BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Pertunjukan Seni Tari Tradisonal dan Seni Musik di Yogyakarta Sumber:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

Universitas Sumatera Utara

Galeri Seni Lukis Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.1. LATAR BELAKANG I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Yogyakarta. Tahun Wisatawan Lokal Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

[ORAT ORET ARTSPACE] TA 131/53 BAB I PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16

BAB I PENDAHULUAN ! LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

menciptakan sesuatu yang bemilai tinggi (luar biasa)1. Di dalam seni ada

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

KOMPLEK GALERI SENI LUKIS di DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULLUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

Tabel 1.1. Event Marching Band

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

MUSIC PARK DI JAKARTA Penekanan Desain Hi-Tech

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GALERI ARSITEKTUR JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GALERI SENI RUPA DI MEDAN BAB 1 PENDAHULUAN

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta

PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Seni merupakan hal yang dinamis dan menyatu sebagai ekspresi diri dalam jiwa manusia yang selalu tumbuh dan berkembang sejalan dengan kehidupan manusianya serta memiliki arti penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Seseorang dapat mewujudkan dan mengekspresikan jiwa seni-nya dengan berbagai macam cara dan media. Perwujudan seni dapat berupa suatu objek atau benda seperti seni rupa, seni patung dan lain-lain atau perwujudannya dapat melalui suara dan gerak tubuh seperti seni musik dan seni tari. Gambar 1.1. Pertunjukan Seni Tari Tradisonal dan Seni Musik di Yogyakarta Sumber: www.yogyes.co.id Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak jenis kesenian adalah Yogyakarta. Oleh karena itu, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota seni dan budaya. Kesenian yang ada di Yogyakarta mengalami perkembangan yang cukup pesat, terbukti dari banyaknya kelompok kesenian terus tumbuh dan tersebar luas di kalangan masyarakat sekarang ini. Berdasarkan data yang diambil dari RKPD Yogyakarta (2011), terdapat 5.426 kelompok seni yang masih terus berlatih dan berusaha untuk memajukan dan melestarikan kesenian yang ada di Yogyakarta ini. Apabila dilihat dari Grafik 1.1, berdasarkan data yang diambil banyaknya pengunjung kesenian di Yogyakarta dengan menggunakan sampel Wayang Kulit dan Santi Budoyo dari BPS kota Yogyakarta (Lihat Diagram 2), terlihat selama 1

empat tahun berturut-turut, dari tahun 2006 sampai 2009 terjadi peningkatan jumlah pengunjung kesenian pentas seni di Kota Yogyakarta. Hal ini berarti potensi kesenian di kota Yogyakarta sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Grafik 1.1. Jumlah Pengunjung Kesenian Pentas di Kota Yogyakarta 2006-2010 36,061 40,255 40,236 18,463 25,903 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Yogyakarta Dalam Angka, 2011 Berkaitan dengan perkembangan jumlah kelompok seni di kota Yogyakarta dari tahun 2007 sampai tahun 2010 ada kecenderungan meningkat (Grafik 1.2.). Hal ini berarti di kota Yogyakarta terdapat potensi untuk mengembangkan kesenian karena adanya keberadaan dari kelompok seni tersebut. Namun di tahun 2010 terjadi penurunan jumlah kelompok seni dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan tidak tersedia fasilitas yang memadai untuk mewadahi kegiatan kesenian sehingga kelompok seni sulit untuk tumbuh berkembang dan melakukan aktivitas berkesenian. 2

