PENGARUH DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP IDENTIFIKASI LOKASI GANGGUAN ANTAR FASA PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS

Dosen Pembimbing II. Ir. Sjamsjul Anam, MT

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN PEMBANGKIT TERDISTRIBUSI PADA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLTAGE SAG DENGAN PEMODELAN ATP/EMTP

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Evaluasi Ground Fault Relay Akibat Perubahan Sistem Pentanahan di Kaltim 1 PT. Pupuk Kaltim

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENGARUH PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP RESPON GANGGUAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

1. BAB I PENDAHULUAN

SIMULASI TEGANGAN DIP PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PT. PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA MENGGUNAKAN ATP-EMTP

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

Analisa Stabilitas Transien dan perancangan pelepasan beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

ANALISIS RUGI DAYA AKIBAT PENAMBAHAN PENYULANG BARU GI MASARAN

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

ALGORITMA ALIRAN DAYA UNTUK SISTEM DISTRIBUSI RADIAL DENGAN BEBAN SENSITIF TEGANGAN

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Panduan Praktikum Sistem Tenaga Listrik TE UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN

Algoritma Aliran Daya untuk Sistem Distribusi Radial dengan Beban Sensitif Tegangan

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur

PENENTUAN SLACK BUS PADA JARINGAN TENAGA LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

STUDI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK BERDASARKAN PERTUMBUHAN BEBAN BERBASIS BIAYA INVESTASI MINIMUM

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 2, JULI

STUDI PENGARUH PEMASANGAN STATIC VAR COMPENSATOR TERHADAP PROFIL TEGANGAN PADA PENYULANG NEUHEN

STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA DALAM RANGKA MENEKAN BIAYA OPERASIONAL PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

: Distributed Generation, Voltage Profile, Power Losses, Load Flow Analysis, EDSA 2000

BAB IV ANALISIS DATA

Perancangan Filter Harmonisa Pasif untuk Sistem Distribusi Radial Tidak Seimbang

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

Simulasi dan Analisis Fenomena Resonansi Akibat Harmonisa Orde Genap dengan Menggunakan Software ETAP

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN


Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Perencanaan Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Menengah Pada Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran

ANALISIS TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL TEGANGAN RENDAH oleh : Fitrizawati ABSTRACT

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

EVALUASI RUGI-RUGI JARINGAN YANG DILAYANI OLEH JARINGAN PLTS TERPUSAT SIDING

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN ATP/EMTP PADA JARINGAN TRANSMISI 150 KV DI SULAWESI SELATAN

Studi Penempatan dan Kapasitas Pembangkit Tersebar terhadap Profil Tegangan dan Rugi Saluran pada Saluran Marapalam

Singgih Adhiyatma et al., Analisis Penambahan Distributed Generation (DG) Dengan Metode Backward Forward...

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat penting dalam

Tabarok et al., Optimasi Penempatan Distributed Generation (DG) dan Kapasitor... 35

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut

ANALISIS KEDIP TEGANGAN AKIBAT GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG ABANG DI KARANGASEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin kontinuitas dan kualitas pelayanan daya listrik terhadap

EVALUASI DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH PADA GARDU DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MARIANA

Analisis Aliran Daya Tiga Fasa Tidak Seimbang Menggunakan Metode K-Matrik dan Z BR pada Sistem Distribusi 20 kv Kota Surabaya

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK

Analisa Penempatan Distributed Generation pada Jaringan Distribusi 20kV

Analisis Sistem Pengaman Arus Lebih pada Penyulang Abang Akibat Beroperasinya PLTS pada Saluran Distribusi Tegangan Listrik 20 Kv di Karangasem

atau pengaman pada pelanggan.

Studi Perbaikan Stabilitas Tegangan Kurva P-V pada Sistem Jawa-Bali 500kV dengan Pemasangan Kapasitor Bank Menggunakan Teori Sensitivitas

STUDI PENYALURAN DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH PADA PT. PLN (Persero) GARDU INDUK TALANG RATU PALEMBANG

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR TE Risma Rizki Fauzi NRP

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera

ANALISA EFISIENSI JARINGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI PRIMER 20 KV DI GARDU INDUK TALANG KELAPA PT. PLN (PERSERO) TRAGI BORANG

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

Analisa Transient Stability dan Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33 KV di PT. Pertamina RU IV Cilacap

