Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Rumah Impian Mahasiswa

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

GERAK DAN POLA SOSIALISASI MANUSIA DI DALAM RUANG UNTUK MELINDUNGI TERITORIAL LINGKUNGANNYA

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

HASIL Hasil rekomendasi rekonstruksi perletakan/layout bangunan yang. PENDAHULUAN Arsitektur Bali Aga di Desa Bungaya memiliki keunikan-keunikan

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Pengaruh Perilaku Masyarakat pada Pembentukan Karakter Pasar Tradisional Melayu Kampar

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Penataan dan Optimalisasi Kawasan Lahan Basah sebagai Destinasi Wisata Kota Kasus: Kawasan Waduk Pusong Kota Lhokseumawe

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH PERMASALAHAN ARSITEKTUR TA SKS

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

GERINGSING Tenun dan Mitos Bali Aga (Tenganan, Bali) oleh: Morinta Rosandini, S.Ds. Pengenalan Proses Menenun dan Mitos Tenun Gringsing

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

Persepsi dan Respon Masyarakat terhadap Desain Batas Perumahan Berpagar

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

Ruang Favorit dalam Rumah

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Hubungan antara Jenis Hunian Sewa dan Kualitas Interaksi Sosial Mahasiswa

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Lalu Mulyadi dan Agung Murti Nugroho, Karakter Fisik Kota Cakranegara

IDENTIFIKASI RUANG PUBLIK DI LINGKUNGAN BANDARA ADI SUMARMO SEBAGAI ART SPACE

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Lingkungan Rumah Ideal

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Analisis Visual Kawasan Pesisir Pantai (Studi Kasus Permukiman Kawasan Pesisir Pantai Masyarakat LOS)

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Pengaruh Adaptasi Arsitektur Tropis pada Bangunan Kolonial di Koridor Jalan Blang Mee Samudera Pase

Identifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Ciri Utama Disiplin Geografi (1) : Perspektif Spasial. Minggu ke-2 Pengantar Geografi Oleh : Hafid Setiadi

Dasar-dasar Metode Penelitian

Prospek Analisis Post Occupancy Evaluation (POE) sebagai Tinjauan untuk Mengevaluasi Performa Ruang Terbuka Hijau Publik di Perkotaan

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali Mahasiswa S3, Sejarah Teori dan Kritik Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Abstrak Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali, mewadahi beragam kegiatan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan ritual yang terdiri atas ritual adat dan keagamaan, serta kegiatan non ritual yang terdiri atas kegiatan keseharian dan turisme. Ruang komunal desa yang bersifat crescive, yaitu tumbuh selama bertahun-tahun tersebut, telah menunjukkan persistensinya apabila ditinjau dari aspek physical milieu. Melalui penelitian ini akan diungkap apakah persistensi ruang komunal desa Tenganan Pegeringsingan hanya merupakan pengejawantahan physical milieu semata yang selama ini dikenal sebagai konstelasi yang bersifat fenomena non behavioral atau disebut pula sebagai soma (body as distinct from mind) dari suatu behavior setting. Ataukah tersimpan makna dan nilai-nilai lain dalam physical milieu yang menjadikan ruang komunal bersangkutan demikian persisten. Kata-kunci : non ritual, physical milieu, ritual, ruang komunal, Tenganan Pegeringsingan Pengantar Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali, mewadahi beragam kegiatan yang dapat dibedakan menjadi kegiatan ritual yang terdiri atas ritual adat dan keagamaan, serta kegiatan non ritual yang terdiri atas kegiatan keseharian dan turisme. Seluruh kegiatan ritual adat dan keagamaan masyarakat Tenganan Pegeringsingan merupakan pengejawantahan dari keyakinan mereka terhadap filosofi hidup yang mengatur mereka yaitu The Cycle of Life yang didasari oleh Law of Purity dan terbagi ke dalam 2 bagian yaitu the Drama of Life and Death dan the Growing Into Society. Kegiatan bersangkutan melibatkan pelaku, kegiatan, dan tempat serta lokasi yang khas dan secara sinergis membentuk suatu behavior setting yang khas pula. Behavior setting dipahami sebagai suatu struktur lingkungan binaan yang akan mempengaruhi perilaku para pelaku kegiatan yang berlangsung di dalam struktur bersangkutan. Behavior setting memiliki dua hal krusial yaitu atribut struktur dan dinamika. Pada sisi struktural terdiri atas standing patterns of behavior dan physical milieu. Sejumlah perilaku dapat terjadi dalam suatu struktur lingkungan binaan yang sama. Apabila tujuan kultural suatu struktur diketahui maka perilaku pelaku dapat dibedakan dari perilaku pelaku dalam struktur yang berbeda. Standing pattern of behavior merupakan pola tertentu dari perilaku manusia dalam kelompok (en masse). Standing pattern of behavior merepresentasikan behavior kolektif suatu kelompok, daripada individual. Suatu standing pattern of behavior dapat terdiri atas beberapa behavior berbeda yang terjadi secara simultan sebagai contoh: perilaku emosional yang kasat mata, problem solving behavior, dan interaksi interpersonal. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 A_67