Grafik 1.2. Jumlah Kelompok Kesenian di Kota Yogyakarta Tahun 2007-2010 0.09 0.08 0.079 0.08 0.07 0.068 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.019 0.01 0 Jumlah Kelompok Seni per 10.000 penduduk 2007 2008 2009 2010 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta (2011) dan Kantor Lisbang (2011) Saat ini, di Yogyakarta banyak konser atau lokasi pergelaran seni budaya yang banyak menggunakan gedung yang bangunannya digunakan pertunjukan. Namun fakta di lapangan, tempat tersebut sering dipakai untuk kegiatan lain seperti hajatan perkawinan, pesta syukuran, seminar, pameran, dan acara lainnya (Lihat Tabel.1.1). Sementara, pergelaran hiburan seni budaya terpaksa harus dilaksanakan di ruang hotel, gedung pertemuan umum, sampai lapangan terbuka yang ditata sedemikian rupa. Tabel 1.1. Wadah Pertunjukan di Yogyakarta No. Nama Gedung Lokasi Bangunan Fungsi Bangunan 1. Gedung Societet militer, Taman Budaya Jl. Sriwedani no. 1 Yogyakarta Pertunjukan seni teater & musik, pameran 2. Auditorium P4TK Seni Budaya Sleman Komplek P4TK Seni Budaya Sleman. Jl. Seminar, teater, paduan suara, pameran, lomba Kaliurang km 14 3. Stadion Mandala Krida Kotabaru Pertandingan sepak bola, upacara, konser musik 3

4. Laboratorium Seni Pertunjukan, Fakultas Seni UNY 5. Auditorium Lembaga Indonesia Perancis Kuningan Karangmalang, Catur Tunggal, Sleman Jl. Sagan no. 3 Yogyakarta 6. Kedai Kebun Forum Jl. Tirtodipuran no.3 Yogyakarta Pentas seni, konser, seminar Seminar, workshop, bedah buku, pemutaran film, konser musik, pameran, pentas seni Pentas seni, galeri seni kontemporer, restoran, seminar, pemutaran film. Seminar, Pameran, pentas seni 7. Ruang F Museum Benteng Vredeburg Jl. Malioboro Yogyakarta. 8. Stadion Kridasono Jl. Kenari Pertandingan olahraga, upacara, Konser musik, pentas seni 9. Auditorium ISI Yogyakarta 10. Gedung Tejokusumo I, UNY Jl. Parangtritis Km. 6 Kuningan Catur Tunggal, Sleman Wisuda,Seminar, Symphony Orchestra, teater, sendratari, konser musik Wisuda, pernikahan, Ruwatan, Pentas Seni, Konser Musik, Seminar, Pameran, Reuni, Dinner Party, Pemutaran Film 11. Purawisata Jl. Brigjend Katamso Pertunjukan sendratari Ramayana, dangdut Sumber : http://www.yogyes.com/id/places/by-category/pertunjukan-seni/#pranala dan http://www.jogjapages.com/id/yogyakarta-gallery/performing-art/ (diakses 16 Agustus 2012) Kesenian yang keberadaannya beragam di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Seni dan budaya sifatnya lokal memiliki potensi menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi daerah itu. Untuk itu, keberadaannya perlu dipertahankan dan dikembangkan. Keberadaan seni dan budaya jika digarap dengan baik, diharapkan dapat menjadi atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Jadi dengan dibangunnya Performing art center di Yogyakarta ini dapat menarik perhatian wisatawan baik lokal maupun asing untuk datang berlibur dan turut serta dalam misi kota Yogyakarta yaitu menjadikan dan mewujudkan pariwisata, seni dan budaya sebagai unggulan daerah. Oleh karena di kota Yogyakarta belum terdapat tempat untuk menampung aspirasi dan kegiatan berkesenian bagi para pecinta seni, maka diperlukan wadah yang dapat mendukung perkembangan kesenian tersebut 4

serta memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan berkesenian itu sendiri. Wadah yang dimaksud adalah tempat pertunjukan dan juga sebagai sarana edukasi mengenai seni, dimana seni yang telah dilatih dan dilestarikan juga harus dipertunjukkan dan disosialisasikan di depan publik agar orang-orang mengetahui dan juga melestarikan seni yang ada sekarang. Wadah tersebut berupa sebuah Performing art center, yaitu sebuah tempat dimana orang-orang dapat menyaksikan pertunjukan seni, belajar seni dan juga saling bertukar pikiran dan pendapat tentang seni. Performing art center di Yogyakarta merupakan sarana yang tepat untuk mewadahi kegiatan-kegiatan berkesenian dan memajukan perkembangan kesenian dan kebudayaan yang ada di kota Yogyakarta untuk ke depannya. Yogyakarta sebagai pusat seni dan budaya 5.426 Kelompok Kesenian Memajukan dan Melestarikan Kesenian Diperlukan Wadah Tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan berkesenian di Yogyakarta Mengembangkan minat dan bakat seni Kegiatan berkesenian: Menikmati seni, melakukan seni, bertukar pikiran tentang seni, dan belajar seni. Gambar 1.2. Skema Latarbelakang Eksistensi Performing art center di Yogyakarta 1. 2. LATARBELAKANG PERMASALAHAN Kesenian adalah sesuatu merujuk pada keindahan (estetika) dan merupakan suatu produk budaya dari sebuah peradaban manusia, sebuah wajah dari suatu kebudayaan dan peradaban manusia. Kesenian tidak hanya memiliki nilai-nilai positif bagi seniman namun juga banyak orang. Disamping itu, tidak hanya sebagai media untuk mengembangkan kreativitas semata dan bertukar 5

