BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, PEMBIDANGAN, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA STAF AHLI WALIKOTA

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

DISKUSI PANEL INOVASI TUNJANGAN GURU BERBASIS KINERJA. Rapat Kerja Nasional TNP2K & Kemendikbud Jakarta, 25 Agustus 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 239 /KPTS/013/2013 TENTANG

MONITORING DAN EVALUASI

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN DALAM KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan hasil penelitian, pada

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN APBD TAHUN 2015 YAYASAN SWARA PEDULI INDONESIA JAKARTA (YSPIJ)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah... 10

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SURABAYA INSTRUKSI WALIKOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

B. Visi dan Misi Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia menetapkan Visi dan Misi sebagaimana tersebut :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM HIV & AIDS

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 285 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO,

RANGKUMAN HASIL SIDANG KELOMPOK Prioritas 4 : Penanggulangan Kemiskinan Prioritas 10 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Paska Konflik

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

PANDUAN REKRUTMEN DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN AKREDITASI PROVINSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NON FORMAL SAMBUTAN KETUA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Nomor : 18 / MPP-PA / D.II / 05 /2011 Nomor : M.HH.04-HM Tahun 2011

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG

Bab IV PENUTUP Kesimpulan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 57 / HUK / 2010 TENTANG PENDIRIAN TAMAN ANAK SEJAHTERA

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. anak normal maupun anak yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini diperkuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

VISI KOTA SURAKARTA. Terwujudnya Kota Solo sebagai Kota budaya yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olah raga.

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung A. Kepala Dinas B. Sekretariat

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 6

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/XI/2011 TENTANG JARINGAN INFORMASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS KESEHATAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

Implementasi Strategi Layanan Komprehensif (LKB) pada Prosedur Pengobatan HIV IMS di Kota Yogyakarta dan Semarang

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA KELOLA POKJA AKREDITASI PAUD DAN PNF KABUPATEN/KOTA

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. diasumsikan sebagai faktor kritis dalam proses implementasi teknologi

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PUG TINGKAT OPD PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

Nomor : 05/MEN.PP dan PA/IV/2010 Nomor : 05/NKB/M.KUKM/IV/2010

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Temuan penelitian menggambarkan bahwa kondisi objektif implementasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Program Kesejahteraan Sosial Anak dikembangkan dengan perspektif jangka panjang sekaligus untuk merespon tantangan dan upaya mewujudkan kesejahteraan sosial anak yang berbasis hak. Juga untuk mendorong perubahan paradigma dalam pengasuhan, dukungan, dan perlindungan anak yang bertumpu pada keluarga/orang tua dan strategi yang terintegrasi serta keberagaman jenis/mekanisme pemenuhan kebutuhan penerima manfaat. PKSA juga merupakan respon terhadap permasalahan perlindungan anak, termasuk memberikan penekanan pada upaya pencegahan. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak lebih berkesinambungan terhadap upaya melindungi proses tumbuh-kembang anak. Sebagai respon perlindungan khusus terhadap anak, program ini juga memberikan perhatian dan penguatan terhadap kemampuan keluarga dan masyarakat yang menjadi konteks terpenting kehidupan, perlindungan, dan pembangunan pribadi anak. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kinerja PKSA di Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian indikator yang hampir semuanya sudah berjalan searah dengan tujuan yang ingin dicapai. Indikator yang pertama bagi anak berkebutuhan khusus yaitu terpenuhinya hak dasar yang berupa nutrisi, alat bantu, perawatan khusus, perawatan kesehatan, pendidikan dan pelatihan. Conditional 138

cash transfer yang diterima oleh penerima manfaat memang tidak bermaksud untuk memenuhi semua kebutuhan dasar anak, akan tetapi sebagai pembelajaran bagi orang tua untuk dapat memenuhi hak-hak anaknya. Keluarga penerima PKSA di Kecamatan Semin adalah keluarga dengan pendapatan yang kecil. Dengan keadaan tersebut, orang tua penerima manfaat tetap menggunakan bantuan tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasar anaknya dan tidak digunakan untuk keperluan lainnya. Indikator yang kedua yaitu anak tidak disembunyikan oleh keluarga dan tidak dieksploitasi. Untuk keluarga dengan anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Semin sudah tidak menyembunyikan anaknya dan tidak mengeksploitasinya, akan tetapi diskriminasi dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Perbedaan reaksi orang tua terhadap kondisi tersebut berpengaruh terhadap persepsi masyarakat, oleh sebab itu peran tenaga pendamping PKSA dalam hal ini masih sangat dibutuhkan karena masyarakat merupakan aspek penting dalam proses tumbuh kembang anak dan aspek ini juga merupakan sasaran dari PKSA itu sendiri. Indikator ketiga dan keempat berkaitan dengan partisipasi dalam pendidikan akademik dan juga prestasi lainnya, dimana tingkat partisipasi sekolah anak berkebutuhan khusus di Kecamatan Semin masih rendah. Ada beberapa alasan untuk menjelaskan hal tersebut, yaitu beberapa anak memang tergolong ke dalam kategori cacat berat sehingga mereka tidak bersekolah, anak berkebutuhan khusus tidak mempunyai kemauan untuk bersekolah karena perasaan minder, serta beberapa orang tua masih tidak menyadari atas kebutuhan khusus anaknya dan masih belum menerima keadaan tersebut. Dalam posisi ini 139

