BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN SENSITIVITAS ETIKA ANTARA MAHASISWA AKUNTANSI PRIA DAN WANITA TERHADAP PERILAKU TIDAK ETIS ARTIKEL ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Widyawati, Setyo Bhagasworo dan Ardiani Ika S. (2010) Mahasiswa Akuntan Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

Tinjauan Umum Etika Profesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELTIAN. bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut agar saling menghormati dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak-pihak yang terkait, terutama informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

Abstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Hal ini membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moral Reasoning, Ethical Sensitivity, Persepsi Etis dan Gender.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

Akuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering

LAMPIRAN PENGUJIAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI

2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. membahas tentang latar belakang penelitian yang. penelitian sebelumnya. Selanjutnya berdasakan latar belakang penelitian, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Publik (KAP), baik itu mengenai KAP asing, maupun KAP yang berada di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori atribusi ini dikembangkan oleh Kelley pada tahun 1967, kemudian dilanjutkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

KODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Dalam bab ini, peneliti juga mempelajari penelitian yang dilakukan sebelumnya: 1. Andi Kartika (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan perilaku pada mahasiswa. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi dan manajemen pada perguruan tinggi swasta di Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Alat uji berupa Independent Sample t-test. Hasil uji hipotesisnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku tidak etis antara mahasiswa akuntansi dan manajemen. Tidak terdapat perbedaan perilaku tidak etis antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita serta masiswa akuntansi lebih toleran terhadap perilaku tidak etis akan lebih sinikal. Persamaan: a. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuesioner. b. Alat uji yang digunakan peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan Uji Normalitas berupa Independen Sample t-test. Perbedaan: a. Populasi yang digunakan peneliti terdahulu adalah mahasiswa akuntansi dan manajemen pada perguruan tinggi swasta di Semarang. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa akuntansi di STIE Perbanas Surabaya. 7

8 b. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu menggunakan sikap sinikal sebagai variabel pendukung. Sedangkan pada peneliti sekarang tidak menggunakan variabel sikap sinikal sebagai variabel pendukung. 2. Nurma Risa (2011) Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan sensitivitas etika antara mahasiswa pada faktor individu (program, jenis kelamin) pada UNISMA Bekasi. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas Islam 1945 Bekasi (UNISMA Bekasi) khususnya mahasiswa dari Fakultas Ekonomi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Alat uji berupa Independent Sample t-test. Hasil uji hipotesis menunjukkan tidak ada secara signifikan sensitivitas perbedaan etika antara mahasiswa akuntansi dan mahasiswa manajemen serta tidak ada secara signifikan sensitivitas perbedaan etika antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Persamaan: a. Metode pengumpulan data peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan metode kuesioner. b. Alat uji yang digunakan peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan Uji Normalitas berupa Independent Sample t-test. Perbedaan: a. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah sensitivitas etika mahasiswa khususnya fakultas ekonomi dengan faktor individu berdasarkan jurusan yang dipilih (Jurusan Akuntansi dan Manajemen) dan gender (pria

9 dan wanita), sedangkan peneliti sekarang adalah adanya tambahan sikap sinikal sebagai variabel yang mendukung perilaku tidak etis. b. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah Universitas Islam 1945 Bekasi, sedangkan peneliti sekarang adalah STIE Perbanas Surabaya. c. Populasi pada penelitian terdahulu adalah mahasiswa akuntansi dan manajemen. Sedangkan pada penelitian sekarang adalah mahasiswa akuntansi. 3. Jurica dan Gunardi (2012) Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perilaku etis mahasiswa akuntansi di Universitas Bakrie. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi angkatan 2007-2010 dengan kriteria mahasiswa sedang menempuh atau telah menempuh mata kuliah Auditing I (semester 5 sampai semester 5 ke atas). Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner. Alat uji yang digunakan adalah Uji Independent sample t- test. Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara signifikan mempengaruhi perilaku etis mahasiswa akuntansi Universitas Bakrie. Sedangkan keceradasan intelektual, kecerdasan spritual, gender, locus of control, dan sensitivity equity tidak berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi Universitas Bakrie. Persamaan: a. Alat uji yang digunakan penelitian terdahulu dan sekarang adalah menggunakan Uji Independent Sample t-test.

