BAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

GUBERNUR SULAWESI UTARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.07/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersa

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka. perwujudan amanat Undang Undang Dasar 1945 tersebut dan mendukung

BAB V PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh presiden sebagai pemegang kekuasaan

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Peran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Dpemerintahan terkecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

DINAMIKA PENGELOLAAN DANA TRANSFER DAN PINJAMAN DAERAH

No kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas

PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 37 TAHUN 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, politik bahkan juga ideologi. Secara umum kondisi kemiskinan tersebut ditandai oleh: kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi dan kebutuhannya. Akibat kemiskinan antara lain: secara sosial ekonomi dapat menjadi beban masyarakat; rendahnya kualitas dan produktivitas masyarakat; rendahnya partisipasi masyarakat; menurunnya ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, kemungkinan merosotnya mutu generasi di masa datang. Berbagai negara mempunyai komitmen kuat untuk memerangi kemiskinan, yang dirumuskan dalam tujuan utama pembangunan abad milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Hal ini perlu diperhatikan, mengingat berbagai program penanggulangan kemiskinan yang tejadi di masa lalu belum dapat menyetuh secara radikal tentang bagaimana wabah kemiskinan tersebut dapat ditumpas. Di dalam MDGs ada 8 (delapan) tujuan yang menjadi pembahasan yaitu: 1) Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; 2) Menyediakan pelayanan pendidikan dasar untuk semua; 3)

Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4) Menurunkan angka kematian anak; 5) Meningkatkan kesehatan ibu; 6) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; 7) Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup; 8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan 1. Apa yang tercantum dalam MDGs sudah sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Mukadimah/Pembukaan UUD 1945, yang menyatakan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dengan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial tersebut adalah tertuang dalam bentuk berbagai perundangan-undangan maupun peraturan lain yang mendukung tercapainya tujuan berdirinya Negara Indonesia. Terkait dengan upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat maka melalui hubungan pusat dan daerah yang di atur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan peranserta dan partisipasi 2. Penjabaran dari tujuan 1 www.undp.or.id 2 Pembukaan UUD 1945 2

masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kemampuan Pemerintah Daerah maka daerah diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai permasalahan pengembangan kapasitas dilihat dari tiga tingkatan (sistem, kelembagaan, individu) dan empat tema (good governance, Perencanaan Pembangunan dan Ekonomi, Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan, Manajemen Keuangan dan Penganggaran). Langkah-langkah tersebut sebetulnya sudah dilaksanakan dari tahun ke tahun, baik itu melalui program-program pengentasan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat maupun peningkatan kualitas aparat pemerintah. Namun demikian, upaya tersebut masih jauh dari yang kita harapkan bersama mengingat tantangan dan kendala yang dihadapi dalam mensejahterakan masyarakat masih sangat besar. Disamping itu, faktor rendahnya kemampuan sumber daya manusia, geografis, dan keterbatasanketerbatasan lainnya juga menjadi penghambat pencapaian tujuan. Salah satu faktor keterbatasan pembangunan di Indonesia terutama dalam pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan adalah masih masih terbatasnya sumber pembiayaan dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan masih tergantungnya pembiayaan pembangunan Indonesia pada hutang luar negeri. Salah satu program yang dijalankan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (disingkat PNPM MANDIRI) pada hakekatnya adalah gerakan nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program 3

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdapat komponen penting yang menjadikan program bisa berjalan dengan baik yaitu: Bantuan Langsung Masyarakat (Community Block Grants). Bantuan Langsung Masyarakat merupakan pengalokasian dana langsung kepada masyarakat yang disalurkan oleh Pemerintah melalui Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat. Pemberian bantuan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan mekanisme bantuan dana BLM tidak bisa lepas dari kemampuan Pemerintah dalam menyediakan anggaran. Dengan besaran dana BLM per kecamatan pada tahun 2011, antara 450 juta 3 milyar yang tersebar di 5.020 kecamatan, 393 kabupaten/kota, di 32 provinsi yang berasal dari Pemerintah Indonesia. Hal ini termuat di salah satu perjanjian pinjaman terkait PNPM Mandiri Perdesaan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan International Bank Recontruction and Develepoment No. 8079-ID dan No 8217-ID yang menyebutkan bahwa pinjaman tersebut disetujui untuk menambah keuangan dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Disamping itu, dalam loan agreement disebutkan bahwa ada 4 kategori pinjaman yang digunakan yaitu: a. Blok Grants; b. Facilitation Support; c. Goods, Consultan Services, Training, Wokrshop; d. Incremental Cost 3. Terkait dengan block grants maka jelas disebutkan bahwa pemerintah RI melakukan pinjaman untuk 3 Loan Agreement Number No. 8079-ID dan No 8217-ID between Republic of Indonesia and International Bank Reconstruction and Development 4

