BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesaksian tangan pertama yang disusun oleh bangsa yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

WAWACAN SAPRI: KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH WAWACAN BIDAYATUSSALIK

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB III METODE PENELITIAN

KRITIK TEKS DAN TELAAH FUNGSI NASKAH WAWACAN BIDAYATUSSALIK. Septiyadi Sobar Barokah Saripin

BAB IV WAWACAN RAWI MULUD

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paradigma, menurut Nyoman Kutha Ratna (2011: 21) paradigma penelitian

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Haji Hasan Mustapa: Agamawan, Budayawan, dan Sastrawan. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 21 Januari 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

SILABUS. Mata Kuliah TEMBANG (SM 103)

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH

SILABUS SASTRA BANDINGAN DR517

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Juita, 2014 konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

: SUNTINGAN TEKS BESERTA KAJIAN PRAGMATIK

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

ANALISIS STRUKTUR WAWACAN SURYA NINGRUM PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA CARITA BUHUN DI SMA KELAS XII

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

Transformasi dan Kajian Etnopedagogi Naskah Wawacan Sulanjana

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

Daftar Referensi. Coolsma, S Tata Bahasa Sunda (Husein Widjajakusumah dan Yus Rusyana, Penerjemah). Jakarta: Djambatan.

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

UNIVERSITAS PADJADJARAN

STANDAR ISI BAHASA JAWA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN. Deskripsi Diri IDENTITAS DOSEN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pandangan hidup apabila warga negaranya memiliki jati diri. Jati

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian tentang naskah (manuscript, handschrift) Sunda lama boleh

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Penciptaan Lirik Lagu dengan Menggunakan Patokan Sekar Irama Tandak Pupuh Sunda

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian naskah Sunda, baik yang telah dilakukan oleh orang Barat maupun oleh bangsa pribumi, sejauh pengetahuan penulis hingga kini belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi Mulud (WRM) di Kabupaten Garut. Padahal kandungan isi teks WRM bernilai sastra dan mencerminkan konsepsi sosial budaya masyarakat Sunda masa lalau yang diadopsi dari kehidupan Negeri Timur Tengah. Naskah WRM disajikan dalam bentuk puisi dangding. Bentuk karangan seperti ini pada masa lalu menjadi kebangga tersendiri dan dianggap lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan karangan lain yang ditulis dalam bentuk prosa (lancaran). Sebagaimana diungkapkaj Rosidi (1966: 5), bentuk dangdinglah yang memegang peranan dan menjadi norma kesusastraan Sunda yang umum sejak pertengah abad ke-19. dangding dianggap satu-satunya bentuk kesusastraan tertinggi dan anggapan itu berlaku terus hingga zaman Jepang dan sesudahnya. Wawacan adalah cerita dalam bentuk dangding, ditulis dalam puisi pupuh. Karena bersifat naratif, teks (wacana) wawacan itu umumnya panjang; sering berganti pupuh, biasanya menyertai pergantian episode. Wawacan biasanya dibaca dengan cara dilantunkan atau ditembangkan pada pagelaran seni beluk (Jawa: macapatan), tetapi tidak semua lakon wawacan dapat dipentaskan dalam seni beluk (Iskandarwassid, 1992: 164). Sementara itu, Rosidi (1966: 11) menjelaskan bahwa wawacan itu adalah hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi tertentu yang dinamakan dangding. Dangding adalah ikatan yang sudah tertentu 14

15 untuk melukiskan hal-hal yang sudah tertentu pula. Dangding terdiri atas beberapa buah bentuk puisi yang disebut pupuh. Pupuh-pupuh yang terkenalyang biasa dipakai dalam wawacan adalah Dangdanggula, Sinom, Kinanti, Asmarandana, Magatru, mijil, pangkur, Durma, Pucung, Maskumambang, Wirangrong, Balakbak, dan lain-lain yang kesemuanya berjumlah 17 macam. Dari segi bentuk itulah, di antaranya, Wawacan Rawi Mulud (WRM) bernilai sastra. Di samping itu, dari segi isi ceritanya, wawacan itu bermacam-macam, sehingga berdasarkan asal-usulnya dapat digolongkan menjadi: (1) Yang berasal dari cerita yang telah ada. a. Sastra Islam dan sastra Jawa. Contohnya: Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Nabi Paras, Wawacan Rengganis, dan Wawacan Angling Darma. b. Dongeng dan hikayat. Contohnya, Wawacan Lenggang Kencana, Wawacan Panji Wulung, Wawacan Purnama Alam. c. Cerita Pantun. Contohnya: Wawacan Lutung Kasarung, Wawacan Ciung Wanara, dan Wawacan Mundinglaya. d. Babad. Contohnya: Wawacan Babad Cirebon, Wawacan Babad Sumedang, Wawacan Dipati Ukur, dan Wawacan Dipati Imbanagara. (2) Yang berasal dari gambaran kehidupan masyarakat. Contohnya: Wawacan Rusiah nu Geulis, Wawacan Rusiah nu Kasep, Wawacan Sacanala dan Wawacan Ali Muhtar (Rusyana, 1981: 112). Di samping pembagian isi cerita wawacan berdasarkan asal-usulnya, juga ada pembagian isi cerita wawacan berdasarkan jenis isinya, yaitu:

