Studi Buku Mandiri (Critical Review) CHINDIA. How China and India Are Revolutionizing Global Business. Pete Engardio, Editor. Nama Mahasiswa / NPM :

dokumen-dokumen yang mirip
Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berisi masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Tujuan penelitian berisi tentang

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis

BAB I PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan era pasar bebas akan menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Studi Buku Mandiri (Critical Review) IN PRAISE OF H A R D I N D U S T R I E S

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase

BAB I PENDAHULUAN. menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya roda perekonomian suatu negara yang dikenal sebagai bank. Bank

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Pasar modal merupakan. yang bersangkutan (Ang,1997). Pasar Modal memiliki peran penting

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

Universitas Bina Darma

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Penelitian Agus Sartono (2001:487)

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 telah menelan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market)

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Transkripsi:

Studi Buku Mandiri (Critical Review) CHINDIA How China and India Are Revolutionizing Global Business Pete Engardio, Editor Nama Mahasiswa / NPM : Mas Wigrantoro Roes Setiyadi / 8605210299 Program Doktor Strategic Management Program Studi Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Mei 2007 1

1. Argumentasi Pengarang Pembahasan buku ini adalah perbandingan analisis perbedaan model perekonomian kedua negara dan peran keduanya dalam perekonomian global. Hal tersebut dapat diungkapkan melalui pertanyaan: Negara manakah yang akan memiliki posisi yang lebih baik dalam meneruskan perkembangan jangka panjang? Apakah Cina, dengan kemampuannya mengerahkan modal dan buruh untuk membangun infrastruktur dan skala manufaktur secara besar besaran? Atau India, dengan usaha yang berfokus pada teknik mesin dan pengiriman barang dan jasa dengan kualitas tinggi pada harga yang sangat rendah? Apa yang akan terjadi jika kedua negara raksasa Asia tersebut bergabung menjadi satu negara raksasa Chindia? Model perekonomian Cina dirancang dengan pengerahan kapital secara besarbesaran. Birokrasi pemerintah dari Beijing turun ke kota-kota kecil bertujuan untuk mem-bangun kawasan industri dengan mendorong investasi terutama investasi dari luar negeri. Sebagai konsekuensi atas tinggginya investasi asing, Cina menikmati pembangunan di seluruh negara. Sedangkan sistem keuangan India dalam perkembangan, ditandai dengan banyaknya pinjaman bank, dominasi perusahaan pemerintah, dan proyek-proyek yang menguntungkan. Secara keseluruhan, pasar keruangan India mengalokasikan modal dengan lebih efisien dibandingkan dengan Cina karena perbedaan industri seperti industri teknologi informasi dan jasa. Beberapa ekonom berangganpan India dapat terus berkembang terutama pada penghematan dan peningkatan investasi asing. Saat ini, Cina dan India merupakan pasar yang sangat penting bagi perekonoimian dunia. Namun juga terdapat perbedaan di antara konsumen India dan Cina. Pertama, ukuran pasar. Pendapatan perkapita Cina tiga kali lebih besar dibandingkan India dengan demikian kemampuan konsumen dari Cina lebih besar dari konsumen India. Kemudian terdapat perbedaan kebudayaan. Masyarakat India lebih memilih barang berkualitas bagus dengan harga yang rendah, sedangkan masyarakat Cina tidak memandang apakah harga suatu barang terlalu mahal atau murah. Keuntungan utama Cina sebagai pusat produksi akan menjadikan Cina sebagai negara pengekspor dan sekaligus pasar domestik terbesar di dunia dalam 2