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali Dalam konteks Desa Tenganan Pegeringsingan, standing patterns of behavior utamanya terjadi Gambar 1. Posisi duduk (seating position) pelaku ritual adat dan keagamaan di Bale Agung (Pura) pada seluruh kegiatan ritual adat dan keagamaan dengan pertimbangan interaksi interpersonal di antara para pelakunya. Sebagai salah satu contoh adalah posisi duduk para pelaku ritual adat dan keagamaan di Bale Agung (Pura), Gambar 1. Physical milieu merupakan bagian dari suatu behavior setting yang bersama-sama standing pattern of behavior, synomorphy, dan a certain period of time menyempurnakan apa yang dimaksud dengan behavior setting (Lang, 1987). Physical milieu merupakan konstelasi tertentu yang bersifat fenomena non behavioral, seperti gedung, jalan, atau fitur-fitur alam seperti bukit dan danau, yang disebut pula sebagai soma (body as distinct from mind) dari suatu behavior setting. Tujuan kultural suatu struktur dapat terjadi apabila di dalam suatu behavior setting berlangsung kebergantungan antara standing pattern of behavior dengan physical milieu. A_68 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

Physical milieu dikatakan circumjacent to the behavior, artinya melingkupi atau mengelilingi perilaku. Demikian pula halnya physical milieu dari suatu behavior setting melingkupi standing pattern of behavior. Physical milieu dalam konteks Desa Tenganan Pegeringsingan, meliputi seluruh ruang baik ruang luar maupun ruang dalam atau bangunan yang memiliki komposisi tertentu akibat dari tuntutan kumpulan behavior para pelaku kegiatan baik ritual maupun non ritual yang diwadahinya. Salah satu yang memiliki frekwensi penggunaan yang tinggi adalah Bale Agung (Pura) beserta pelataran di sekitarnya, Gambar 2. Penelitian dilakukan untuk mengungkap makna dan nilai yang terkandung dalam physical milieu dalam konteks soma (body as distinct from mind) ruang komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali yang cenderung persisten. Apakah terdapat korelasi antara persistensi physical milieu ruang komunal dengan makna dan nilai yang dikandungnya keterkaitannya dengan kegiatan ritual adat dan keagamaan. Metode Metode yang digunakan: kualitatif, (Creswell, 2008); adapun kategori atau sifat penelitian: deskriptif (Groat & Wang, 2002). Pengumpulan data dilakukan secara sensus terhadap ke 44 ritual adat dan keagamaan yang meliputi pelaku, kegiatan, serta tempat dan lokasi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan, survey lapangan, observasi atau pengamatan, dan pengumpulan dokumen-dokumen terkait baik yang tersedia di kantor Dinas maupun di Museum Adat. Pengumpulan data dilakukan dengan menghadiri setiap ritual adat dan keagamaan yang diselenggarakan di sepanjang tahun. Analisis dan Interpretasi Selain uraian di atas, physical milieu secara ringkas dipahami sebagai a particular layout of the environment. Physical milieu dikatakan pula sebagai physical properties of behavior setting yaitu susunan ruang, jumlah ruang, lokasi, dan properti pintu masuk dan keluar, iluminasi, temperatur, dan dekorasi, serta penyelesaian atas seluruh kelengkapan behavior setting yang memberi kontribusi kepada standing pattern of behavior yang berada di dalamnya. Dalam kesempatan ini kajian melalui proses analisis dan interpretasi akan dilakukan terhadap Bale Agung (Pura). Bangunan bersangkutan adalah salah satu bangunan relijius yang merupakan sebagian dari sejumlah ruang komunal Desa Tenganan Pegeringsingan yang memiliki frekwensi penggunaan tertinggi selama kegiatan ritual adat dan keagamaan. Secara fisik Bale Agung (Pura), Gambar 2., terdiri atas 13 bentang (span) yang membujur dari arah Kaja (Utara) ke arah Kelod (Selatan). Salah satu standing pattern of behavior pada kegiatan ritual adat dan keagamaan yang berhubungan dengan bentang Bale Agung (Pura) adalah seating position (Gambar 1.), yang tidak atau belum pernah berubah di setiap kegiatan ritual yang sama. Dari perspektif komponen physical milieu non behavioral, bentangbentang Bale Agung terkomposisi tidak hanya akibat standing pattern of behavior posisi duduk semata namun memiliki makna dan nilai-nilai lain yang terkandung: Zona Kaja (Utara) lebih didahulukan berdasarkan filosofi the Cycle of Life masyarakat Tenganan Pegeringsingan yang menandai kelahiran di area Gunung Kaja dan kematian di area Laut Kelod; Zona Kaja merupakan tempat penyembelihan babi yang merupakan binatang sesajian paling kerap digunakan pada saat ritual baik adat maupun keagamaan; Zona Kaja merupakan tempat mempersatukan sesajian antara sesajian yang dipersiapkan di rumah-rumah tinggal para pelaku ritual yaitu Kelian Adat (Pemimpin Adat) atau Bahan Duluan, Bahan Tebenan, Tambelapu Duluan, dan Tambelapu Tebenan, dengan sesajian yang dipersiapkan di zona Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 A_69

