Pola Pemasaran Produksi Padi Lahan Pasang Surut di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

Key Word PENDAHULUAN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BAHAN OLAHAN KARET (BOKAR) DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Pola Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Pada Daerah Produksi Harga Rendah di Pronvinsi Sumatera Selatan

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

Maqfirah Van Tawarniate 1, Elly susanti 1, Sofyan 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

Analisis Pemasaran Gabah di Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Analize Of Rice Marketing At Sub - District Of Kubu District Of Rokan Hilir

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BERAS ORGANIK DI KABUPATEN SRAGEN Ragil Saputro, Heru Irianto dan Setyowati

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

BAB IV METODE PENELITIAN

Agriekonomika, ISSN ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN


SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Pola Usahatani, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi Lahan Rawa Lebak di Sumatera Selatan

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

KAJIAN RANTAI PASOK BERAS DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

ARTIKEL MEIFY SUMAMPOW / JURUSAN SOSIAL EKONOMI, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS PEMASARAN BIJI KAKAO DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN KOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA KARET (Havea brasiliensis) PADA PETANI SWADAYA DI DESA PULAU JAMBU KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) (STUDI KASUS DI DESA MOYOKETEN, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG)

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

KERAGAAN PEMASARAN BERAS ORGANIK. Milla Nurlestari 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA KELEMBAGAAN PEMASARAN USAHATANI CABAI RAWIT DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

Transkripsi:

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 3, No.2: 138-144, Oktober 2014 Pola Pemasaran Produksi Padi Lahan Pasang Surut di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan MarketingPattern of Tidal Rice Production in Banyuasin District of South Sumatra Riswani *)1, Yunita 1, Elly Rosana 1 dan Trisnawati 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Telp. +628153556317 / +6287897074342 *) Penulis untuk korespondensi: riswani_johan@yahoo.co.id ABSTRACT Banyuasin district is one of the rice producing regions in South Sumatra which rely on sub-optimal land type with category tidal land to produce rice production. The statistical data showed that Banyuasin District is a region that produces the highest rice production of rice-producing areas in South Sumatra. However, the high level of production is not able to guarantee farmers' income is also high, and prices at the consumer level will be low. This is because rice prices received by farmers is still relatively quite low. The condition is the main attraction of researchers to conduct this research with the aim to analyze the pattern of marketing tidal swamp rice production through the analysis of marketing channels, marketing margins, marketing efficiency level and method of pricing of each institution tidal swamp rice marketing in the District Banyuasin This study was conducted in District Rambutan Banyuasin Regency, with time data collection in April-May 2014. The results showed that there are two groups of marketing channels tidal swamp rice production in the district which are both classified as Banyuasin indirect marketing channels. Pricing method of rice is determined by the merchant so that farmers are recipients of the price (price taker) while marketing agency is a price maker. The calculation of the value of marketing margins in both marketing channel marketing agency in each figure shows the range varies with Rp.400 per kg to Rp, 3,100, - per kg. The analysis shows that the pattern of marketing efficiency marketing tidal swamp rice production is already relatively efficient, with the highest levels of efficiency are the major traders. Keywords: Marketing, rice, tidal land ABSTRAK Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu wilayah sentra produksi beras di Sumatera Selatan yang mengandalkan jenis lahan sub optimal untuk menghasilkan produksi berasnya. Dari data statistik menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah yang menghasilkan produksi beras tertinggi dari wilayah-wilayah produsen beras di Sumsel, namun demikian, tingkat produksi yang tinggi tersebut belum dapat menjamin pendapatan petani juga tinggi, dan harga di tingkat konsumen akan rendah. Hal ini dikarenakan harga padi yang diterima oleh petani masih tergolong cukup rendah. Kondisi tersebut menjadi daya tarik peneliti untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menganalisis pola pemasaran produksi padi rawa pasang surut melalui analisis saluran pemasaran, marjin pemasaran, tingkat efisiensi pemasaran dan metode penetapan harga dari setiap lembaga pemasaran padi rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, dengan waktu pengambilan data pada bulan April - Mei 2014. Dari hasil pasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok saluran pemasaran beras produksi lahan pasang surut di Kabupaten Banyuasin yang keduanya tergolong sebagai saluran pemasaran tidak langsung. Metode penetapan harga padi/beras ditentukan oleh pedagang sehingga