STUDI KOORDINASI FUSE

SISTEM TENAGA LISTRIK. Modul ke: 09Teknik. Powerpoint Materi Sistem Tenaga Listrik. Fakultas. Program Studi Teknik Elektro

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

Penentuan Kualitas Daya Untuk Kondisi Unbalanced Dan Nonsinusoidal Pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Dengan Metode Harmonic Load Flow 3 Fasa

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

SIMULASI PEMULIHAN KEDIP TEGANGAN AKIBAT GANGGUAN ARUS HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN DYNAMIC VOLTAGE RESTORER (DVR)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

Penentuan Kapasitas dan Lokasi Optimal Penempatan Kapasitor Bank Pada Penyulang Rijali Ambon Menggunakan Sistem Fuzzy

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASE KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

TEKNIK MANAJEMEN LOSSES ALA KOLONI SEMUT UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI SALURAN DISTRIBUSI 20 KV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

Laporan akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan. Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro. Program Strudi Teknik Listrik

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

Transkripsi:

PENGARUH DISTRIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP IDENTIFIKASI LOKASI GANGGUAN ANTAR FASA PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM) Anggik Riezka Apriyanto 2281541 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6111 Abstrak : Identifikasi gangguan antar fasa pada JTM yang terhubung DG. Jarak dari substation ke lokasi gangguan dihitung dengan teori dasar tegangan dan arus hasil dari pengukuran di-substation. Pada saat DG dihubungkan di-feeder distribusi JTM akan mempengaruhi identifikasi lokasi gangguan tersebut. DG menyebabkan arus di-substation pada saat gangguan semakin kecil, dan mengakibatkan error perhitungan semakin besar. Ada 2 metode yang digunakan untuk mengurangi error yang diakibatkan terhubungnya unit DG tersebut. Metode kompensasi pertama yaitu perhitungan hasil dari pengukuran tegangan dan arus di-substation sebelum dan saat terjadi gangguan hubung singkat. Hasil dari kompensasi pertama kurang efektif digunakan di-feeder pendek dengan beban besar (Kalijudan). Error semakin besar dibagian setelah titik hubung DG. Hasil yang sama ketika feeder di hubungkan dengan satu, dua, dan unit DG Metode kompensasi kedua yaitu perhitungan hasil dari pengukuran tegangan dan arus di-substation dan titik hubung DG sebelum dan saat terjadi gangguan hubung singkat. Kompensasi kedua dengan 3 unit DG menghasilkan rata-rata error terkecil dari semua percobaan yang telah dilakukan pada tugas akhir ini. listrik baik di pusat-pusat industri maupun dalam melayani kebutuhan listrik rumah tangga, maka untuk menjamin kontinuitas dan kualitas daya listrik yang diterima oleh konsumen, perlu adanya peningkatan terhadap sistem pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia tenaga listrik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan segera mengatasi gangguan yang timbul pada jaringan distribusi secepat mungkin tanpa mengabaikan stabilitas sistem. II. FEEDER JTM (KALIJUDAN), SIMULASI MENGGUNAKAN ETAP 5..3 Panjang feeder utama dari substation ke beban terakhir yaitu 4,88 Km, 2 KV dengan simulasi menggunakan satu unit DG (3 MW, generator sinkron, pf=1), simulasi menggunakan dua unit DG ( setiap DG berkapasitas 1,5 MW, generator sinkron, pf=1) dan, simulasi menggunakan tiga unit DG ( setiap DG berkapasitas 1 MW, generator sinkron, pf=1) Kata kunci: Aliran Daya, Lokasi Gangguan, JTM, DG, Gangguan Hubung Singkat Antar Fasa, Jaringan Tegangan Menengah. I. PENDAHULUAN Sistem jaringan tegangan menengah pada saluran distribusi, tenaga listrik tidak dapat terlepas dari berbagai macam gangguan, baik yang bersifat temporer maupun permanen. salah satu gangguan yang sering terjadi pada saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Bila gangguan hubung singkat terlalu lama akan berpengaruh terhadap sistem antara lain yaitu berkurangnya kestabilan, keandalan dan kualitas daya. Kerusakan mekanis pada peralatan peralatan listrik yang terhubung dengan sistem yang sedang mengalami gagguan tersebut disebabkan arus tak seimbang serta turunnya tegangan, dengan demikian mengingat semakin pesatnya kebutuhan akan tenaga Gambar 1 Deskripsi Single Line Diagram JTM (Kalijudan) Us,Is : Tegangan dan arus di-substation pada saat gangguan diukur dengan menggunakan simulasi ETAP., : Tegangan dan arus DG pada saat gangguan, diukur dengan menggunakan simulasi ETAP. f-main/f-side : Lokasi gangguan pada cabang utama dan cabang samping.