10 b. Metode pngumpulan data peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan kuesioner. c. Faktor-faktor individu yang digunakan peneliti terdahulu dan sekarang salah satunya adalah Sensitivitas etika. Perbedaan: a. Populasi yang digunakan peneliti terdahulu adalah mahasiswa akuntansi, sedangkan peneliti sekarang adalah mahasiswa akuntansi. b. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah mahasiswa pada Universitas Bakrie, sedangkan peneliti sekarang adalah mahasiswa pada STIE Perbanas Surabaya. 4. Feby Riska Pradita (2013) Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sensitivitas etika account officer di Bank Konvensional dan Bank Syariah di Surabaya. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dari kuesioner. Sampel pada penelitian ini adalah account officer pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 46). Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan sensitivitas etika antara account officer bank konvensional dan perbankan syariah. Hal ini karena faktor yang mempengaruhi sensitivitas etika individual, seperti bekerja lingkungan, kebutuhan, perilaku, dan kebiasaan pribadi yang berbeda. Persamaan: a. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan perbandingan sensitivitas etika.

11 b. Metode pengumpulan data peneliti terdahulu dan sekarang adalah menggunakan kuesioner. c. Alat uji yang digunakan peneltii terdahulu dan sekarang adalah menggunakan Uji Independent Sample t-test. Perbedaan: a. Populasi yang digunakan peneliti terdahulu adalah account officer, sedangkan peneliti sekarang adalah mahasiswa akuntansi. b. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah Bank Konvensional dan Bank Syariah. Sedangkan peneliti sekarang adalah STIE Perbanas Surabaya. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka (Robbins, 2006; 169). Bila ditinjau dari aspek psikologi (Christin, 2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang didahului dengan penginderaan yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui inderanya kemudian stimulus ini diteruskan kepusat susunan syaraf dan terjadi proses psikologis sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderanya itu. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Faktor- faktor ini dapat berada dalam pihak pelaku persepsi, dalam

12 obyek atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dibuat (Robbins, 2006; 170) : 1. Pelaku Persepsi Ketika individu memandang ke obyek tertentu dan mencoba menfasirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. 2. Obyek Karakteristik-karakteristik obyek yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Sebagai contoh, orang yang banyak bicara berkemungkinan mendapatkan perhatian lebih di kelompok tertentu daripada mereka yang pendiam. 3. Situasi Tekanan waktu, sikap orang lain dan faktor-faktor situasi lainnya mempengaruhi keefektifan persepsi. 2.2.2 Teori Etika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari sesuatu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang apa yang menjadi hak dan apa yang menjadi kewajiban. Seseorang dapat dikatakan mulai beretika bilamana seseorang tersebut memegang standar moral yang diperolehnya dari keluarga, agama, serta lingkungan. Menurut Sukrisno (2009; 27) etika mempunyai banyak arti. Etika dapat dilihat dari dua hal berikut ini:

13 a) Etika sebagai praktis : sama dengan moral atau moralitas yaitu berarti adat istiadat, nilai-nilai, kebiasaan, norma yang berlaku dalam masyarakat. b) Etika sebagai ilmu adalah pemikiran moral : adalah proses penalaran terhadap moralitas tentang perilaku manusia yang dianggap baik itu sangat baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat dan sebagainya. Mempelajari Teori Etika akan memberikan wawasan dan pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis. Etika tidak akan bisa untuk dipahami jika seseorang mengesampingkan nilai-nilai moral yang melatarbelakangi pemikiran dalam teori etika bisnis. Wilopo (2013; 29) mengemukakan beberapa teori dalam pemikiran moral, khususnya dalam etika bisnis : 1. Teori Utilitarisme Menurut teori ini, suatu perbuatan dikatakan baik apabila membawa manfaat untuk masyarakan secara keseluruhan. Jadi, teori ini tidak boleh dimengerti secara egoistis. Suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk jika kebahagiaan dirasakan oleh orang banyak dari jumlah terbanyak. Namun ini tidak berarti bahwa keputusan atau perbuatan yang beretika itu adalah tindakan atau keputusan yang menghasilkan kegunaan yang paling besar bagi orang yang melakukkan perbuatan tersebut. Tetapi perbuatan itu dianggap beretika bila menghasilkan kegunaan yang paling besar bagi semua orang yang terpengaruh oleh keputusan atau perbuatan tersebut.