pikiran tentang seni namun juga dapat menghibur, mendidik, dan saran/pesan moral bagi manusia. Dilihat dari bentuk budaya, kesenian memiliki beberapa fungsi antara lain fungsi inspiratif dan edukatif, fungsi sakral dan fungsi rekreatif. Kesenian dikatakan memiliki fungsi rekreatif, karena karya seni dapat dinikmati keindahannya. Beban psikologis manusia karena kesibukan atau karena banyak pikiran dapat dihilangkan atau dikurangi melalui hiburan-hiburan. Salah satu fungsi edukatif dari seni terdapat dalam pendidikan, yaitu untuk membina kreativitas dan daya apresiasi. Tinggi rendah apresiasi masyarakat terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesenian dapat menjadikan kesenian tersebut berkembang lebih baik atau akan musnah begitu saja. Karya seni memiliki fungsi inspiratif jika kesenian itu menjadi sumber ilham dari seniman dalam proses kreativitasnya. Salah satu perwujudan kesenian salah satunya yaitu melalui pertunjukan seni yang diwadahi oleh suatu gedung pertunjukan yaitu Performing art center. Performing art center adalah gedung pertunjukan yang digunakan untuk berbagai macam jenis pertunjukan seni, seperti pertunjukan tari, musik dan teater. Bangunan Performing art center memiliki perbedaan dengan bangunan dengan satu fungsi seperti concert hall, opera house, ataupun teater, yang memang khusus untuk menampilkan satu jenis pertunjukan seni saja, pada bangunan Performing art center ini kegunaan ruang dengan fungsi sebenarnya sendiri bisa untuk tujuan yang lain. Dalam seni pertunjukan terdapat bermacam-macam karakter dan perbedaan dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, pada Performing art center ini seni pertunjukan yang akan diwadahi adalah seni pertunjukan yang mempunyai karakter (H. Sulastianto, 2006), seperti berikut : 1. Menggunakan tubuh manusia sebagai objek 2. Menghasilkan gerak 3. Dapat menggunakan musik atau hanya suara saja 4. Menggunakan keseluruhan area panggung sebagai area gerak Agar para seniman dapat termotivasi dalam meningkatkan kreativitas dan berapresiasi dalam berkesenian dan masyarakat tertarik untuk datang dan 6

