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD yang umunya belum dilaksanakan dengan baik oleh warga, diantaranya tidak menutup penampungan air, menguras bak mandi lebih dari satu minggu sekali, tidak mengubur barang bekas dan hampir semua warga menggantung pakaian di dalam rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko keberadaan 73

jentik nilai ABJ dan ovitrap indeks yang menjadi penyebab Kejadian Demam Berdarah Dengue pada masyarakat di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat Survey Analitik dengan rancangan survei Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah Perum Pondok Baru Sukoharjo. Teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling. Jadi setiap rumah dipantau untuk keberadaan jentik dan telur nyamuknya. Jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 100 rumah. Jenis data pada penelitian ini berupa data kuantitatif yang berupa data keberadaan jentik, ABJ dan ovitrap indeks. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pemantauan jentik dan telur nyamuk secara visual perhitungan kepadatan jentik, ABJ dan indeks ovitrap. Identifikasi dan perhitungan indeks pinjal dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat FKM Univet Bantara Sukoharjo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, survei, dan perhitungan ABJ dan indeks ovitrap. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo. Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo terletak di tengah atau pusat kota Sukoharjo. yang terdiri dari 100 unit rumah denga tipe yang berbeda beda. Dari 100 rumah yang dihuni oleh warga terdapat 30 rumah. Adapun secara geografis perum ini terletak di tengah persawahan warga dengan karakter perkerjaan atau mata pencaharian warga perum yang beraneka ragam. Kepadatan Jentik dengan cara pemantauan jentik metode visual nyamuk di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo Persiapan yang dilakukan berupa survei lokasi dan kebutuhan kontainer. Lokasi yang digunakan untuk pengamatan adalah area Perumahan Pondok Baru Permai. Kontainer yang digunakan di kamar mandi adalah berbahan porselen dan bak plastik. Container Indeks : Jumlah kontainer positif jentik Jumlah Kontainer yang di periksa : 15 100 : 0,15 Dari hasil pengamatan, dari 100 kontainer yang diamati di Perum terdapat 15 kontainer yang ada jentik nyamuk. Pada perhitungan container index didapatkan hasil sebesar 15%. Itu artinya didapatkan Density Figure (DF) atau bisa dikatakan bahwa DF =5. Sehingga kepadatan jentik nyamuk di Perum Pondok Baru Permai adalah dengan kepadatan sedang. Hasil dipengaruhi oleh perilaku warga masyarakat yang tidak rutin dalam membersihkan kamar mandi. Indeks kontainer merupakan presentase antara kontainer dimana ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa (Denny Riyono, 2010). Angka Bebas jentik di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo 74