14 2. Teori Deontologi Menurut teori ini, suatu perbuatan dikatakan baik bukan dinilai berdasarkan akibat atau tujuan baik dari perbuatan itu, melainkan berdasarkan pada tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri, sehingga yang menjadi dasar baik buruknya seseorang adalah kewajiban. 3. Teori Teleologi Menurut teori ini suatu perbuatan itu baik atau beretika bila tujuannya baik, serta membawa akibat yang baik dan berguna. Sebaliknya suatu perbuatan itu dianggap buruk bila akibat serta tujuan dari perbuatan tersebut memang tidak baik. Teleologi mengevaluasi apakah suatu keputusan itu baik atau buruk, dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang maknanya adalah konsekuensi dari suatu keputusan. 4. Teori Egoisme Prinsip ini merupakan prinsip yang mendukung kepentingan diri sendiri, dan pada pandangan masyarakat, kepentingan diri sendiri atau sikap egois itu dianggap salah. Para pendukung teori etika egoisme bependapat bahwa mengejar kepentingan diri sendiri adalah suatu hal yang baik karena dapat melindungi kepentingan sendiri. Tujuan Mempelajari Etika Seorang profesi akuntan profesional perlu memahami etika. Ada beberapa alasan mengapa seorang akuntan perlu mempelajari etika (Wilopo, 2013; 14) diantaranya yaitu:

15 1. Seseorang tersebut tidak memiliki keyakinan yang cukup kuat dan sangat sederhana dalam menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks. 2. Situasi dan konflik antar prinsip-prinsip etika sangat sulit untuk menentukan sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang beretika atau tidak beretika. 3. Banyak kaum profesional yang tidak memiliki keyakinan yang cukup atau hanya berpegang pada nilai-nilai yang terbatas. 4. Untuk memahami dan memegang pendapat dari kaum profesional. Untuk mempelajari prinsip-prinsip etika dasar yang dapat diterapkan dalam suatu kegiatan. Dilema Etika Menurut (Wilopo, 2013; 18) dilema etika adalah situasi yang tidak jelas apakah suatu keputusan itu benar atau salah. Seseorang atau sekelompok orang dapat mengendalikan semua faktor yang emmpengaruhi pilihan-pilihan yang akan dibuatnya. Namun dalam kenyataannya prinsip-prinsip etika yang dimiliki seorang profesional itu harus diuji bila dia berhadapan dengan situasi dimana keputusan yang akan diambil tidak jelas benar atau salah. Arens dan Loeb (2000) dalam Feby (2013) memberikan saran apa yang harus dilakukan bila menghadapi dilema etika, yaitu : a. Lakukkan analisa konsekuensi atas tindakan tersebut. Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan keputusan atau tindakan tersebut? Bagaimana tindakan tersebut jika dilihat dari jangka panjang dan jangka pendeknya?

16 b. Lakukkan analisa pilihan atas tindakan itu sendiri. Menentukan berbagai tindakan yang dapat diambil dari segi etika. c. Membuat keputusan. Setelah memilih tindakan yang baik maka dapat diambil keputusan yang benar dengan memperhatikan konsekuensinya secara etika. (Nurma, 2011) dengan adanya pedoman ini diharapkan agar individu mudah dalam mengambil keputusan yang paling tepat jika sedang menghadapi dilema etika. Setiap organisasi memiliki kode etik atau peraturan perundangundangan yang menjadi acuan dalam membuat keputusan yang layak dipertanggungjawabkan sebagai keputusan etis. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatua alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Dari definisi ini jelas terlihat bahwa sebelum keputusan itu ditetapkan diperlukan pertimbangan menyeluruh tentang kemungkinan konsekuensi yang bisa timbul yang disebabkan oleh keputusan yang diambil mungkin saja hanya memuaskan satu kelompok saja atau sebagian orang saja. Tetapi jika memperhatikan konsekuensi dari suatu keputusan, hampir dapat dikatakan bahwa tidak akan ada satu pun keputusan yang akan dapat menyenangkan semua orang atau kelompok. Prinsip-Prinsip Fundamental Etika Menurut Sukrisno (2009; 185), prinsip-prinsip fundamental etika terdiri atas : a) Integritas Dalam hubungan bisnis dan profesionalnya, seorang akuntan dituntut untuk bertindak tegas dan jujur.