Jurnal Lahan Suboptimal, 3(2) Oktober 2014 139 petani hanya sebagai penerima harga (price taker) sedangkan lembaga pemasaran bersifat sebagai pembuat harga (price maker). Perhitungan nilai marjin pemasaran di kedua saluran pemasaran pada setiap lembaga pemasaran menunjukkan angka yang bervariasi dengan kisaran Rp 400,00 per kg sampai dengan Rp 3.100,00 per kg. Dari analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa pola pemasaran beras produksi lahan pasang surut ini tergolong sudah efisien, dengan tingkat efsiensi tertinggi berada pada pedagang besar dikarenakan lembaga ini mengeluarkan biaya pemasaran yang paling rendah. Kata kunci: Beras, lahan pasang surut, pemasaran PENDAHULUAN Padi sebagai komoditi pangan utama di Indonesia, diusahakan produksinya hampir pada seluruh pulau di Indonesia. Pada Pulau Sumatera, dari 10 provinsi yang ada, Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil padi tertinggi kedua setelah Sumatera Utara. Dari data yang dikemukakan Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumatera Selatan (2013), sampai dengan tahun 2013 tercatat produksi padi di Sumatera Selatan mencapai 3.593.463 ton, yang diusahakan pada lahan seluas 795.172 ha. Tanaman padi di Sumatera selatan tersebar di beberapa kabupaten, dengan sentra produksi padi berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur, Musi Rawas, dan Kabupaten Musi Banyuasin. Dari kelima produsen terbesar tersebut, Banyuasin tercatat sebagai kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi. Pada tahun 2013 luas lahan padi di Kabupaten Banyuasin 200.980 Ha, dengan produksi 882.599 ton. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Banyuasin yang terkategori tinggi ternyata belum dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk pendapatan yang tinggi serta tingkat kesejahteraan petani. Hal ini dikarenakan harga padi yang diterima oleh petani masih tergolong cukup rendah. Menurut Hernanto (2001), tinggi rendahnya harga di tingkat produsen maupun konsumen sangat tergantung pada pola pemasaran komoditas yang bersangkutan. Perkembangan tinggi dan rendahnya harga gabah dan beras di Sumatera Selatan pada tahun 2013 menunjukkan adanya kesenjangan harga antara gabah yang dihasilkan petani dengan harga beras (Rosmawati, 2009). Harga beras yang diterima konsumen akhir jauh lebih tinggi dari yang seharusnya mereka terima. Komoditas padi yang menjadi cikal bakal beras ternyata mempunyai pola saluran pemasaran yang cukup panjang mulai dari produsen hingga ke tangan konsumen. Panjangnya saluran pemasaran beras ini mengakibatkan kesenjangan harga yang cukup besar antara petani penghasil dengan konsumen. Harga yang diterima petani menjadi jauh lebih rendah dari yang sepantasnya mereka terima. Kondisi ini menjadi menarik untuk diteliti terkait dengan pola pemasaran beras yang terjadi di Kabupaten Banyuasin sebagai wilayah sentra produksi beras di Sumsel yang mengalami kondisi serupa, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis saluran dan marjin pemasaran, serta tingkat efisiensi pemasaran dari setiap lembaga pemasaran padi rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian ini di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Rambutan merupakan salah satu sentra penghasil beras di Kabupaten Banyuasin, dan Banyuasin sendiri merupakan produsen utama beras di Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Penarikan contoh untuk lembaga pemasaran menggunakan metode snowball sampling

140 Riswani et al.: Pola pemasaran produksi padi lahan pasang surut yang mana penentuan sampel lembaga pemasaran yang berdasarkan informasi dari petani padi. Untuk sample petani menggunakan metode acak sederhana, dengan mengambil 35 orang petani contoh dari 350 orang anggota populasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang selanjutnya diolah secara tabulasi untuk dianalisis secara sistematis dengan menggunakan beberapa rumus matematis yang relevan. Kondisi saluran pemasaran yang terjadi dijelaskan secara deskriptif, dengan menggunakan informasi dari hasil wawancara dengan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Analisis marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran yang terjadi menggunakan rumus matematis: 1. Marjin Pemasaran: MP = Hj Hb Keterangan: MP = Marjin Pemasaran tingkat pasar ke-i (Rp/kg) Hj = Harga jual beras ke-i (Rp/kg) Hb = Harga beli beras ke-i (Rp/kg) Kriteria pemasaran efisien bila nilai ratio biaya dan nilai penjualan (EP) kurang dari 1 atau (EP<1) atau antara 0 sampai 100% (0<EP<100%). 3. Bagian yang diterima petani dan pedagang (farmer s share dan trader s share): FS = x 100% TS = x 100% Keterangan: FS = Farmer s share (%) TS = Trader s share (%) HP = Harga di tingkat petani (Rp/kg) HL = Harga di tingkat lembaga pemasaran (Rp/kg) HK = Harga di tingkat konsumen (Rp/kg) HASIL Saluran Pemasaran Padi Rawa Pasang Surut di Desa Sungai Dua a. Saluran Pemasaran I (74%) 2. Efisiensi Pemasaran: Epk = x 100% TBPk = T + T1 + Tt + Tp TNpk = HJk x Jpk Keterangan: Epk = Efisiensi pemasaran padi (%) TBpk = Total biaya pemasaran beras (Rp/kg) TNpk = Total Nilai Penjualan beras (Rp/kg) T = Biaya transportasi (Rp/kg) T1 = Biaya lain (Rp/kg) Tt = Upah TK (Rp/kg) Tp = Retribusi (Rp/kg) HJk = Harga jual beras (Rp/kg) Jpk = Jumlah beras yg dipasarkan (kg) b. Saluran Pemasaran II (26%) Marjin Pemasaran Marjin pemasaran merupakan salah satu bentuk pola pemasaran yang mencerminkan selisih harga yang diterima pelaku pasar dari harga beli dan harga jual dari produk yang dipasarkan (Boyd, Walker dan Larreche, 2000). Tabel 1 di bawah ini menunjukkan selisih yang diterima