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali Gambar 2. Bale Agung (Pura) dan sekitarnya. Bangunan relijius sebagai salah satu dari sejumlah Ruang Komunal Desa Tenganan Pegeringsingan yang memiliki frekwensi penggunaan tertinggi selama kegiatan baik ritual adat maupun keagamaan. Kelod Bale Agung; Zona Kaja pun merupakan zona yang digunakan sangkepan yaitu pertemuan demo-kratis kaum lelaki dan perempuan Kerama Desa (pasangan yang telah menikah) biasanya dilakukan di akhir ritual. Selain komposisi Bale Agung (Pura) hal serupa terjadi pada tempat duduk sebagai fasilitas seating position. Terjadi peninggian pada tempat duduk di Zona Kaja (Utara) dan yang secara gradual menurun ke arah Zona Kelod (Selatan). Peninggian ini tidak dipengaruhi semata oleh seating position para pelaku ritual sesuai hirarkinya yang dimulai dari Kelian Adat, namun dipengaruhi pula oleh nilai-nilai keyakinan masyarakat Tenganan Pegeringsingan tentang Kaja Kelod sebagai orientasi The Cycle of Life. Kesimpulan Sebagai soma (body as distinct from mind) dari suatu behavior setting, physical milieu dalam konteks Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali tidak sepenuhnya merupakan sekumpulan artefak yang bersifat crescive atau berkembang selama bertahuntahun yang tanpa makna. Hal ini terutama untuk aspek utilitarian atau yang memiliki useful A_70 A_68 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 function sekaligus makna atau nilai-nilai yang diembannya karena memang diperlukan selain oleh standing pattern of behavior suatu kegiatan baik ritual adat maupun ritual keagamaan, juga untuk proses ritual bersangkutan. Nilai-nilai ini yang telah menunjukkan persistensi komposisi dan bentukan atau bangunan-bangunan relijius sebagai ruang komunal dalam hal ini Bale Agung (Pura). Penelitian ini hanya menelaah salah satu aspek dari 3 aspek suatu behavior setting yaitu aspek physical milieu. Selama proses penelitian, penelaahan terhadap aspek physical milieu dikorelasikan dengan kedua aspek lainnya karena secara sinergis ketiga aspek yang dapat membentuk suatu behavior setting. Melaui penelitian ini diharapkan korelasi antara 3 aspek dalam hal ini behavior setting ruang komunal Desa Tenganan Pegeringsingan, dapat diungkap secara lebih komprehensif guna pemahaman yang lebih baru dan sebagai pijakan penelitian lebih lanjut.

Daftar Pustaka Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Departeman Pekerjaan Umum, Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. KERTONEGORO, Madi (1986), The Spirit Journey to Bali Aga, Tenganan Pegeringsingan, Denpasar: Harkat Foundation. LANG, Jon (1987), Creating Arhitectural Theory, the Role of Behavioral Sciences in Environmental Design, New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc. PARIMIN, Ardi P. (1986), Fundamental Study on Spatial Formation of Island Village, Environmental Hierarchy of Sacred-Profane Concept In Bali. Japan: Osaka University. RAMSEYER, Urs (2009), The Theatre of Universe, Ritual and Art in Tenganan Pegeringsingan Bali, Denpasar. SHABAK, Maryam et. al, (2012), An Attempt to Measure the Success of Residential Common Space: A Case Study in Malaysia, Journal DOI: 10.7763/IPEDR. 2012. V56. 30, Kualalumpur: Universiti Teknologi Malaysia. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 A_69 A_71