penanggulangan kemiskinan melalui pemberian block grant (hibah) kepada masyarakat. Mekanisme penyaluran dana kepada masyarakat diatur dalam Project Manual/Petunjuk Teknis Operasional yang disepakati dua belah pihak dan menjadi bagian dari perjanjian pinjaman. Terkait dengan perjanjian antara Pemerintah dengan Bank Dunia, maka jika dilihat dari Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara terutama pasal 22 yang mengamanatkan Pemerintah Pusat dapat memberikan hibah dan atau pinjaman kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya. Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah maka pada Undangundang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah pada pasal 43 sampai dengan 46 juga diamanatkan tentang hibah kepada daerah. PNPM Mandiri Perdesaan menjadi faktor yang menarik untuk dikaji mengingat pengalokasian dana kepada masyarakat secara langsung sesuai dengan perjanjian pinjaman akan tetapi menggunakan mekanisme penganggaran melalui Pemerintah Daerah sampai saat ini masih menimbukan beberapa tafsir yang berbeda dari berbagai pihak terkait melaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Pengertian Hibah pada PNPM-MPd sedikit berbeda Hibah pada KUH Perdata, Hibah disini dapat dipandang sebagai Community Grant yaitu Hibah dari Pemerintah langsung kepada masyarakat, beberapa peraturan hibah yang ada antara lain adalah Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan atau Penerimaan Hibah serta Penerusan 5

Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri. Regulasi yang terdapat dalam peraturan tersebut hanya mengatur pinjaman dan atau hibah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah atau sebaliknya. Ketentuan tentang dana hibah atau BLM yang ada di PNPM Mandiri Perdesaan diatur melalui PMK Nomor 168 tahun 2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan telah menyebutkan bahwa dana APBN yang disalurkan lewat PNPM Mandiri adalah Dana Urusan Bersama, sedangkan kontribusi dari APBD disebut Dana Daerah untuk Urusan Bersama. Penyebutan DUB dan DDUB dalam pengertian keuangan negara dengan dikeluarkannya ketentuan tersebut dapat dibenarkan. Akan tetapi hal ini tidak merubah dari sifat pendanaan yang bersumber dari pinjaman. Dengan demikian ketentuan tentang hibah kepada masyarakat belum secara jelas tertuang dalam aturan mengenai pinjaman dan atau hibah kepada masyarakat. Permasalahan lain yang timbul adalah ketika peraturan yang tertuang pada Undang Undang no 15 tahun 2007 tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara melakukan pemeriksaan terhadap dana hibah/blm yang sudah dihibahkan kepada masyarakat. Hal ini perlu untuk segera dijernihkan baik pada dasar legalitasnya maupun aturan lain yang menjadi payung pemberiah hibah kepada masyarakat. Hibah yang ada di PNPM Mandiri Perdesaan terutama untuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) berasal dari dana pinjaman luar negeri dan 6

menggunakan tata cara yang disepakati antara kedua belah pihak. Kementrian Keuangan dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat menggunakan mekanisme akun dengan bentuk Belanja Sosial apakah hal ini dapat masuk kategori hibah dari pemerintah pusat ke masyarakat melalui pemerintah daerah? Karena jika DDUB dianggap sebagai peraturan baru dalam penyaluran dana BLM khususnya untuk PNPM Mandiri, maka tanggung jawab pelaksana program khususnya yang berkaitan dengan aspek legal keuangan terletak di tangan Pemerintah Pusat atau daerah sedangkan Pemerintah Daerah hanya sebagai penyalur dari pinjaman serta keikutsertaan dalam DDUB menggunakan ketentuan pertanggungjawaban yang terpisah. Atas dasar hal tersebut menjadi kendala ketika dana BLM yang disalurkan oleh Pemerintah kepada masyarakat apakah tetap menjadi bagian dari keuangan negara yang wajib diaudit? Atau dilepas begitu saja ketika uang sudah diserahkan masyarakat untuk dilaksanakan sesuai petunjuk teknis, dan mendapat pendampingan dari para konsultan/fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan? 2. Perumusan Masalah 2.1 Bagaimana hibah kepada masyarakat melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dalam PNPM Mandiri Perdesaan dilihat dari perundang-undangan di Indonesia? 2.2 Bagaimana status dana BLM yang sudah dihibahkan kepada masyarakat, sehingga masih menjadi bagian pemeriksaan oleh lembaga pemeriksa? 7

3. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kajian pemberian hibah kepada masyarkat dalam PNPM Mandiri Perdesaan belum pernah dilakukan. Akan tetapi, penelitian tentang keuntungan akan adanya BLM sudah beberapa yang melakukan. Penelitian ini lebih meninjau aspek legalitas pemberiah hibah serta pemeriksaan terhadap dana yang sudah dihibahkan kepada masyarakat. 4. Tujuan Penelitian 4.1 Sebagai kajian hukum atas peraturan perundang-undangan terkait pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada masyarakat di Indonesia; 4.2 Sebagai rekomendasi bagi para pihak yang terlibat dalam programprogram pemberian dana BLM kepada masyarakat; 4.3 Sebagai syarat menyelesaikan Studi Pascasarjana Hukum Bisnis. 5. Manfaat Penelitian 5.1 Penelitian ini memberikan faedah terhadap kondisi perundangperundangan di Indonesia terutama menyangkut penyediaan anggaran pembangunan yang langsung untuk masyarakat; 5.2 Penelitian ini memberikan manfaat secara aplikatif kepada para penyusun program-program yang memberikan BLM serta memberikan masukan terhadap pemeriksa program pembangunan. 8