III. Perhitungan Jarak Lokasi Gangguan Dari Substation Jarak dari substation kelokasi gangguan ( ), dihitung dari hasil pengukuran tegangan dan arus pada substation. Pengukuran tersebut menggunakan simulasi ETAP. Untuk memperkecil pengaruh dari kesalahan resistansi, dikarenakan nilai reistansi dapat berubahrubah disebabkan oleh suhu, maka nilai imajiner digunakan untuk menghitung jarak gangguan. Persamaan (1) digunakan untuk menghitung jarak gangguan antar fasa. Dimana, Im. (1) = Jarak dari substation ke lokasi gangguan (Km) = Tegangan fasa B di-substation pada saat gangguan = Tegangan fasa C di-substation pada saat gangguan = Arus fasa B di-substation pada saat gangguan (KA) = Arus fasa C di-substation pada saat gangguan (KA) = reaktansi per unit (ohm/km) a. Satu DG unit Simulasi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari penempatan DG terhadap identifikasi lokasi gangguan antar fasa pada JTM (Kalijudan). Gambar 2 adalah perhitungan dari hasil simulasi dengan menggunakan satu unit DG (3 MW, generator sinkron,pf=1). DG ditempatkan di berbagai tempat disepanjang feeder utama pada jaringan distribusi tegangan menengah berebentuk radial (Kalijudan), dengan gangguan hubung singkat di akhir feeder utama. Dari gambar 2 grafik menunjukkan penempatan DG berpengaruh besar dalam identifikasi lokasi gangguan antar fasa. Pada saat gangguan hubung singkat antar fasa dan DG terhubung di akhir feeder, error hasil perhitungan kecil ini disebabkan beban di akhir feeder mampu mengimbangi akibat penambahan DG. Pada saat lokasi DG semakin dekat dengan substation atau semakin jauh sebelum lokasi gangguan maka error-nya semakin besar ini disebabkan penambahan DG lebih dominan dari pada beban. Error (meter) 16 14 12 1 8 6 4 2-2 1 2 3 4 5 6 Lokasi DG (meter) Gambar 2 Grafik error akibat Penempatan DG Difeeder Utama Gambar 2 menunjukkan error terbesar ketika DG dihubungkan pada jarak 1-1 meter dan error terkecil terletak di akhir feeder 35-488 meter dari substation dengan gangguan hubung singkat antar fasa di akhir feeder utama. Gambar 3 adalah grafik identifikasi lokasi gangguan antar fasa pada saat terhubung satu unit DG (3 MW, pf=1, generator sinkron). DG terhubung di tengah feeder utama (2262.1 meter dari substation) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. error (meter) 12 1 8 6 4 2-2 1 2 3 4 5 6-4 Gambar 3 Grafik Identifikasi Lokasi Gangguan Terhubung 1 DG Sebelum Dikompensasi Dari gambar 3 grafik menunjukkan bahwa DG mengakibatkan error postip, yaitu 2-488 meter dan