melihat sebuah pertunjukkan seni maka diperlukan sebuah Performing Art Center yang memiliki atraktif, rekreatif dan menarik baik dari segi tampilan luar maupun tampilan dalam bangunan. Performing art center ini diharapkan dapat memiliki simbol sebagai penghargaan terhadap suatu seni dan menjadi icon baru di Yogyakarta dan masyakarat Yogyakarta dapat menyaksikan pertunjukan seni yang berkualitas dengan adanya bangunan ini. Karakter atraktif pada wujud bangunan Performing art center dapat membuat bangunan ini menjadi daya tarik tersendiri sehingga orang-orang tertarik untuk datang dan menyaksikan pertunjukan dan memotivasi pengguna seniman untuk menciptakan karya-karya dan ide seni yang berkualitas dan membantu dalam meningkatkan kreativitas. Selain itu, Performing art center yang aktraktif dapat memberikan semangat bagi para seniman untuk menampilkan pertunjukan yang terbaik dan maksimal sehingga para penikmatnya merasa puas dan terhibur. Dengan kata lain, karakter atraktif pada Performing art center ini secara tidak langsung juga menimbulkan rekreatif. Sifat Ekspresif digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan fungsi bangunan dan citra seni pertunjukan sebagai hasil karya Monroe Beardsley (1981), seorang ahli estetika modern di abad ke-20, memaparkan tentang teori estetika yang berpendapat bahwa pada benda seni terdapat tiga nilai estetis yang membuat baik dan indah. Pertama adalah Kesatuan (Unity), di mana suatu karya estetika (seni) tersusun secara baik dalam hal isi, keteraturan dan keserasian dari bentuk, warna, corak, komposisi, dan sebagainya. Yang Kedua adalah Kerumitan (Complexity), di mana menegaskan bahwa suatu karya seni bukanlah karya yang sederhana, karena pasti di dalamnya terdapat suatu pertentangan dari masing-masing unsur dengan berbagai perbedaan yang sangat halus. Kemudian yang terakhir adalah Kesungguhan (Intensity), yang berarti bahwa suatu karya seni adalah sesuatu yang memiliki kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sebagai karya yang kosong misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar, asalkan merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh dapat mengekpresikan suatu emosi. Pendekatan yang akan diterapakan pada perancangan Performing Art Center ini adalah adalah Kesatuan (Unity), 7

Kerumitan (Complexity), dan Kesungguhan (Intensity) agar dapat mengekspresikan citra Seni pada Performing art center ini. Unity Complexity Intensity Tabel 1.3. Hubungan Teori Monroe dengan Sifat Atraktif, Rekreatif, dan Ekspresif Atraktif Rekreatif Ekspresif Suatu (seni) tersusun secara baik dalam hal isi, keteraturan dan keserasian dari seperti bentuk, warna, corak, komposisi dapat membentuk bangunan Performing art center yang rekreatif. Karaktekter atraktif pada sebuah Performing art center dapat terwujud apabila terdapat kesatuan dan keserasian antara elemenelemen yang mendukungnya baik itu berupa pemakaian komposisi yang dominan kontras, selaras, ataupun pengulangan. Bangunan Performing art center yang atraktif dibuat dengan tidak sederhana dan memiliki. Hal ini akan menyebabkan Performing art center memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya daya tarik sebagai ikon baru seni pertunjukan di Yogyakarta karena menjad menjadi representasi dari wadah untuk menyalurkan apresiasi dan kreativitas seni pertunjukan. Karya seni adalah sesuatu yang memiliki kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sebagai karya yang kosong, kualitas tertentu ini yang membuatnya bernilai, semakin bernilai suatu karya seni maka tentunya akan menambah daya tariknya. Di dalam arsitektur bangunan merupakan karya seni yang dihasilkan oleh arsitek termasuk jenis bangunan Performing art center. Jadi pada Performing art center, intensity juga dapat membantu dalam membentuk karakter artraktif pada bangunan ini. Kompleksitas yang berasal dari unsur-unsur Performing art center seperti sarana dan prasarana, tata masa bangunan dapat memunculkan sifat rekreatif. Kompleksitas dan rekreatif memiliki kaitan yang erat. Semakin kompleks fasilitas yang diberikan oleh performing art center ini semakin nyaman dan terhibur pula penonton baik secara jasmani dan rohani. Suasana yang ditimbulkan dari intensity yang diterapkan pada Performing art center misalnya suasana gembira dapat menimbulkan suasana yang dapat memotivasi para seniman dan pecinta seni meningkatkan kreativitas dan mengapresiasikan seni. Paduan dari berbagai unsur yang membentuk sebuah dasar yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya sehingga menimbulkan kesan satu bentuk yang terkomposisi secara baik. Sifat ekspresif pada performing art center dapat dihasilkan perpaduan dari berbagai unsur didalamnya. Bangunan Performing art center yang ekspresif dapat terwujud karena adanya Kompleksitas dapat digunakan untuk membangunan citra yang ingin disampaikan bangunan ini. kompleksitas dapat mewakili ekspresi dari yang ingin disampaikan oleh Performing art center ini Intensity menurut Monreo Beardley memiliki kesetaraan arti dengan karakter ekspresif. Intensity suatu karya seni adalah sesuatu yang memiliki kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sebagai karya yang kosong misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut atau kasar, asalkan merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh dapat mengekpresikan suatu emosi. 8