Jurnal Lahan Suboptimal, 3(2) Oktober 2014 141 4 kelompok lembaga pemasaran yang terlibat dalam salrian pemasarann beras di wilayah kajian. Trader Share dan Farmer Share Farmer s share dan trader s share pada hasil penelitian ini menunjukkan besarnya bagian yang diterima oleh pedagang dan petani dari hasil pemasaran beras di Kabupaten Banyuasin. Secara lengkap besarnya bagian yang diterima masing-masing lembaga pemasaran ini tersaji pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 1. Rata-rata harga beli, harga jual dan marjin pemasaran padi (beras) di masing-masing lembaga pemasaran, 2013-2014. Lembaga Pemasaran Harga Beli (Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg) Marjin Pemasaran (Rp/kg) A. Pedagang Pengumpul 3.800,00 4.200,00 400,00 B. Pabrik Penggiling IR 42 4.200,00 7.100,00 2.900,00 IR 64 4.200,00 7.000,00 2.800,00 C. Pedagang Besar 1. Ikan Belida 7.100,00 9.050,00 1.950,00 2. Topi Koki 7.000,00 8.800,00 1.800,00 D. Pedagang Pengecer 1. Topi Koki 8.800,00 10.000,00 1.200,00 2. Mangkok 9.000,00 11.000,00 2.000,00 3. Selancar 8.700,00 9.500,00 800,00 4. Ikan Patin 8.700,00 9.500,00 800,00 Tabel 2. Bagian yang diterima petani dan lembaga pemasaran (Farmer share dan Trader share) pada saluran pemasaran beras di Kec. Banyuasin, 2013-2014. Uraian Harga di Tk Produsen (Rp/kg) Harga di Tk Konsumen (Rp/kg) Nilai (%) A. Farmer's Share 3.800,00 10.000,- 38 B. Trader's Share Pedagang Pengumpul 4.200,00 10.000,00 42 C. Trader's Share Pabrik Penggiling 1. IR 42 7.100,00 10.000,00 71 2. IR 64 7.000,00 10.000,00 70 D. Trader's Share Pedagang Besar 1. Ikan Belida 9.050,00 10.000,00 90 2. Topi Koki 8.800,00 10.000,00 88 E. Trader's Share Pedagang Pengecer 1. Topi Koki 10.000,00 10.000,00 100 2. Mangkok 11.000,00 11.000,00 100 3. Selancar 9.500,00 9.500,00 100 4. Ikan Patin 9.500,00 9.500,00 100