berbagai barang industri. Dengan mengkombinasikan tenaga mesin, Cina siap untuk menuju kepada inovasi dan kemajuan teknologi dalam perindustrian. Dibandingkan dengan Cina, India merupakan negara industri yang sangat kecil, namun tidak pada industri software, desain, dan jasa. Keahlian India dalam software dan komputer membawa India masuk ke dalam beraneka ragam industri. Infrastruktur yang sudah tua, birokrasi yang lamban dan hukum buruh yang ketat membuat India sulit untuk memberhentikan pekerja yang memperlambat pengembangan industri. Jika India dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka akan dapat menandingi Cina dengan model industri yang sama sekali berbeda. Penerapan Business culture di Cina terlihat tidak jelas. Penurunan pembagian output perekonomian untuk negara menurun sekitar 30% selama 2 dekade terakhir. Kepemilikan pemerintah dipusatkan pada utilities, transportasi dan industri berat. Tetapi pemerintah Cina masih menyebar ke seluruh bagian perekonomian walaupun kebanyakan eksekutif perusahaan-perusahaan besar dikuasai oleh Partai Komunis. Akibatnya, keberhasilan bisnis di Cina bergantung pada hubungan dengan pejabat dan penguasa Partai Komunis. Business culture di India pun tidak jauh berbeda. Walaupun sistem perbankan dan industri utama merupakan milik pribadi, ketatnya peraturan dan kelambatan birokrasi menghalangi pengusaha untuk memperoleh investasi hingga tahun 1990-an. Keberhasilan bisnis di India didasarkan pada pengelolaan kekurangan dan pemaksaan fisik. Saat ini, banyak masyarakat India yang memiliki bakat, lancar berbahasa Inggris, dan menguasai teknologi. Perkem-bangan perekonomian India hingga saat ini terpusat pada teknologi, jasa dan barang konsumsi. Model perekonomian Cina ditandai dengan mobilisasi modal dan tenaga kerja secara besar-besaran, investasi asing, industri dalam skala besar, dan campur tangan pemerintah. Kemampuan Cina dalam memobilisasi modal dan tenaga kerja telah meningkatkan pendapatan perkapita hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan mengurangi lebih dari 300 juta kemiskinan. Sedangkan model perekonomian India ditandai dengan tingginya teknologi dan jasa, modal sendiri, bisnis yang terfokus pada barang dan jasa berkualitas dengan harga rendah, dan sedikit industri manufaktur. India sangat berperan dalam rantai inovasi teknologi global. Banyak 3

perusahaan teknologi besar, seperti Motorola dan Hewlett-Packard, yang mempercayakan ilmuwan India untuk merancang software dan multimedia feature pada produk-produk mereka selanjutnya. Kedua negara tersebut menjadi sangat kuat terutama dikarenakan kemampuan mereka yang saling melengkapi. Cina akan tetap mendominasi barang-barang manufaktur tetapi lemah dalam industri teknologi, sedangkan India sebaliknya. Seandainya Industri kedua negara tersebut disatukan dalam Chindia, maka mereka akan mengambil alih teknologi industri di seluruh dunia. Dalam setiap dimensi perekonomian, seperi konsumen, investor, produsen, dan penggunaan energi dan komoditi, kedua negara termasuk dalam kelas berat. Konsumen dan perusahaan Cina dan India selalu menuntur teknologi dan feature terbaru. Pada dekade selanjutnya, Cina dan India akan dapat menguasai buruh, industri, perusahaan dan pasar di dunia dan menggantikan dominasi Amerika. Kesadaran masyarakat India sangat tinggi terhadap pendidikan, termasuk dalam menguasai bahasa internasional sehingga mendorong sumber daya manusia India menjadi semakin produktif. Dalam membangun perekonomiannya, pemerintah India medapat dukungan dari para pengusaha maupun masyarakat pada level individu. Walapun tergolong dalam negara miskin, di India terdapat berbagai perusahaan-perusahaan bertaraf internasional. Cina dan India memiliki perusahaanperusahaan besar yang namanya mulai dikenal di seluruh dunia, seperti perusahaan Huawei, CNOOC, Wipro, dan Infosys. Industri Amerika mulai dikacaukan dengan kedatangan pesaing dari Cina, mulai dari industri peralatan dapur dan ban mobil hingga peralatan elektronik. Hal ini dikarenakan harga jual barang-barang yang berasal dari Cina lebih murah 30% sampai 50%. Amerika pun mengalami dilema. Di satu sisi, Amerika memperoleh keuntungan yang luar biasa dari hubungannya dengan Cina. Amerika mendapatkan pasar yang besar untuk produk-produk industrinya. Murahnya harga barang-barang Cina dapat menekan inflasi di Amerika dan mengeluarkan Amerika dari ancaman terjadinya resesi. Namun di sisi lain, Amerika mengalami defisit perdagangan yang sangat besar sehingga dapat menyebabkan turunnya nilai dolar yang akhirnya dapat mengacaukan sistem keuangan dunia. Tetapi Cina tidak mendominasi seluruh industri 4