16 a. Keagamaan. Contohnya: Wawacan Majapahit, wawacan Pangajaran Islam, Wawacan Gandasora jeung Gandarosa. b. Aturan/Hukum. Contohnya: Pahrasat dan Raja Darma. c. Kemasyarakatan. Contohnya: Jampe Panyaweran, Kawih Panitis, Wawacan Adat Urang Pasundan, Wawacan Ngurus Orok dan Wawacan Ilmu Sejati. d. Mitologi. Contohnya: Wawacan Sulanjana.i e. Pendidikan. Contohnya: Wawacan Piwulang Istri, Wawacan Perlampah anu Kurenan, Wulang Krama, Wulang Murid, dan Wulang Putra. f. Sastra. Contohnya: wawacan Carita Ningrum, wawacan Carita Samaun, wawacan Bermanasakti, Wawacan Panjiwulung, dan Wawacan Umarmaya. g. Sastra Sejarah. Contohnya: Wawacan Babad Walangsungsang, wawacan Turunan Asal-Usulnya Sumedang, Wawacan Babad Sumedang, dan Wawacan Kean Santang. h. Sejarah. Contohnya: Babad Menak Sunda dan Sejarah Bupati Cianjur. i. Seni. Contohnya: Kumpulan Tembang, (Ekadjati, 1988: 34-152). Jika melihat klasifikasi isi cerita wawacan yang diuraikan di atas, maka Wawacan Rawi Mulud (WRM), isi ceritanya tergolong ke dalam jenis sastra. Pada umumnya isi cerita wawacan sangat kuat mengakar kepada tradisi cerita lama. Misalnya: Wawacan Ranggawulung, wawacan Surianingrat, Wawacan Lutung Kasarung, Wawacan Purnama Alam, Wawacan Lenggang Kencana, dan Wawacan Ciung wanara, kecuali wawacan-wawacan yang berasal dari cerita sastra Islam, di antaranya Wawacan Amir Hamzah, Wawacan Nabi Paras, dan Wawacan Gusti Patimah Dibabarkeun.

17 Penelitian ini diberi judul Transliterasi Naslah Wawacan Rawi Mulud. Dalam judul penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dipahami pengertiannya karena judul biasanya dapat menggambarkan pokok persoalan yang diteliti. Pengertian mengenai istilah tersebut sebagai beriku. Transliterasi, yaitu penyalinan dengan menggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (KBBI, 1988: 960). Di dalam pentransliterasian berlaku pula istilah transkripsi, yaitu penggubahan teks dari satu ejaan ke ajaan lain dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan (Kamus Filologi, UGM, 1977: 90; KBBI, 1988: 960). Naskah, yaitu wacana (teks) hasil tulisan tangan, biasanya dibendel atau dibukukan (bukan hasil cetak) atau buku yang berisi wacana dalam tulisan tangan (Ekadjati, 1988: 4). Wawacan, (pengertiannya dapat dilihat di atas). Bentuk ini adalah pengaruh kesusastraan Jawa yang masuk khasanah sastra Sunda, kira-kira pada pertengahan abad ke-17. rosidi (1966: 12-13) menyebutkan, bentuk wawacan ini mencapai puncaknya pada abad ke-19. Dari abad ini banyak dijumpai peninggalan wawacan terutama buah tangan para anonimaus - - - pengarang-pengarang tak dikenal, misalnya pengarang Wawacan Rangga Wulung, Wawacan Suryaningrat, wawacan Amir Hamzah, Wawacan Danumaya dan Wawacan Indra Bangsawan. Penyebaran wawacan-wawacan buah tangan para pengarang tak dikenal itu umumnya dilakukan dengan salin menyalin baru pada akhir abad ke-19 wawacanwawacan itu mulai dicetak. Selanjutnya, Iskandarwassid (1992: 165), menjelaskan bahwa pada tahap pertama cerita-cerita wawacan dari sastra Jawa itu tidak langsung disalin (tidak

18 diterjenahkan ke dalam bahasa Sunda) berupa naskah (manuscript). Hal tersebut didukung oleh penemuan naskah-naskah berbahasa Jawa. Pada tahap kedua, tampak adanya upaya menerjemahkan (menyalin) ke dalam bahasa Sunda karena lapisan masyarakat luar kadaleman kabupaten banyak yang tidak mengerti. Pada tahap ketiga, bukan lagi menerjemahkan, tetapi mencipta cerita-cerita yang sudah ada sejak dahulu. Mungkin saja yang sudah hidup dalam media lisan. Setelah ada teknologi cetakan, wawacan yang sebelumnya berupa naskah banyak yang diterbitkan berupa buku. Wawacan-wawacan yang sudah dicetak itu di antaranya Wawacan Panji Wulung, Wawacan Ali Muhtar, dan Wawacan Raja Sudibja karangan R.H. Muhammad Musa; Wawacan Batara Rama karangan R.A.A. Martanagara; Wawacan Rengganis karangan R.H. Abdussalam; Wawacan Kidung Sunda dan Wawacan Lenggang Kancana karangan Tubagus Djayadilaga; Wawacan Purnama Alam karangan R. Suriadiredja; Wawacan Dipati Imba Nagara dan Wawacan Dipati Ukur karangan M.K. Harjakusumah; Wawacan Nyi Sumur Bandung dan Wawacan Lutung Kasarung karangan Engka Widjaya; dan Wawacan Rusiah nu Kasep karangan R.H. Hodijah Mahtum (sumarsono, 1983: 59). Isi cerita wawacan itu pada umunnya melukiskan tentang kebesaran, kesaktian, kepintaran, keagungan, kebijaksanaan para raja dan para putra raja serta para pejabat kerajaan lainnya. Selanjutnya dalam buhungannya dengan pustaka yang dipakai rujukan teori di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

19 (1) Di dalam mendeskripsikan keadaan naskah digunakan teori Pigeaud dalam bukunya Literatur of Java, Volume II (1968), dan Ekadjati, dkk. dalam bukunya Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan (1988). (2) Di dalam mentransliterasi naskah digunakan teori Baried, dkk. dalam bukunya Pengantar Teori Filologi (1985), dan Ekadjati dalam disertasinya yang berjudul Cerita Dipati Ukur: Karya Sastra Sejarah Sunda (1982).