142 Riswani et al.: Pola pemasaran produksi padi lahan pasang surut Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran yang dihitung dalam penelitian ini menunjukkan tingkat efisiensi pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran. Tingkat efisiensi ini dihitung dari besarnya total biaya pemasaran dibandingkan dengan total nilai penjualan. Hasil perhitungan secara rinci disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Efisiensi pemasaran padi (beras) di setiap lembaga pemasaran, 2013-2014. Saluran Pemasaran I II Lembaga Pemasaran Biaya Pemasaran Total Nilai Penjualan Efisiensi Pemasaran A. P. Pengumpul 180,00 4.200,00 4,29 B. Pabrik Penggiling 456,38 7.050,00 6,47 C. Pedagang Besar 146,24 8.925,00 1,64 D. Pedagang Pengecer 205,17 10.000,00 2,05 B. Pabrik Penggiling 456,38 7.050,00 6,47 C. Pedagang Besar 146,24 8.925,00 1,64 D. Pedagang Pengecer 205,17 10.000,00 2,05 Total 14,45 10,16 PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Saluran pemasaran ini diawali dengan penyaluran gabah oleh petani kepada pedagang pengumpul di Kecamatan Rambutan. Petani memasarkan produksi gabahnya langsung kepada pengumpul yang telah menjadi pelanggannya, dengan cara mendatangi petani padi agar petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran lagi. Sebagian petani ada juga yang menjual gabah mereka langsung ke pabrik penggiling dari Kecamatan Sirah Pulau Padang yang datang ke Kecamatan Rambutan karena adanya perbedaan harga. Saluran pemasaran kedua adalah pabrik penggiling yang ada di Kecamatan Sirah Pulau Padang, yang menerima atau membeli gabah ada yang langsung dari petani padi di Kecamatan Rambutan dan ada juga dari pedagang pengumpul desa. Pabrik penggiling yang ada di Kecamatan Sirah Pulau Padang membeli gabah dari petani reraata 25 ton per minggu pada musim panen dan 10 ton per minggu pada musim tidak panen. Sedangkan dari pedagang pengumpul, pabrik penggiling membeli gabah rata-rata 30 ton per minggu pada musim panen dan 15 ton per minggu pada musim tidak panen. Saluran pemasaran ketiga adalah pedagang besar, dimana. Pedagang besar ini membeli beras asalan dari pabrik penggiling di Kecamatan Sirah Pulau Padang yang sudah menjadi pelanggan tetap. Pedagang besar menjual beras kepada pengecer di Pasar Cinde dengan bentuk beras yang sudah bermerek. Pedagang besar membeli beras asalan dengan jenis IR 42 dan jenis IR 64. Beras IR 64 akan menghasilkan beras dengan merek Topi Koki, BPS dan AAA sedangkan beras jenis IR 42 akan menghasilkan beras dengan merek Ikan Belida dan beras campuran IR 64 dan IR 42 akan menghasilkan beras Arjuna. Saluran pemasaran ke empat adalah pedagang pengecer yang terdapat di Pasar Cinde Palembang. Pedagang pengecer ini memasarkan beras rata-rata 2 karung per hari dengan ukuran 20 kg. Pedagang pengecer ini membeli beras kepada pedagang besar 1 kali seminggu yakni 10 karung hingga 14 karung per minggunya. Harga jual beras yang dipasarkan oleh pedagang pengecer ini bervariasi sesuai dengan merek beras, dengan kisaran harga Rp 9.500,00 per kilogram sampai dengan Rp 11.000 per kilogram.