17 b) Obyektifitas Seorang akuntan profesional harus mempertimbangkan bisnis dan profesionalnya serta tidak boleh membiarkan terjadinya konflik kepentingan atau dibawah pengaruh orang lain. c) Kompetensi dan Kehati-hatian Seorang akuntan profesional memiliki kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan ketrampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien menerima jasa profesional yang kompeten. Seorang akuntan profesional harus benerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya. d) Kerahasiaan Seorang akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubngan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar. e) Perilaku profesional Seorang akuntan profesional harus patuh terhadap hukum dan perundang undangan yang untuk menghindari tindakan yang dapat mengancam profesinya. 2.2.3 Sensitivitas Etika Sensitivitas etika merupakan kemampuan mahasiswa akuntansi untuk menyadari nilai-nilai etika dan moral dalam suatu keputusan etis yang berdampak pada

18 perilaku etis (Rusdiana dalam Nurma 2011). Sensitivitas etika merupakan ciri-ciri tindakan yang mendeteksi kemungkinan lulusan berperilaku etis. Apabila selama proses perkuliahan, mahasiswa berperilaku tidak etis, maka kemungkinan besar perilaku tidak etis tersebut akan terus terbawa setelah mahasiswa tersebut lulus (Nurma, 2011). Menurut Ryanto (2008) dalam Feby (2013), sensitivitas etika adalah kemampuan mahasiswa akuntansi dalam menyadari adanya nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan etis. Keputusan sering kali memiliki konsekuensi dan kerelaan untuk memilih pilihan-pilihan tersebut meskipun memiiki resiko yang berat. Sensitivitas Etika diukur dengan menggunakan variabel Perilaku Tidak Etis. Menurut Feby (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis adalah: 1. Lingkungan kerja individu, seperti budaya, organisasi, pengalaman seseorang yang dapat mempengaruhi persepsi keberadaan suatu masalah etika dan konsekuensinya. 2. Kebutuhan individu, seperti motivasi kerja dimana akan berdampak pada produktivitas kerja dan kinerja organisasi. 3. Perilaku individu, dimana dalam suatu lingkungan organisasi yang baru, individu memiliki kepercayaan, kebutuhan, pengalaman, dan kemampuan. Dalam organisasi, individu memiliki karakteristik yang diaplikasikan dalam wewenang, tugas, tanggung jawab. Jika karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan menghasilkan perilaku individu dalam organisasi.

19 4. Kebiasaan individu, yaitu tingkah laku yang dilakukan individu secara berulang-ulang karena faktor nyaman dan menyenangkan. 2.2.4 Etika dalam Pendidikan Akuntansi Andi (2013) menjelaskan bahwa pendidikan etika memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi. Oleh karena itu terdapat mata kuliah yang bermuatan etika dan moral sangat bermanfaat dan relevan untuk mahasiswa. Tujuan pendidikan etika adalah tidak untuk megubah cara mahasiswa bertindak dalam situasi tertentu tetapi mengajari bagaimana cara pengambilan keputusan yang baik dipandang dari segi etika dan sosial. Menurut Loeb (1988) dalam Rifqi (2008), tujuan pendidikan etika dalam akuntansi adalah: 1. Menghubungkan pendidikan akuntansi kepada persoalan etis. 2. Mengembangkan perasaan akan tanggung jawab moral berdasarkan kewajiban. 3. Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan konflik etis. 4. Menyusun tahapan perubahan dalam berperilaku etis. 5. Mengenalkan persoalan akuntansi yang mempunyai implikasi etis. Keputusan etika menjadi rumit untuk dinilai terutama karena peraturanperaturan yang ada tida secara sempurna dapat menjadi sarana terwujudnya keputusan yang etis. Keadaan yang bias ini seringkali menjadi pemicu adanya masalah-masalah etika.