memang kinerja tenaga pendamping masih sangat diperlukan untuk memberikan pendampingan dan advokasi terhadap anak berkebutuhan khusus tersebut. Di lain pihak dijelaskan juga bahwa PKSA memberikan akses bagi tenaga pendaping untuk mendorong orang tua menyekolahkan anaknya di SLB. Sehingga untuk kedua indikator ini sudah berjalan sesuai dengan tujuan akan tetapi memang belum maksimal. Indikator yang kelima yaitu terpenuhinya akses anak terhadap pelayanan sosial dasar. Dijelaskan bahwa akses yang masih kurang adalah akses terhadap informasi. Ketidaktahuan keluarga dan masyarakat atas suatu informasi terkait pelayanan yang tersedia menjadikan anak tidak mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang bisa didapatkan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, tenaga pendamping di lapangan telah menjalankan tugasnya dengan baik sehingga beberapa masalah dapat terselesaikan. Indikator kinerja yang selanjutnya yaitu indkator bagi keluarga dan lembaga yang ada. Dari hasil pembahasan dijelaskan bahwa indikator-indikator tersebut dapat dijalankan meskipun masih belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Keluarga dan beberapa lembaga sudah mulai mengerti dan peduli terhadap kondisi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tuna grahita. Indikator yang penting dalam kategori ini yaitu keberadaan pemerintah daerah yang semakin peduli dan memberikan kontribusi terhadap PKSA. Kepedulian tersebut ditunjukkan dengan adanya pengalokasian anggaran untuk pengembangan dan keberlanjutan program dimana pemerintah daerah dapat memenuhi kewajibannya untuk memenuhi hak-hak rakyatnya dalam konteks ini adalah hak anak. 140

Penelitian ini menggunakan model proses atau alur Smith (1973).Terdapat empat variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan,dimana variabelvariabel tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi dan berinteraksi secara timbal balik, keempat variabel tersebut adalah interaksi dalam kebijakan, kelompok sasaran, organisasi pelaksana dan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil dari penelitian, keempat variabel tersebut dapat diimplementasikan dengan cukup baik seperti dijelaskan di bab sebelumnya. Menjawab pertanyaan penelitian yang kedua yaitu mengapa Program Kesejahteraan Sosial Anak di Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul menjadi program percontohan sementara dari jumlah penerima manfaat yang dilayani sebenarnya masih sedikit dari jumlah sasaran yang ada. Dilihat dari pencapain indikator kinerja di atas, maka pencapaian kinerjanya dikatakan baik. Akan tetapi memang adanya jumlah target sasaran yang harus dilayani sangat banyak sementara sumber daya yang dimiliki sangat terbatas, maka program ini diharapkan menjadi model pembelajaran bagi seluruh target program yang belum menjadi penerima manfaat. Adanya kepedulian dari pemerintah daerah juga ditunjukkan dengan alokasi anggaran untuk mendukung dan juga mengadopsi PKSA ini. Oleh sebab itu implementasi PKSA di Kecamatan Semin ini dijadikan percontohan bagi daerah lain. 141

6.2 Saran Berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan hasil penelitian di atas, masih terdapat beberapa aspek yang dapat menghambat implementasi PKSA di Kecamatan Semin. Oleh sebab itu diperlukan saran atau rekomendasi sebagai langkah kongkret agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, yaitu: 1. Untuk Kementerian Sosial melalui Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak agar dapat membedakan dalam kebijakan PKSA ini terkait dengan perbedaan kriteria dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus karena masing-masing masalah yang dihadapi berbeda satu sama lainnya. Sosialisasi dan pelatihan teknis bagi tenaga pelaksana di lapangan juga masih dibutuhkan mengingat kompleksnya permasalahan yang ada di lapangan. 2. Untuk Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Dinas Sosial agar dapat melakukan monitoring dan juga pembinaan terhadap pelaksanaan PKSA di lapangan tidak hanya kepada organisasi pelaksana tetapi kepada kelompok sasaran dan juga masyarakat pada umumnya. Diperlukan juga untuk mengkoordinasikan instansi-instansi terkait yang lain baik di kabupaten maupun di tingkat propinsi, agar dapat mendukung pelaksanaan PKSA sehingga akses yang dibutuhkan di lapangan dapat didapatkan secara cepat dan tepat. 3. Untuk Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar dapat berperan lebih dalam pelaksanaan PKSA dalam memberikan rekomendasi kepada tenaga di lapangan dan juga 142

melakukan koordinasi dengan instansi yang lain dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di lapangan, serta memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PKSA. 4. Untuk SLB Darma Putra agar dapat memberikan dukungan yang maksimal terhadap pelaksanaan PKSA terkait sumber daya yang dimiliki yaitu adanya alokasi waktu yang cukup dan tenaga staf-nya mengingat PKSA di Kecamatan Semin ini mencakup wilayah yang cukup luas dengan kondisi fisik wilayahnya yang berbukit-bukit sehingga akses transportasi untuk mencakup keseluruhan wilayah ini membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak. Serta agar dapat membangun jaringan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan PKSA dan juga membentuk suatu organisasi perkumpulan bagi para orang tua anak penerima PKSA secara umum dan juga secara khusus bagi orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. 5. Untuk Tenaga Pendamping PKSA agar dapat lebih meningkatkan advokasi sosial dalam rangka peningkatan kinerja PKSA kepada instansi atau lembaga yang terkait seperti misalnya sekolah dan juga rumah sakit. Selain itu juga masih tetap diperlukan pendekatan dan sosialisasi baik mengenai PKSA secara umum maupun mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus kepada masyarakat umum, serta kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar dapat memahami karakteristik anaknya dan juga memberikan hak-hak anaknya. 143