error negatip terletak dibagian awal antara substation dan titik hubung DG yaitu 1-2 meter. Hal tersebut menunjukkan bahwa error positip lebih dominan akibat terhubungnya DG. b. Dua unit DG Gambar 4 menunjukkan hasil dari perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa dengan feeder JTM (kaljudan) terhubung dua unit DG (setiap unit-nya berkapasitas 1,5 MW, pf=1, generator sinkron) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari total panjang feeder utama) dari substation sementara DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari total panjang feeder utama). Error (meter) 12 1 8 6 4 2-2 1 2 3 4 5 6-4 Gambar 4 Grafik Identifikasi Lokasi Gangguan Terhubung 2 DG. Dari gambar 4 grafik hasil perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa dengan JTM terhubung dua unit DG menghasilkan error yang lebih besar dari pada terhubung dengan satu unit DG. Error positip terletak di bagian feeder setelah DG terhubung yaitu antara sekitar 1-488 meter. c. Tiga unit DG Gambar 5 adalah grafik dari hasil perhitungan identifikasi lokasi gangguan hubung singkat antar fasa pada feeder distribusi JTM dengan terhubung 3 unit DG dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. Setiap unit-nya berkapasitas 1 MW, pf=1, generator sinkron. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang ketiga terhubung di akhir feeder utama. error (meter) 8 7 6 5 4 3 2 1-1 1 2 3 4 5 6-2 lokasi gangguan (meter) Gambar 5 Grafik Identifikasi Lokasi Gangguan Terhubung 3 DG Dari gambar grafik 5 terhubungnya 3 unit DG mengakibatkan error positip terletak disepanjang feeder. Semakin jauh lokasi gangguan maka semakin besar error yang dihasilkan. Error positip mulai dari jarak 1 meter dari substation sampai akhir feeder. IV. Kompensai Pertama Metode kompensasi pertama yaitu menghitung jarak lokasi gangguan antar fasa, setelah mengukur tegangan dan arus pada substation saat sebelum terjadi gangguan dan setelah terjadi gangguan dengan menggunakan model aliran daya beban statis[4] Beban dimodelkan menggunakan standard model beban statis (2). (2) S, P, Q : Daya nyata, aktif, dan reaktif. : Faktor eksponensial daya aktif, set 1 (karakteiristik ketetapan arus). : Faktor eksponensial daya reaktif, set 2 (karakteiristik ketetapan impedansi). Kompensasi pertama yaitu dari persamaan model beban statis (2) digunakan untuk menghitung aliran daya ke dalam bentuk beban ekivalen ( )..,,, (3) Dimana: = Aliran daya nyata, setelah DG terhubung dengan JTM (KVA)

= Perhitungan jarak dari substation ke lokasi gangguan (Km).. = Daya aktif di-substation sebelum gangguan (KW)., = Daya reaktif di-substation sebelum gangguan (KVAR). = Tegangan di-substation saat gangguan, = Tegangan di-substation sebelum gangguan = Faktor eksponensial daya aktif, set 1 (karakteiristik ketetapan arus) = Faktor eksponensial daya reaktif, set 2 (karakteiristik ketetapan impedansi). Kompensasi yang pertama yaitu menggunakan perhitungan lokasi gangguan sebelum terhubung DG ( ), dikarenakan persamaan (1) yang harus dikompensasi. Setengah dari jarak terjauh adalah letak DG ditempatkan. Dengan menggunakan persamaan (4), arus dari aliran daya setelah dikompensasi dapat ditemukan. maka didapat: S =V I* (4)., (5),, Setelah arus didapat dengan menggunakan persamaan (5), maka impedansi identifikasi lokasi gangguan antar fasa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (6) Dimana:. = (6) = Arus setelah DG terhubung (KA). = Impedansi baru hasil perhitungan kompensasi pertama (ohm/km) Setelah nilai impedansi kompensasi pertama pada saat gangguan didapat, maka jarak identifikasi lokasi gangguan antar fasa dengan metode kompensasi pertama dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7).. =. (7). = Perhitungan lokasi gangguan hubung singkat dengan menggunakan kompensasi pertama (Km) Teori perhitungan lokasi gangguan setelah terhubung DG menggunakan kompensasi pertama dilakukan tiga tahap yaitu JTM (Kalijudan) dihubungkan satu,dua dan tiga unit DG secara berturutturut. a. Satu DG unit Gambar 6 menunjukkan hasil dari perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa setelah terhubung satu unit DG dengan menggunakan metode kompensasi Pertama. DG (3 MW, pf=1, generator sinkron) ditempatkan di tengah feeder utama pada jaringan distribusi tegangan menengah berebentuk radial (Kalijudan) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama.. Error (meter) 25 2 15 1 5 Tanpa.Komp Komp.1 1 2 3 4 5 6-5 Jarak Gangguan (meter) Gambar 6 Grafik Perbandingan Kompensasi 1 (1 DG) Dan Tanpa Kompensasi Dari gambar 6 grafik menunjukkan bahwa kompensasi pertama kurang efektif untuk mengurangi error dalam menentukan lokasi gangguan antar fasa. Error semakin besar dibagian feeder setelah titik hubung DG. Tapi kompensasi yang pertama dapat mengurangi error negatip yang disebabkan oleh beban dimana di bagian feeder sebelum titik hubung DG. b. Dua unit DG Gambar 7 menunjukkan hasil dari perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa setelah terhubung dua unit DG (setiap DG membangkitkan 1,5 MW, pf=1, generator sinkron) dengan menggunakan metode kompensasi Pertama. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari total panjang feeder utama) dari substation sementara DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari total panjang feeder utama) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama.