Pendekatan dengan menggunakan teori Monroe Breadley ini dipakai dalam pendekatan perancangan performing art center, karena Teori Monroe Beardley mengenai unsur-unsur yang pembentuk seni yakni Unity, Complexity, dan Intensity memiliki persamaan arti atau memiliki pernyataan yang dengan sifat atraktif, rekreatif, dan ekspresif. Selain itu, teori ini dapat digunakan untuk memunculkan karakter atraktif, rekreatif, dan ekspresif dan juga dapat digunakan untuk memperkuat atau mundukung karakter sifat atraktif, rekreatif pada Performing art center. 1.3. RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana perancangan tatanan ruang luar dan ruang dalam pada Performing art center di Yogyakarta yang atraktif, rekreatif, dan ekspresif sehingga para seniman dan para penikmat seni dapat termotivasi dalam meningkatkan kreativitas dan mengapresiasikan seni dengan pendekatan nilai-nilai estetis dari teori Monroe Beardley yakni Unity, Complexity, dan Intensity? 1.4. TUJUAN DAN SASARAN 1.4.1 Tujuan Mewujudkan perancangan Performing Art Center di Yogyakarta atraktif, rekreatif, dan ekspresif sehingga para seniman dapat termotivasi dalam meningkatkan kreativitas dan mengapresiasikan seni yang sesuai dengan pendekatan Unity, Complexity, dan Intensity dari Teori Monroe Beardley. 1.4.2 Sasaran Meninjau tentang karakter atraktif, rekreatif dan ekspresif dan prinsip seni Menganalisis Teori Monroe Beardley: Unity, Complexity, dan Intensity, mengkaitkannya dengan karakter atraktif, rekreatif dan ekspresif dan tranformasinya ke konsep perancangan tatanan ruang luar dan ruang dalam bangunan. Rancangan tata ruang luar bangunan yang dapat mendukung keberadaan bangunan Performing art center di Yogyakarta. 9

Rancangan tampilan dan gubahan massa bangunan yang mampu menarik perhatian pengunjung dan menjadi citra dari seni khususnya seni pertunjukan pada Performing art center di Yogyakarta. 1.5. LINGKUP PEMBAHASAN 1.5.1. Materi studi Materi studi mencakup lingkup substansial, lingkup temporal, dan lingkup spatial. Bagian-bagian obyek studi yang akan diolah sebagai penekanan studi adalah ruang luar dan ruang dalam. Bagian-bagian ruang luar dan ruang dalam pada Performing art center yang akan diolah sebagai penekanan studi adalah bentuk, dan sebagai penunjang untuk memperoleh sifat atraktif, rekreatif dan ekspresif adalah pengolahan jenis bahan, warna, tekstur, dan ukuran atau skala atau proporsi pada elemen-elemen pembatas, pengisi, dan pelengkap ruangnya. 1.5.2. Pendekatan Perencanaan dan perancangan music center menggunakan pendekatan nilai-nilai estetis dari Teori Monroe Beardley yakni Unity, Complexity, dan Intensity. 1.6. METODE PENULISAN 1.6.1. Pola Prosedural Metode studi yang dipakai dalam penyusunan Landasan Konseptual dan Performing art center di Yogyakarta antara lain: 1. Pola Pemikiran Deduktif a. Studi Literatur Dengan melakukan studi terhadap media informasi seperti buku, majalah, jurnal, dan website mengenai pengertian Performing art center, jenis seni pertunjukan, standar-standar perancangan auditorium, jarak dan arah pandang, layout tempat duduk, peraturan keselamatan, penataan panggung dan akustik, perkembangan seni pertunjukan di Yogyakarta, perkembangan gedung pertunjukan di Yogyakarta. 10

b. Deskriptif Melakukan penggambaran melalui data dan informasi yang berkaitan dengan penjelasan latar belakang permasalahan dan kondisi kegiatan yang direncanakan dalam lingkup kota Yogyakarta. c. Analisis Data yang sudah dikaji secara lebih mendetail untuk memperoleh pembahasan dan penyelesaian masalah yang pada tatanan ruang dalam dan ruang luar Performing art center di Yogyakarta. Dari analisis ini kemudian didapatkan hasil pendekatan konsep. d. Sintesis Hasil studi pendekatan yang didapatkan, digunakan untuk menentukan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar menuju tahap desain fisik. 11