20 2.2.5 Efek Gender dan Disiplin Ilmu Terhadap Persepsi Etika Pada dasarnya perilaku dipengaruhi oleh faktor internal seperti persepsi, motivasi, dan sikap. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan. Selain dari pengaruhpengaruh tersebut, gender juga mempunyai dampat terhadap perilaku. Penelitian mengenai pengaruh gender terhadap etika pada pendidikan akuntansi menunjukkan hasil yang yang masih berbeda. Perkembangan moral dan cara-cara pemikiran wanita berbeda dengan pria. Pengaruh gender muncul ketika perbedaan antara pria dan wanita terjadi dalam proses pembuatan keputusan etis. Noval Adip (2001) dalam Andi (2013) menyatakan ada dua pendekatan alternatif dalam menentukan kesungguhan dalam berperilaku etis menurut gender, yaitu : 1. Pendekatan sosialisasi gender menyatakan dalam dunia kerja, pria dan wanita membawa nilai dan sifat dalam membuat keputusan dan praktik. Pria lebih cenderung menghalalkan segala cara dan melanggar aturan-aturan untuk mencapai kesuksesan. Sementara wanita lebih menjaga harmonisasi hubungan kerja dengan relasi kerjanya dan melaksanakan tugas dengan baik. Oleh karena itu wanita kurang toleran terhadap individu-individu yang suka melanggar aturan. 2. Pendekatan struktural gender menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam pekerjaan dan kebutuhan lainnya yang disebabkan oleh sosialisasi awal berupa imbalan dan biaya yang berhubungan dengan peran-peran dalam pekerjaannya. Karena adanya struktur imbalan tersebut, akan membentuk perilaku antara pria dan wanita merespon isu etika yang

21 sama dalam lingkungan pekerjaan yang sama pula. Oleh karena itu pria dan wanita akan menunjukkan prioritas yang sama dalam pekerjaan yang sudah ada. 2.2.6 Perilaku Tidak Etis Perilaku tidak etis adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau tujuan utama yang telah disepakati (Dijk, 2000 dalam Siti, 2009). Perilaku tidak etis seharusnya tidak bisa diterima secara moral karena mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan (Beu dan Buckley, 2001 dalam Siti, 2009). Perilaku pasti akan ada dalam setiap individu. Perilaku berawal dari sebuah kebutuhan. Dari kebutuhan-kebutuhan tersebut akan lahir motivasi yang merupakan kekuatan atau energi yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut (Sudrajat, 2008). Kamus besar bahasa Indonesia menjelaskan etika sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Niat berperilaku etis sangat dibutuhkan sebelum seseorang itu melakukan suatu perilaku yang etis, hal ini sangatlah penting untuk mengurangi tindakan-tindakan yang tidak etis di berbagai bidang akuntansi. Untuk memperoleh suatu sikap etis yang tepat, studi tentang etika dapat memberikan suatu kontribusi yang berarti. Jika setiap individu mempunyai perilaku yang etis serta moralitas yang tinggi maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang besar (Silvia, Robiatul, Anis; 2010). Dalam kehidupan bermasyarakat, perilaku etis sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena, interaksi antar individu di dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. Pada dasarnya dapat dikatakan kesadaran semua anggota masyarakat untuk berperilaku secara etis dapat membangun suatu ikatan

22 dan keharmonisan bermasyarakat. Namun demikian, kita tidak dapat mengharapkan semua orang dapat berperilaku etis. Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yaitu: 1) Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. 2) Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan sendiri. Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang dikumandangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuan. Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut: 1) Semua orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama. 2) Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melanggar etika. 3) Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya tidak diketahui orang lain serta yang harus di tanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signifikan. Variabel dalam penelitian ini dikembangkan dari variabel yang digunakan oleh Andi (2013). Variabel yang diuji meliputi: a. Perilaku atau tindakan tidak etis di lingkungan akademik Perilaku tidak etis merupakan perilaku yang menyimpang dari peraturanperaturan yang ada di lingkungan akademik. Perilaku tidak etis di lingkungan akademik diukur dengan menggunakan: 1. Saling bertukar lembar jawab ujian agar bisa memperlihatkan atau mencocokkan jawaban masing-masing selama ujian.