di Amerika. Industri yang membutuhkan anggaran research and development yang tinggi dan investasi kapital, seperti pesawat luar angkasa, farmasi dan mobil masih dikuasai oleh Amerika. Walaupun demikian, saat ini Cina sedang mengembangkan industri mobil. Amerika tentu saja tetap memanfaatkan ekspansi Cina tetapi jika Amerika tidak memenangakan tantangan industri tersebut, maka Amerika akan kehilangan kekuatan dan pengaruh dalam perekonomian. Lemahnya sistem keuangan telah menghancurkan perkembangan perekonomian beberapa negara yang sangat pesat. India dan Cina juga memiliki kelemahan sistem keuangan yang serius. India, yang mengalami krisis keuangan sampai membutuhkan campur tangan IMF pada 1991, masih mengalami defisit pada anggaran pembiayaannya. Sistem perbankan Cina mengalami kehancuran dengan banyaknya hutang tak tertagih dari perusahaan perusahaan negara, dan jika perusahaan tersebut didanai dari modal sendiri dan hutang, perusahaan tersebut tidak dapat mengembangkan perekonomian. Akhirnya, kemampuan Beijing untuk mengendalikan pertumbuhan moneter menjadi lemah. Hanya dengan pengendalian mata uang dan modal, banyak ahli berpendapat, Cina dapat lolos dari krisis keuangan Asia pada 1997. Pasar modal dan bursa efek di Cina tidak berkembang karena 70% dari seluruh lembar saham yang terdaftar tidak diperjual belikan atau dapat disebut sebagai saham tidur. Modernisasi sistem keuangan merupakan prioritas utama bagi India dan Cina. Tantangan yang dihadapi Cina, yaitu penawaran pandangan yang mendalam pada tantangan yang dihadapi oleh Newbridge Capital sebagai percobaan untuk mengubah haluan bank besar Cina ke arah yang lebih baik. Dengan adanya peranan public listing di Cina, bank milik negara dapat menyiagakan sistem perbankan negara. Bursa efek yang tidak berkembang di Shanghai dan Shenzen, sebagian besar bergerak dalam perdangangan jangka pendek dibandingkan kebutuhan perusahaan perusahaan Cina untuk meningkatkan kapital. Dan saat ini banyak sistem peminjaman yang tidak resmi berkembang untuk ikut serta dalam sistem keuangan di Cina. Tantangan di India berbeda dengan di Cina karena sistem perbankan India lebih sehat dan bursa efek India merupakan salah satu dari yang terbesar dan lebih berpengalaman dalam pekembangan dunia. Perolehan kapital pada berbagai bidang 5

merupakan hal yang berbeda. Pembatasan yang ketat terhadap investasi asing juga telah memperlambat proses industrialisasi. Dalam memerbaiki sistem keuangan, beberapa bank mencoba untuk memberikan kredit kecil dengan bunga rendah kepada orang India miskin yang ingin memulai bisnis kecil sementara liberalisasi mulai membuka sektor-sektor yang mengun-tungkan bagi investor asing untuk dapat ikut serta dalam kegiatan perekonomian India. 2. Hasil Penelitian? Metodologi Yang Digunakan? Buku ini terinspirasi dari pembahasan mengenai Cina dan India dalam majalah BusinessWeek, yang meneliti implikasi perekonomian dari kebangkitan kedua negara tersebut. Buku ini diawali dengan membahas mengenai munculnya korporasi, teknologi, dan sistem keuangan pada kedua negara, serta termasuk di dalamnya berbagai hambatan yang serius berasal dari faktor sosial, politik dan lingkungan kedua negara yang harus diatasi agar dapat terus mengembangkan potensial perekonomian. Selain itu, juga memasukkan permasalahan kemiskinan di India, gangguan kesehatan dan krisis lingkungan di Cina, serta kebutuhan untuk memerbaiki sistem pendidikan di kedua negara. Buku ini menyajikan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari sumber langsung, para pelaku perekonomian di kedua negara, maupun data sekunder yang didapat dari laporan penelitian lain, ataupun sumber resmi dari lembaga atau instansi pemerintah/swasta yang terkait dengan isu-isu pembangunan. 3. Hubungan Dengan Pandangan Atau Referensi Lain Jauh sebelum buku ini terbit, Hogvelt (1997) dalam Globalisation and The Post Colonial World, The New Political Economy of Development, menyatakan bahwa ekonomi China mulai kembali maju setelah Pemimpin Deng Hsiao Ping menerapkan kebijakan ekonomi terbuka, mengundang investasi asing (FDI). Periode 1990 hingga 1997 FDI di China mencapai $54 milyar menempati ranking pertama sebagai penerima FDI di kawasan Asia. Pada awalnya investasi banyak terpusat di wilayah pantai di bagian timur China, hal ini sempat menimbulkan kesenjangan kesejahteraan sosial antara penduduk di bagian timur dengan tengah dan barat. Teori 6