Angka Bebas Jentik : Jumlah bangunan yang ditemukan jentik X 100% Jumlah Rumah yang diperiksa : 85 X 100% 100 : 85 % Untuk mengetahui kepadatan vektor nyamuk pada suatu tempat, diperlukan survei yang meliputi suvei nyamuk, survei jentik, dan survei perangkap telur (ovitrap) (Taviv, 2009). Angka bebas jentik didapatkan hasil sebesar 85%. Artinya, dari ke 15 rumah yang diperiksa tersebut masih terdapat jentik nyamuk. Indikator ABJ yang 95 %, di perum dinyatakan masih di bawah indikator yang mana merupakan faktor risiko untuk terjadinya persebaran penyakit DBD karena vektor nyamuk menjadi besar. Jadi berdasarkan hasil diatas, kemungkinan di area Perum Pondok Baru Permai tersebut akan timbul penyakit seperti DBD, malaria, yellow fever, dan chikungunya adalah 15% berdasarkan pengamatan dan pengukuran diatas. Indeks ovitrap di Perum Pondok Baru Sukoharjo Ovitrap Index = Jumlah jentik dari seluruh ovitrap X 100% Jumlah ovitrap yang digunakan = 30 X 100% = 100% 30 Ovitrap ini akan ditempatkan baik di dalam atau di luar rumah yang gelap dan lembab karena nyamuk menyukai tempat-tempat tersebut untuk bertelur. Setelah satu minggu dilakukan pemeriksaan ada/tidaknya telur di paddel (food and environmental hygiene departement, 2014). Persiapan yang dilakukan pertama kali adalah mencari referensi pembuatan ovitrap. Setelah itu, membeli alat dan bahan yang dibutuhkan dan kemudian membuat ovitrap sebanyak 30 buah. Ovitrap yang sudah jadi diletakkan di 30 titik yaitu kamar mandi dan got saluran air di Perum Pondok Baru Permai Bulakrejo Sukoharjo. Berdasarkan dari hasil perhitungan didapatkan indeks ovitrap sebesar 100%. Untuk mengetahui interpretasi dari hasil yang didapatkan dapat dibandingkan dengan klasifikasi indeks ovitrap pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Ovitrap Index Klasifikasi Ovitrap Index Tindakan yang dilaksanakan Tingkat 1 <5% Pengawasan dengan cermat kondisi kebersihan lingkungan untuk mencegah tempat perindukan nyamuk Pemeriksaan mingguan untuk mengidentifikasi tempat perindukan atau yang berpotensi dan meniadakan tempat yang mungkin sebagai perindukan nyamuk Tingkat 2 > 5% - 20% Mengingatkan manajemen tempat umum untuk memeriksa secara berkala (waktu tidak lebih tujuh hari) dan menghilangkan tiap perindukan di sekitarnya. Tingkat 3 > 20% - 40% Kegiatan meniadakan tempat perindukan atau yang berpotensi lebih ditingkatkan. Tingkat 4 > 40% Memberikan kewenangan kepada perusahaan pest control untuk mengatasi permasalahan nyamuk. Tindakan larvasida atau stadium dewasa dapat diterapkan. Sumber: http://www.fehd.gov.hk, 2014 75

Indeks ovitrap 100% termasuk ke dalam tingkat 4, artinya daerah tersebut termasuk rawan timbul penyakit DBD dan penularan penyakit kaki gajah. Karena pada area bangunan tersebut banyak ditemukan jentik jenis Aedes aegepty dan Culex. Pencegahan yang perlu dilakukan pengelolaan lingkungan antara lain : a. Tutup wadah yang berpotensi tergenang air. b. Tutup rapat tempat penampungan air bersih. c. Rajin menguras tempat penampungan air bersih. d. Penggunaan larvasida jika memang dibutuhkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Kepadatan Jentik dengan cara pemantauan jentik metode visual nyamuk dengan perhitungan container index didapatkan hasil sebesar 15% di Perum Pondok Baru Sukoharjo b. Nilai Angka Bebas jentik sebesar 85% di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo c. Indeks ovitrap sebesar 100% di Perum Pondok Baru Permai Desa Bulakrejo Kabupaten Sukoharjo DAFTAR PUSTAKA Aditama, T. Y., 2009, Standar Operasional Prosedur Pengendalian Resiko Lingkungan. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, http://www.slideshare.net/masripsarumpaet1/sop-prl-kkp, diakses tanggal 04 Mei 2014. Depkes, 2012, Pedoman Pengendalian Deman Chikungunya Edisi 2, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bk%20cikungunya%20edited_27_ 10_12ok.pdf, diakses tanggal 04 Mei 2014. Denny Riyono., 2010, Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit ( Malaria, demam Berdarah, Demam Tulang, Kaki Gajah ) di Indonesia. http://www.docstoc.com/docs/112724650/nyamuk-sebagaivektorpenyakit, diakses tanggal 9 Maret 2014. Food and Environmental Hygiene Departement, 2014, Dengue Fever Ovitrap Index Update, http://www.fehd.gov.hk/english/safefood/dengue_fever/ovitrap_index.html, diakses tanggal 04 Mei 2014. Taviv, Yulian., 2009, Survei Jentik Tersangka Vektor Chikungunya di Desa Batumarta Unit 2 Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2009, Loka Litbang P2B2 Baturaja, <http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/spirakel/article/download/ 1241/646>. 76