23 2. Meminta jawaban teman selama ujian. 3. Mengancam mahasiswa lain untuk meminjamkan tugas. 4. Mempersiapkan catatan untuk dicontek selama ujian berlangsung. 5. Mengatur tempat duduk sedimikian rupa agar dapat melihat dan meyalin jawaban mahasiswa. 6. Melihat jawaban ujian mahasiswa lain selama ujian. 7. Memperoleh salinan soal ujian sebelum menempuh ujian tersebut. 8. Membayar (mengupah) teman atau orang lain untuk mengerjakan tugas atau paper yang seharusnya anda kerjakan sendiri. 9. Memalsukan atau mengarang-ngarang daftar pustaka ketika anda membuat makalah. 10. Menulis laporan analisis, kasus, paper atau tugas-tugas lainnya untuk mahasiswa lain. 11. Menyuruh teman atau orang lain untuk menulis laporan atau paper untuk anda melakukan riset datanya. 12. Berbohong pada dosen dengan alasan sakit dan halangan-halangan lain untuk menghindari dari mengikuti ujian atau menunda mengumpulkan tugas. 13. Menulis dengan kata-kata sendiri tulisan atau ide-ide dari buku atau jurnal-jurnal atau majalah dan menyajikannya tanpa menyebut sumbernya. 14. Tidak bekerja dalam tugas kelompok dimana dosen memberi nilai yang sama untuk stiap anggota kelompok.

24 15. Mengerjakan soal ujian semester sebelumnya sebagai latihan untuk ujian yang akan datang padahal dosen dengan jelas sudah melarang untuk mengerjakan soal ujian periode atau semester sebelumnya. 16. Menyalin pekerjaan rumah dari mahasiswa lain. 17. Mengunjungi dosen sesudah ujian dengan harapan agar sang dosen memberi kemudahan dalam penilaian. 18. Sebelum menempuh suatu ujian, anda menanyakan kepada mahasiswa lain yang telah menempuh ujian yang sama dari kelas pararel atau universitas lain mengenai soal-soal lain yang telah ditanyakan. 19. Belajar dari catatan seseorang atau teman tanpa seijin pemilik catatan tersebut. 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka model analisis dari penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :

25 Sensitivitas Etika Mahasiswa Akuntansi Pria Mahasiswa Akuntansi Wanita Perilaku Tidak Gambar Etis 2.2 Gambar 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN Dalam dunia profesi akuntansi, seseorang dituntut untuk memiliki etika yang baik. Seseorang yang memiliki etika yang baik akan membawa keuntungan pada dirinya dan profesi yang sedang dijalaninya. Perilaku etis terhadap mahasiswa akuntansi menjadi penting untuk meningkatkan sensitivitas mahasiswa akuntansi terhadap masalah etis dan tanggung jawab sosial (Ustadi dan Ratnasari, 2005). Sensitivitas etika adalah kemampuan seorang mahasiswa akuntansi dalam menyadari nilai-nilai etika dan moral yang berdampak pada perilaku etis (Rustiana dalam Nurma, 2011). Jika mahasiswa akuntansi kurang atau bahkan tidak memiliki kesadaran mengenai pengetahuan dan pemahaman tentang etika, maka akan berdampak pada perilaku tidak etis yang akan dilakukannya dalam lingkungan akademik. Apabila selama proses perkuliahan berlangsung,

26 mahasiswa akuntansi tersebut melakukkan perilaku tidak etis dalam aktivitas sehari-hari, maka akan terbawa sampai dia lulus kuliah (Nurma, 2011). 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: Ada perbedaan sensitivitas etika antara mahasiswa akuntansi pria dan mahasiswa akuntansi wanita terhadap perilaku tidak etis yang terjadi dalam lingkungan akademik.