Error (meter) 25 2 15 1 5-5 Komp.1 Tanpa Komp. 1 2 3 4 5 6 Gambar 7 Grafik Perbandingan Kompensasi 1 (2 DG) Dan Tanpa Kompensasi Dari gambar 7 menunjukkan kesamaan dengan hanya terhubung dengan satu unit DG, kompensasi pertama juga kurang efektif untuk mengurangi error dalam menentukan lokasi gangguan antar fasa saat terhubung dengan dua unit DG. Dari gambar 8 menunjukkan kesamaan seperti terhubung dengan satu dan dua unit DG bahwa kompensasi pertama kurang efektif untuk mengurangi error dalam menentukan lokasi gangguan antar fasa. Error semakin besar ketika jarak gangguan semakin jauh. Error positip dimulai dari 12 meter sampai akhir feeder utama. V. Kompensasi kedua Metode kompensasi yang kedua yaitu Menghitung jarak lokasi gangguan, setelah mengukur tegangan dan arus pada substation dan titik DG terhubung feeder saat sebelum terjadi gangguan dan setelah terjadi gangguan dengan menggunakan model aliran daya beban statis model[5]. Rangkaian model penyederhanaan feeder digunakan untuk mempermudah dalam menganalisa dalam menggunakan kompensasi kedua. Gambar 9 adalah model penyederhanaan tersebut. c. Tiga unit DG Gambar 8 adalah grafik dari hasil perhitungan identifikasi lokasi gangguan hubung singkat antar fasa pada feeder distribusi JTM dengan terhubung 3 unit DG dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. Setiap unit-nya berkapasitas 1 MW, pf=1, generator sinkron. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang ketiga terhubung di akhir feeder utama. Gambar 9 Representasi model penyederhanaan JTM Untuk menghitung lokasi gangguan hubung singkat antar fasa dengan menggunakan kompensasi kedua harus mengetahui nilai arus yang mengalir kebeban saat terjadi hubung singkat. Nilai daya yang diserap oleh beban sebelum terjadi gangguan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9 atau diukur. 2 kompensasi 1 tanpa kompensasi (8) error (meter) 15 1 5 1 2 3 4 5 6-5 Gambar 8 Grafik Perbandingann Kompensasi 1 Dan Tanpa Kompensasi Terhubung Tiga Unit DG = Tegangan DG sebelum terjadi gangguan hubung singkat = Tegangan di-substation sebelum terjadi gangguan hubung singkat = Impedansi sebelum titik hubung DG (ohm/km) = Daya yang menuju kebeban sebelum titk hubung DG (KVA) = Tegangan di-substation sebelum hubung singkat Setelah daya yang diserap beban diketahui maka nilai arus saat terjadi gangguan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (9)