1.6.2. Tata Langkah Performing Art Center di Yogyakarta Latarbelakang Eksistensi Proyek : Yogyakarta sebagai kota Seni dan Budaya. Terdapat 5.426 kelompok seni di Yogyakarta. Tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan berkesenian. Diperlukan wadah untuk memajukan dan melestarikan kesenian serta mengembangkan minat dan bakat seni. Latarbelakang Permasalahan : Performing Art Center adalah gedung pertunjukkan yang bisa digunakan untuk lebih dari satu jenis pertunjukkan seni seperti pertunjukan tari, musik dan teater. Menyediakan fasilitas bagi para pecinta seni untuk dapat meningkatkan kreativitas dan mengapresiasikan seni. Teori Monreo Beardsley digunakan untuk memperkuat atau mundukung karakter atraktif, rekreatif pada Performing art center. Bagaimana perancangan tatanan ruang luar dan ruang dalam pada Performing art center di Yogyakarta yang atraktif, rekreatif, dan ekspresif sehingga para seniman dapat termotivasi dalam meningkatkan kreativitas dan mengapresiasikan seni dengan pendekatan Unity, Complexity, dan Intensity? Tinjauan Performing Art Center Pengertian Performing Art Center Preseden Performing Art Center. Studi Literatur: Auditorium, Jarak dan arah pandang, layout tempat duduk, peraturan keselamatan, penataan panggung dan akustik. Tinjauan Daerah Yogyakarta Kondisi geografis Yogyakarta lokasi proyek Kriteria pemilihan lokasi site Batas-batas Kawasan, KLB, KDB. TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORIKAL Tinjauan Teori unsur Pembentukan Seni Tinjauan mengenai karakter atraktif, rekreatif, dan ekspresif Data site yang dipilih Identifikasi pelaku kegiatan Kebutuhan ruang dan pengelompokan ruang Programatik Zoning Analisis Feedback Analisis Site Analisis Prinsip Unsur Seni Unity, Complexity, dan Intensity Analisis Permasalahan Analisis tata ruang dalam dan ruang luar yang atraktif, rekreatif dan ekspresif Analisis non-permasalahan Analisis Akustika Ruang Analisis Struktur dan Konstruksi Analisis Perlengkapan dan Kelengkapan Bangunan Konsep Desain Konsep Programatik dan Konsep Penekanan Desain Tata Ruang Dalam dan Ruang Luar dengan Pendekatan Teori Monroe Tiga ciri yang menjadi sifat indah dari benda-benda estetis 12

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian latar belakang, manfaat dan tujuan, masalah perancangan, metodologi, kerangka berpikir dan sistematika penulisan laporan. BAB II TINJAUAN PROYEK PERFORMING ART CENTER DI YOGYAKARTA Berisi tentang tinjauan mengenai Performing art center, mulai dari terminologi judul, tinjauan mengenai fungsi proyek, studi literatur serta studi komparasi bagunan yang mempunyai fungsi sejenis. BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA Berisi tentang tinjauan daerah Yogyakarta dan lokasi proyek, kriteria pemilihan lokasi site, facade kawasan, spot-spot penting di sekitar kawasan, batas-batas kawasan. BAB IV TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORIKAL Berisi kajian tentang pengertian dan batasan ruang dalam dan ruang luar, tinjauan mengenai teori Monroe Beardsley. BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi analisis mengenai kondisi lingkungan, analisis tata bangunan dan analisis fungsional (pemakai, program kegiatan dan kebutuhan ruang) serta analisis terkait dengan permasalahan tatanan ruang dalam dan ruang luar Performing art center di Yogyakarta. BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema digunakan dalam perancangan proyek tugas perancangan. 13