trickle down effect rupanya bekerja dengan baik di China, terbukti dalam waktu tidak terlalu lama, penduduk di wilayah pedalaman mulai merasakan hasil pembangunan. Lawrence J. Lau dalam Gain Without Pain, Why Economic Reform in China Worked (artikel dalam Wang Gungwu & John Wong, eds, 1998, China s Political Economy) menyatakan keberhasilan China diawali dengan reformasi ekonomi yang menguntungkan semua pihak, keterbukaan investasi, didukung oleh faktor domestik seperti potensi pasar, jumlah tabungan yang mencapai 40% dari cadangan nasional, budaya dan etos kerja, serta ketersediaan infrastruktur ekonomi yang dibangun secara bertahap hingga memenuhi kebutuhan. Di pihak lain, Niranjan Rajadhyaksha, 2007 dalam The Rise of India, Its Transformation From Poverty to Prosperity, mengakui bahwa India belum semaju China, apalagi Amerika Serikat. Kemajuan yang dicapai India merupakan akibat dari enam revolusi besar yang dijalani oleh India. Revolusi demografi, globalisasi, outsourcing, financing, aspirasi, dan kebijakan. 4. Kritik Buku ini ditulis dengan gaya bahasa popular, mudah dipahami, namun tidak dilengkapi dengan ilustrasi tabel dan data statistik sehingga tidak memberi peluang bagi pembaca untuk menganalisis secara kuantitatif maupun perbadingan dengan data yang berasal dari sumber lain. Meski tidak secara eksplisit dinyatakan, penulis meyakini bahwa kemakmuran China di masa mendatang tidak akan terpengaruh oleh kondisi politik domestik. Politik dianggap sebagai konstanta. Padahal, perekonomian China baru mulai membaik setelah Deng Hsiao Ping membuat keputusan politik untuk membuka negaranya bagi investasi asing. Jika pemimpin China setuju bahwa politik dianggap konstan, maka dalam beberapa tahun mendatang China akan meneguhkan sebagai negara kapitalis-komunis. Di India, demokrasi lebih baik dari China, pergantian pemimpin nasional relatif lebih sering dibanding China, peran swasta dalam perekonomian lebih menonjol dibandingkan pemerintah, namun karena sebagian besar rakyatnya masih 7

hidup di bawah garis kemiskinan, dapat dipertanyakan keberhasilan pemerataan kesejahteraan di India. Untuk China buku ini tidak banyak mengupas hubungan keberhasilan ekonomi dengan politik, sementara untuk India, tidak banyak penjelasan mengenai pemerataan kesejahteraan yang baru dinikmati oleh mereka yang berpendidikan saja. 5. Komentar, Saran dan Kemungkinan Penelitian Lanjutan Bagi akademisi dan praktisi manajemen strategi buku ini dapat menambah wawasan makro mengenai strategi pembangunan ekonomi. Bagi eksekutif pemerintah dan politisi buku ini dapat memberi pencerahan bahwa hubungan timbal balik antara pemerintah dan swasta yang mutual dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan teori Porter yang menyatakan bahwa keunggulan daya saing suatu negara ditentukan oleh industri nasional, bukan oleh pemerintahnya. Pada kenyataannya sebagian besar pemerintah negara-negara di Asia mengambil peranan terbesar dalam pembagunan ekonomi, namun sejarah membuktikan terjadi krisis ekonomi akibat peran pemerintah yang berlebihan ini (Lasserre & Schutte, 1999, Strategies for Asia Pacific, Beyond The Crisis). Pemimpin China menyadari hal ini, mereka mulai menggerakkan perekonomiannya melalui tangan-tangan swasta, unit perusahaan milik pemerintah di-privatisasi. Di pihak lain, peran swasta India yang sudah menonjol sejak 80-an didukung dengan kebijakan pemerintah, sehingga untuk industri tertentu kinerjanya sudah sekelas perusahaan multinasional dari negara maju. Bagi negara negara berkembang seperti Indonesia, memelajari sukses yang diraih China dan India, dan kemudian beraksi mengejar ketinggalan dari mereka, apabila dilakukan secara konsisten, bukan tidak mungkin akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang sejajar dengan negara maju. Akan terbit buku hasil penelitian lanjutan yang berjudul Chindonendia, menampilkan trio kekuatan dunia baru, tiga negara yang jumlah populasi penduduknya mencapai lebih dari separo penduduk dunia. Luar biasa. 8

6. Relevansi Kajian pembangunan ekonomi bagaimanapun memiliki relevansi dengan bidang manajemen strategi. Kasus Chinda dan India dapat menjadi pelajaran berharga bagi para ahli strategi perusahaan untuk memahami lingkungan eksternal perusahaan. Buku ini dapat melengkapi pemahaman tentang model strategi outside-in, menggunakan faktor eksternal perusahaan untuk menentukan strategi perusahaan. Atau menjadi acuan dalam meneguhkan pemahaman kita tentang organisasi industri, business cluster, inovasi, maupun leadership. Selain itu, seperti dikatakan Marie Lavigne (1999) dalam The Economics of Transition, From Socialist Economy to Market Economy, keberanian China membuat perubahan iklim politik, membuka perekonomiannya, membuat sesuatu yang semula dianggap tidak mungkin menjadi dapat terwujud. Dalam skala individu atau organisasi hal ini sebangun dengan keberhasilan thema perubahan yang ditulis dalam trilogi bukunya Rhenald Kasali (Change, River Company, dan Re-Code). ***** 9