Maka didapat:, (9) =,, (1) Dimana: = Arus yang mengalir kebeban saat hubung singkat (KA), = Daya yang mengalir kebeban sebelum hubung singkat = Tegangan di-substation saat hubung singkat = Tegangan di-substation sebelum hubung singkat, = Daya aktif yang mengalir kebeban sebelum hubung singkat, = Daya reaktif yang mengalir kebeban sebelum hubung singkat (KVAR) = Faktor eksponensial daya aktif, set 1 (karakteiristik ketetapan arus). = Faktor eksponensial daya reaktif, set 2 (karakteiristik ketetapan impedansi). Setelah nilai arus yang mengalir kebeban pada saat terjadi hubung singkat antar fasa diketahui maka kompensasi yang kedua dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (11). Im. (11). = Perhitungan jarak lokasi hubung singkat dari substation menggunakan kompensasi kedua (Km) = Tegangan phase B di-substation saat terjadi hubung singkat = Tegangan phase C di-substation saat terjadi hubung singkat = Arus phase B di-substation saat terjadi hubung singkat (KA) = Arus phase B kebeban saat terjadi hubung singkat (KA) = Arus phase B di titik hubung DG saat terjadi hubung singkat (KA) = Arus phase C di-substation saat terjadi hubung singkat (KA) = Arus phase C kebeban saat terjadi hubung singkat (KA) = Arus phase C di titik hubung DG saat terjadi hubung singkat (KA) = Reaktansi per unit (ohm/km) Teori perhitungan lokasi gangguan setelah terhubung DG menggunakan kompensasi kedua dilakukan tiga tahap yaitu JTM (Kalijudan) dihubungkan satu,dua dan tiga unit DG secara berturutturut a. Satu DG unit Gambar 1 menunjukkan hasil dari perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa setelah terhubung satu unit DG dengan menggunakan metode kompensasi Kedua. DG (3 MW, pf=1, generator sinkron) ditempatkan di tengah feeder utama pada jaringan distribusi tegangan menengah berebentuk radial (Kalijudan) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. error(meter) 15 1 5-5 1 2 3 4 5 6-1 Gambar 1 Grafik Perbandingan Kompensasi 2 (1 DG Unit) Dan Tanpa Kompensasi Dari gambar 1 grafik menunjukkan bahwa kompensasi kedua kurang efektif untuk mengurangi error dalam menentukan lokasi gangguan antar fasa terhubung satu unit DG. Error semakin besar dibagian feeder antar 4-5 meter, tapi cukup efektif antara 3-4 meter. Error negatip yaitu antara 1-3 meter sementara error positip antara 3-48 meter b. Dua unit DG Gambar 11 menunjukkan hasil dari perhitungan identifikasi lokasi gangguan antar fasa setelah terhubung dua unit DG (setiap DG membangkitkan 1,5 MW, pf=1, generator sinkron) dengan menggunakan metode kompensasi Kedua. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari total panjang feeder utama) dari substation sementara DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari total

panjang feeder utama) dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. error (meter) 12 1 8 6 4 2-2 -4-6 Komp.2 1 2 3 4 5 6 Gambar 11 Grafik Perbandingan Kompensasi 2 (2 DG Unit) Dengan Tanpa Kompensasi Dari gambar 11 menunjukkan bahwa kompensasi kedua efektif dengan menggunakan dua DG yang dipisah. Error yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan sebelum dikompensasi. Error kecil dibandingkan tanpa kompensasi terletak 18-42 meter dari substation, dan error besar terletak dibagian 1-12 meter dari substation. c. Tiga unit DG Tanpa Komp. Gambar 12 adalah grafik dari hasil perhitungan identifikasi lokasi gangguan hubung singkat antar fasa pada feeder distribusi JTM dengan terhubung 3 unit DG (setiap unit-nya berkapasitas 1 MW, pf=1, generator sinkron) dengan kompensasi kedua. DG yang pertama terhubung pada jarak 1217,85 meter (1/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang kedua 3486,5 meter (2/3 dari panjang feeder utama) dari substation, DG yang ketiga terhubung di akhir feeder utama dan lokasi gangguan terjadi di titik yang bervariasi di sepanjang feeder utama. Error (meter) 8 6 4 2-2 -4 kompensasi 2 tanpa kompensasi 1 2 3 4 5 6-6 Gambar 12 Grafik Perbandingan Kompensasi 2 (3DG) Dan Tanpa Kompensasi. Dari gambar 12 menunjukkan bahwa kompensasi yang kedua sangat efektif dalam mengurangi error untuk menentukan lokasi gangguan antar fasa yang terhubung tiga unit DG. Error kecil dibandingkan tanpa kompensasi terdapat di bagian 18-488 meter, dan lebih besar terletak di 18 meter dari substation (sebelum titik DG yang pertama). Dari gambar 12 menunjukan error negatip lebih dominan terhadap error positip. VI. KESIMPULAN Berdasarkan hasil simulasi dan analisa data yang dilakukan dalam tugas akhir ini, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum terhubungnya unit DG pada feeder JTM didaerah Kalijudan, identifikasi lokasi gangguan hubung singkat mengalami kesalahan dalam memperhitungkan lokasi gangguan. Error terbesar di awal feeder utama yaitu antara 1-15 meter dari substation sedangkan error terkecil terletak di akhir feeder utama yaitu antara 3-49 meter dari substation. 2. Penempatan DG mempunyai pengaruh dalam identifikasi lokasi gangguan hubung singkat. Simulasi dilakukan dengan menghubungkan satu unit DG (3MW) disepanjang feeder utama secara bergantian dengan hubung singkat di akhir feeder utama (49 meter dari substation). Error terbesar terletak pada saat DG ditempatkan di bagian awal feeder utama (1-2 meter dari substation), dan error terkecil pada saat DG hubungkan di akhir feeder utama (4-49 dari substation).