Jurnal Lahan Suboptimal, 3(2) Oktober 2014 143 Marjin Pemasaran Pada saluran pemasaran yang pertama diperoleh marjin pemasaran yang terbesar yaitu pada pabrik penggiling yakni sebesar Rp 2.900,00 per kilogram untuk beras jenis IR 42 dan Rp 2.800,00 per kilogram untuk beras jenis IR 64. Sedangkan marjin pemasaran terendah diperoleh oleh pedagang pengumpul yakni sebesar Rp 400,00 per kilogram. Sedangkan pada saluran pemasaran yang kedua diperoleh marjin pemasaran terbesar yakni pada pabrik penggiling yakni sebesar Rp 3.100,00 per kilogram untuk beras jenis IR 42 dan Rp 3.000,00 per kilogram untuk beras jenis IR 64. Sedangkan marjin pemasaran terendah diperoleh oleh pedagang pengecer pada merek beras selancar dan ikan patin yakni Rp 800,00 per kilogram. Tradeshare dan Farmershare Share yang diterima petani (farmer share) pada saluran pemasaran yang pertama yakni 38 persen dan pada saluran pemasaran yang kedua adalah 40 persen. Bagian yang diterima petani pada saluran pemasaran yang kedua adalah lebih besar dibandingkan dengan bagian yang diterima petani pada saluran pemasaran pertama. Share pedagang (trader share) untuk pedagang pengecer pada kedua saluran pemasaran tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan dengan share yang diperoleh oleh lembaga pemasaran lainnya yakni sebesar 100 persen. Share pedagang yang paling rendah adalah pada pedagang penggiling yakni 71 persen untuk beras IR 42 dan 70 persen untuk beras IR 64. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul antara lain tenaga kerja, retribusi, benang, dan telepon. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah Rp 2.160.000,00 per bulannya. Biaya pemasaran yang paling besar adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 1.800.000,00 per bulan dan biaya yang terendah adalah biaya retribusi yakni sebesar Rp 40.000,00 per bulan. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari upah tenaga kerja, retribusi, listrik, transportasi, penyusutan alat, bahan bakar, karung dan telepon. Total biaya pemasaranny adalah sebesar Rp 296.875.000,00 per bulan. Biaya pemasaran yang paling besar adalah biaya bahan bakar (Rp 108.000.000,00 per bulan), sedangkan biaya yang paling kecil adalah biaya listrik yakni Rp 100.000,00 per bulan. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer antara lain sewa toko, biaya listrik, upah kuli angkut, retribusi, pengemasan dan penyusutan. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah Rp 804.250,00 per bulan. Biaya pemasaran yang paling besar adalah upah kuli angkut yakni Rp 392.000,00/bulan, sedangkan yang terendah adalah biaya penyusutan (Rp 2.250,00/bln). Efisiensi Pemasaran Pada saluran pemasaran yang pertama nilai efisiensi pemasaran pedagang pengumpul adalah 4,29%, pabrik penggiling 6,47%, pedagang besar 1,64% dan pedagang pengecer adalah 2,05%. Keempat lembaga pemasaran tersebut dinyatakan sudah efisien karena berada pada nisbah 0 sampai 33 persen yang tergolong efisien. Pada saluran pemasaran yang kedua nilai efisiensi pemasaran pabrik penggiling, pedagang besar dan pedagang pengecer sama dengan pada saluran pertama dikarenakan pedagang yang menjadi sampel adalah sama. Lembaga pemasaran yang paling efisien baik pada saluran pemasaran pertama maupun saluran pemasaran kedua adalah pedagang besar yakni lembaga pemasaran yang mengeluarkan biaya pemasaran yang paling rendah dengan total nilai penjualan yang tinggi. Saluran pemasaran kedua lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran yang pertama, ini dapat dilihat dari nilai efisiensi saluran pemasaran kedua sebesar 10,16%, sedangkan saluran pemasaran pertama sebesar 14,45%. Persentase farmer share yang lebih tinggi pada saluran pemasaran

144 Riswani et al.: Pola pemasaran produksi padi lahan pasang surut kedua juga menunjukkan saluran pemasaran kedua lebih efisien dibanding dengan saluran pertama yang memiliki farmer. KESIMPULAN Saluran pemasaran padi rawa pasang surut (beras) di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin adalah saluran pemasaran tidak langsung, dimana terdapat dua jenis saluran pemasaran. Pertama, saluran pemasaran dimulai dari petani menuju pedagang pengumpul lalu menuju pabrik penggiling lalu ke pedagang besar dan terakhir ke pedagang pengecer. Kedua, saluran pemasaran dimulai dari petani menuju ke pabrik penggiling lalu ke pedagang besar dan terakhir ke pedagang pengecer. Marjin pemasaran tertinggi pada saluran pemasaran pertama berada pada pabrik penggiling, sedangkan yang terendah pada tingkat pedagang pengumpul, sedangkan pada saluran kedua, marjin pemasaran tertinggi berada pada tingkat pabrik penggiling, sedangkan yang terendah berada pada tingkat pedagang pengecer. Kesemua lembaga pemasaran yang terlibat dalam perdagangan beras di Kabupaten Banyuasin dalam kegiatan perdagangannya sudah berada pada kategori efisien, dengan nilai efisien tertinggi berada pedagang besar karena mengeluarkan biaya pemasaran yang paling rendah dengan total nilai penjualan yang tinggi. Dari kedua saluran pemasaran yang ada, saluran pemasaran kedua lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran pertama dikarenakan nilai efisiensi saluran pemasaran kedua lebih rendah dari saluran pemasaran pertama dan farmer share saluran pemasaran kedua lebih tinggi daripada saluran pemasaran pertama. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Sriwijaya melalui Lembaga Penelitian yang telah memberikan dukungan dana dan kesempatan dalam pembiayaan dan pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Boyd, Walker dan Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Darmadji. 2011. Analisis kinerja usahatani padi dengan metode System of rice Intensification (SRI) di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Widya Agrika (9)3:1-18, Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumatera Selatan. 2013. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2013. Palembang: Dinas Pertanian Sumatera Selatan. Hernanto F. 2001. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Rosmawati H. 2009. Analisis Surplus dan Distribusi Pemasaran Beras Produksi Petani Kecamatan Buay Madang Kabupaten OKU Timur. Jurnal Agronobis (1).