3. Hasil dari kompensasi pertama kurang efektif digunakan di-feeder pendek (Kalijudan) untuk mengurangi error yang diakibatakan terhubungnya unit DG dalam identifikasi lokasi gangguan antar fasa. Error semakin besar dibagian setelah titik hubung DG. Hasil yang sama ketika feeder di hubungkan dengan satu, dua, dan tiga unit DG. 4. Hasil dari kompensasi yang kedua kurang efektif digunakan di-feeder pendek (Kalijudan) yang terhubung dengan satu unit DG. Error masih cukup besar dibandingkan tanpa dikompensasi dibagian sebelum titik hubung DG yaitu antara1-2 meter dari substation dan setelah titik hubung DG antara 4-48 meter dari substation. Sementara error lebih kecil hanya didaerah setelah titik hubung DG yaitu antara 3-4 meter dari substation. 5. Kompensasi kedua efektif ketika digunakan pada saat feeder Kalijudan terhubung dengan dua dan tiga unit DG. Error terbesar terletak sebelum titik hubung DG yang pertama yaitu antara 1-1 meter dari substation dengan dua unit DG, dan 1-15 meter dari substation dengan tiga unit DG. Sedangkan error terkecil terletak antara 1-45 meter dari substation dengan dua unit DG dan antara 15-49 meter dari substation dengan tiga unit DG 6. Kompensasi kedua dengan 3 unit DG menghasilkan rata-rata error terkecil dibandingkan dengan hasil dari simulasi dan perhitungan tugas akhir ini yang sudah dikerjakan. 7. Penambahan unit DG dengan kompensasi kedua membuat perhitungan dalam mengidentifikasi lokasi hubung singkat semakin akurat, akan tetapi penambahan unit DG mengakibatkan semakin besar biaya yang dibutuhkan. 8. Semakin panjang feeder JTM yang digunakan maka semakin efektif kegunaan dari mengidentifikasi lokasi gangguan antar fasa. VII. SARAN Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dan pengembangan metode ini adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan JTM yang tepat berpengaruh terhadap target yang ingin dicapai. 2. Kegunaan dari mengidentifikasi lokasi gangguan antar fasa dengan metode ini akan lebih manfaat jika JTM yang digunakan memiliki feeder panjang. DAFTAR PUSTAKA [1] GE Corporate Research and Development Niskayuna, DG Power Quality, Protection and Reliability Case Studies Report, Renewable Energy Laboratory National New York, August 23. [2] Penangsang, Ontoseno. Diktat Kuliah Analisis Sistem Tenaga Listrik 1 & 2. Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [3] N. Mithulananthan, M. M. A. Salama, C. A. Can izares and J. Reeve, Distribution system voltage regulation and var compensation for different static load models, Department of Electrical and Computer Engineering, University of Waterloo, Waterloo, Canada. [4] J. Marvik, H. K. Høidalen, A. Petterteig, Evaluation of simple fault location on a feeder with DG, using fundamental frequency components, NORDAC, Norway, Sept. 28 [5] J. Marvik, H. K. Høidalen, A. Petterteig, Localization of Phase-to-Phase Faults on a Medium Voltage Feeder with Distributed Generation, International Conference on Power Systems Transients (IPST29) in Kyoto, Japan June 3-6, 29 RIWAYAT HIDUP Anggik Riezka Apriyanto dilahirkan di kota Bangsalsari Jember, 23 Desember 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Isnu Handi Purwanto dan Karyawati. Penulis memulai karir akademisnya di TK ABA Bangsalsari, Jember dan SDN 3 Bangsalsari, Jember hingga lulus tahun 1999. Setelah itu penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 1 Bangsalsari, Jember. Tahun 22 penulis diterima sebagai siswa SMU Negeri 1 Rambipuji, Jember hingga lulus tahun 25. Penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma Teknik Elektro ITS dan lulus pada tahun 28, kemudian melanjutkan pendidikan program Sarjana di Jurusan Teknik elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga..