Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

Bab 3 Parameter Simulasi

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI DAN SIMULASI PROTOKOL AODV DENGAN PROTOKOL DSDV PADA MANET DENGAN MENGGUNAKAN NS-2 PROPOSAL TUGAS AKHIR

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS

BAB 4 PEMBAHASAN. penelitian sebelumnya, hasil tersebut kemudian dianalisis, dimana hasil dari analisis

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Analisis Perbandingan Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing Protocol Pada Mobile Ad Hoc Network

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN... vi. ABSTRACT... ix. INTISARI... x. DAFTAR ISI... xi. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DAN GEOGRAPHIC ROUTING PROTOCOL (GRP) PADA MOBILE AD HOC NETWORK (MANET)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbandingan Performasi Protokol Routing AODV Dan DSR Pada Mobile Ad-Hoc Network (MANET)

SIMULASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL AODV & DSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET)

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR) DAN ZRP (ZONE ROUTING PROTOCOL) PADA MOBILE AD HOC NETWORK (MANET)

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI. routing, dan pengujian terhadap parameter-parameter QoS, serta hasil analisis

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

IMPLEMENTASI MODEL ROUTING AD HOC DENGAN ALGHORITMA PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VEKTOR ) MENGGUNAKAN PROGRAM NETWORK SIMULATOR (NS2)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 4, NO. 1, MARET 2013: 5-10

Implementasi Kolaborasi Node Pada Sistem Komunikasi Ad Hoc Multihop Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV DAN DSDV PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. keputusan krusial seperti transaksi perbankan, perdagangan dll.

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS VIDEO STREAMING DENGAN PROTOKOL ROUTING OLSR DAN AODV PADA MOBILE ADHOC NETWORK SKRIPSI ANGGARDA SANJAYA NIM.

ANALISIS KINERJA PROTOKOL DESTINATION-SEQUENCED DISTANCE-VECTOR (DSDV) PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS LAYANAN VOIP PADA JARINGAN MANET DENGAN CODEC YANG BERBEDA

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Protokol Routing OSPF dan EIGRP Untuk Aplikasi VoIP Pada Topologi Jaringan Mesh

Journal of Control and Network Systems

Widianto Wahyu Perdana¹, Rendy Munadi ², Yudha Purwanto³. ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN. Gambar 3.1. Model Jaringan Kabel (Wired)

ANALISA KINERJA MANET (Mobile Ad Hoc Network) PADA LAYANAN VIDEO CONFERENCE DENGAN RESOLUSI YANG BERBEDA

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

OPTIMASI CROSS LAYER UNTUK PROTOKOL DYNAMIC SOURCE ROUTING PADA KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN BERBASIS VEHICULAR AD-HOC NETWORKS (VANETs)

Analisis Perbandingan Dampak Serangan Black Hole pada Peformansi Protokol Routing OLSR dan AODV di Jaringan Wireless Mesh Network

PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) DENGAN SUMBER TRAFIK CBR, PARETO DAN EXPONENTIAL

KINERJA ROUTING FISHEYE STATE ROUTING (FSR) PADA JARINGAN WPAN (ZIGBEE) TOPOLOGI MESH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI KINERJA MEKANISME KEAMANAN WATCHDOG ROUTING PROTOCOL AODV TERHADAP SERANGAN BLACK HOLE PADA MANET SKRIPSI. Oleh :

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

Rancangan Mobile Ad-Hoc Networks untuk Solusi Jaringan Komunikasi Antar Armada Bergerak menggunakan Simulasi NS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

Transkripsi:

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2626-2636 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector () dan Fisheye State Routing () pada Mobile Ad Hoc Network Desy Ulina Purba 1, Rakhmadhany Primananda 2, Kasyful Amron 3 Program Studi Teknik Informatika, Email : 1 desy_upurba@yahoo.com, 2 rakhmadhany@ub.ac.id, 3 kasyful@ub.ac.id Abstrak Pengembangan dari teknologi jaringan ad-hoc adalah Mobile Ad-Hoc Network (MANET). MANET terbentuk dari kumpulan node yang menggunakan antarmuka nirkabel untuk dapat melakukan komunikasi antara satu node dengan node lainnya. Setiap node memiliki kedudukan yang sama, sehingga diperlukan adanya routing protokol yang mampu meng-cover pertukaran data untuk dapat memberikan jalur routing secara optimal. Dalam penelitian ini, protokol routing yang digunakan yaitu dan. Protokol routing membentuk sebuah rute dari satu node sumber ke node tujuan berdasarkan pada permintaan node sumber tersebut. Protokol routing, setiap node menyimpan tabel yang berisi informasi rute pada setiap node yang diketahuinya, informasi rute akan diperbaharui secara berkala jika terjadi perubahan link. Parameter kinerja routing protokol yang diukur berupa packet delivery ratio, end to end delay, throughput dan packet loss dengan menggunakan Network Simulator 2.35. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah protokol routing unggul pada nilai parameter throughput dengan nilai rata-rata 108.435 kbps dan end to end delay dengan nilai rata-rata 16.06575 m/s. Protokol, unggul pada nilai packet delivery ratio dengan nilai rata-rata 98.95 % dan packet loss dengan nilai rata-rata 1.05 %. Routing protokol dan protokol memiliki tingkat keunggulan masing-masing pada setiap protokol berdasarkan nilai kinerja Quality of Service (QoS) terhadap penambahan node dan variasi ukuran paket data. Kata Kunci : MANET,,, throughput, end to end delay, packet delivery ratio, packet loss, Network Simulator 2.35 Abstract The development of ad-hoc network technology is Mobile Ad-Hoc Network (MANET). MANET is formed from a collection of nodes that use wireless interfaces to be able to communicate between nodes with other nodes. Each node has the same position, so it takes a routing protocol that able to cover the exchange of data to be able to provide an optimal routing path. In this research, routing protocols used are and. routing protocol establishes a route from one source node to the destination node based on the request of the source node. routing protocol, each node stores a table containing route information on each node that it knows, route information will be updated regularly in case of link changes. Parameters of routing protocol performance measured in the form of packet delivery ratio, end to end delay, throughput and packet loss using Network Simulator 2.35. The results obtained in this research are protocols best at the value of throughput parameters with an average value of 108,435 kbps and end to end delay with an average value of 16.06575 m/s. protocol, best at the value of packet delivery ratio with an average value of 98.95 % and packet loss with an average value of 1.05 %. protocol routing and protocols have their respective advantages over each protocol based on Quality of Service (QoS) performance values on the addition of nodes and packet size variations. Keywords : MANET,,, throughput, end to end delay, packet delivery ratio, packet loss, Network Simulator 2.35 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 2626

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2627 1. PENDAHULUAN Routing merupakan sebuah proses pemindahan informasi untuk menentukan jalur terbaik dari host sumber menuju host tujuan melalui sebuah jaringan. Sedangkan protokol merupakan seperangkat aturan antara perangkat komputer untuk dapat saling bertukar informasi melalui media jaringan. Sehingga routing protokol diperlukan untuk mengatur bagaimana cara router agar dapat berkomunikasi antara satu dengan lainnya dalam menyebarkan informasi, yang memungkinkan router untuk memilih rute pada jaringan komputer. Pada umumnya routing protokol digunakan untuk jaringan ad hoc. Pengembangan dari teknologi jaringan ad hoc adalah Mobile Ad-Hoc Network (MANET). MANET merupakan sekumpulan titik node yang menggunakan antarmuka nirkabel untuk dapat melakukan pertukaran informasi antara suatu node dengan node yang lain (Fitri, 2014). Setiap node dapat dijadikan suatu host ataupun router, dimana node tersebut mampu meneruskan paket data menuju node berikutnya. Protokol routing memiliki kemampuan dapat melewati banyak node (multihop), agar setiap node dapat berkomunikasi dengan node yang berada diluar jangkauannya (Olivia, 2012). Keterbatasan jangkauan dari interface jaringan nirkabel membuat satu node harus melakukan hop berulang kali untuk dapat saling berkomunikasi dengan node yang lain (Tanudjaya, 2016). Oleh karena itu diperlukan adanya routing protokol yang mampu meng-cover kebutuhan jaringan untuk dapat memberikan jalur routing secara optimal. Dalam penelitian ini akan dibahas dua routing protokol yang sifatnya Table Driven Routing Protokol (Proaktif) dan On- Demand Routing Protokol (Reaktif) pada jaringan MANET yaitu protokol routing dan. Protokol routing dan memiliki perbedaan cara kerja pada proses routing jaringan yang menyebabkan adanya perbedaan performansi untuk kedua protokol. Kedua routing protokol tersebut akan disimulasikan menggunakan Network Simulator versi 2.35. Hasil simulasi yang diuji dapat dijadikan sebagai gambaran performansi untuk mengetahui sejauh mana cara kerja yang dihasilkan dari protokol dan. 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1 MANET Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan sekumpulan titik perangkat nirkabel yang dinamis dan bersifat temporari. Setiap node yang berada dalam jaringan MANET bebas untuk bergerak ke segala arah dan node tersebut juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node lainnya. Pada mobile ad hoc network, terdapat beberapa keuntungan, beberapa di antaranya adalah (Neni, 2016) : a. Tidak memerlukan dukungan backbone infrastruktur, sehingga dapat dengan mudah diimplementasikan dan sangat berguna ketika infrastruktur tidak ada ataupun tidak dapat berfungsi lagi. b. Mobile node yang selalu bergerak atau dinamis dapat mengakses informasi secara real time ketika berhubungan dengan mobile node lainnya, sehingga pertukaran data dan pengambilan keputusan dapat segera dilakukan. c. Fleksibel, karena jaringan ini memang memiliki sifat yang sementara. d. Dapat direkonfigurasi dalam bermacam-macam topologi, baik untuk jumlah user kecil hingga jumlah user besar sesuai dengan aplikasi dan instalasi (scalability). 2.2 Pesan yang digunakan dalam protokol adalah Route Request (RREQ), Route Reply (RREP) dan Route Error (RERR). RREQ dan RREP merupakan route discovery, sedangkan RERR disebut juga sebagai route maintenance. Route discovery diinisiasi dengan menyebarkan Route Reply (RREP). Ketika RREP menjelajahi node, maka secara otomatis RREP akan melakukan setup path. Jika sebuah node menerima RREP, maka node tersebut akan mengirimkan RREP lagi menuju destination sequence number.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2628 Jika benar, maka node akan mengirimkan RREP (Gambar 1). Ketika RREP berjalan kembali menuju source melalui path yang telah di setup, RREP akan melakukan setup jalur ke depan dan melakukan update timeout. Gambar 1. Mekanisme Penemuan Rute untuk setiap paket data sesuai dengan tabel routing. Tabel routing selalu menggunakan informasi topologi yang terbaru. Pada saat melakukan update, pencarian rute dilakukan dalam ruang lingkup fisheye dan node yang berada di dalam ruang lingkup tidak akan kehilangan akurasinya. Pertukaran informasi node untuk update link state dengan node terdekat dikendalikan oleh parameter scope (jumlah hop), sedangkan update dengan node tetangga yang berada diluar scope dikendalikan oleh parameter TPU (Time Period of Update) (Imam Santoso, 2013). Dengan jumlah node yang semakin banyak, pesan update menghabiskan jumlah bandwidth yang besar karena dipengaruhi oleh periode update. Ruang lingkup dapat diartikan sebagai himpunan node yang dapat dilalui oleh jumlah hop tertentu (Gambar 3). Jika sebuah link ke hop berikutnya tidak dapat di deteksi dengan menggunakan metode penemuan rute, maka link tersebut akan diasumsikan putus dan Route Error (RERR) akan disebarkan ke node tetangganya (Gambar 2). Gambar 3. Ruang Lingkup 2.3 Gambar 2. Mekanisme Data dan Rute Error Fisheye State Routing () merupakan protokol proaktif dengan menggunakan pendekatan link state. Protokol melakukan optimasi algoritma link state dengan memakai pendekatan fisheye. Dengan menggunakan teknik tersebut, node-node akan dikelompokkan sesuai dengan jarak atau hopnya. Frekuensi pengiriman informasi routing yang berada dalam scope yang jauh akan lebih rendah dibandingkan dengan node yang berada dalam scope yang dekat. Rute Pendekatan fisheye menghasilkan update yang tepat dari node yang dekat, namun dapat menciptakan latency yang besar dari node yang jauh. Rute untuk node yang jauh menjadi lebih akurat ketika paket semakin dekat dengan tujuan (destination). 2.4 Network Simulator 2 Network Simulator 2 (NS-2) merupakan program simulasi jaringan yang bersifat open source. NS-2 dibangun dari 2 bahasa pemrograman, yaitu bahasa pemrograman C++ yang digunakan untuk event scheduler, protocol, network components, dan Tcl/OTcl yang merupakan bahasa pemrograman untuk menulis script simulas

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2629 Gambar 4. Komponen Pembangun NS-2 Komponen-komponen NS-2 padterdiri dari: 1. Tcl (Tool command language) 2. Otcl (Object Tcl) 3. TK (Tool Kit) 4. Tclcl 5. NS sebagai simulator. 6. NAM sebagai network animator 7. Pre-processing berfungsi untuk membangkitkan trafik dan topologi jaringan. 8. Post-processing merupakan analisa hasil simulasi yang ditampilkan pada file.tr dimana sebagian dari hasil simulasi tersebut dapat di filter menggunakan perintah awk. 2.5 Packet Delivery Ratio Packet Delivery Ratio merupakan perbandingan antara banyaknya jumlah paket yang diterima oleh node penerima dengan total paket yang dikirimkan dalam suatu periode waktu tertentu. PDR = Pr x 100 % (1) Ps 0 t T dimana : Pr = Paket yang diterima Ps = Paket yang dikirim T = Waktu simulasi (detik) t = Waktu pengambilan sampel (detik) 2.6 End to End Delay End to End Delay merupakan jumlah total waktu pengiriman paket dalam satu kali pengamatan. Satu kali simulasi dibagi dengan jumlah usaha pengiriman yang berhasil dalam satu kali pengamatan tersebut. Delay= n t received [i] t sent [i] i=0 jumlah paket yang dikitim dimana : treceived = Waktu ketika paket i dikirim tsent = Waktu ketika paket i diterima i = Nomor paket yang berhasil diterima 2.7 Throughput (2) Throughput merupakan banyaknya bytes yang diterima dalam selang waktu tertentu dengan satuan byte per second yang merupakan kondisi data rate sebenarnya dalam suatu jaringan. Besarnya selang waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil gambaran perilaku jaringan. T = Pr t x ukuran paket (3) dimana : Pr = Jumlah paket yang diterima T = Throughput t = Total waktu pengamatan 2.8 Packet Loss Packet loss merupakan suatu paket data yang hilang dari keseluruhan paket data yang dikirim selama proses pengiriman dari klien menuju ke server dan kembali lagi ke klien selama rentang waktu tersebut. Pada umumnya, packet loss terjadi dikarenakan buffer yang terbatas dan urutan paket yang salah. Loss = Ps Pr Ps dimana : Ps = Paket yang dikirim Pr = Paket yang diterima 2.9 Random Way Point x 100% (4) Pada pergerakan Random Way Point, node-node yang ada tersebar dan berjalan menuju arah yang acak (random). Model ini menyertakan pause time dalam pola pergerakannya dan node-node dalam suatu area, bergerak secara acak menuju tujuannya dengan distribusi kecepatan antara 0 hingga kecepatan maksimum tertentu (m/s). 2.10 Two Ray Ground Two Ray Ground merupakan model propagasi yang memodelkan perambatan sinyal pada media nirkabel, tidak hanya sebagai suatu saluran langsung (LOS) antara pemancar dan penerima, namun juga mengikutsertakan saluran pantulan permukaan perambatan sinyal antara pemancar dan penerima.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2631 3. METODOLOGI Alur metode penelitian yang dilakukan adalah seperti berikut : a. 20 node b. 30 node Gambar 6. Topologi Jaringan 20 Node c. 40 node Gambar 7. Topologi Jaringan 30 Node Gambar 5. Diagram Alir Penelitian 3.1 Perancangan Simulasi dilakukan dengan menggunakan NS-2 versi 2.35. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kinerja protokol dan berupa Packet Delivery Ratio (PDR), End to End Delay, Packet Loss, dan Throughput. Simulasi pertama dilakukan berdasarkan variasi jumlah node yang terdiri dari 20 node, 30 node, 40 node, 50 node. Topologi jaringan masing-masing variasi node ditunjukkan pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9. d. 50 node Gambar 8. Topologi Jaringan 40 Node Gambar 9. Topologi Jaringan 50 Node Perancangan topologi pada setiap skenario disusun sama, baik untuk protokol

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2632 routing dan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam membandingkan kinerja dari kedua protokol tersebut. Jenis mobilitas yang digunakan pada simulasi adalah Random Way Point. Setiap node secara independen memilih destination yang hendak dituju secara acak di dalam batasan jaringan dan bergerak menuju destination dengan kecepatan konstan yaitu 50 m/s. Selanjutnya, simulasi dijalankan berdasarkan variasi ukuran paket data sebesar 512 bytes dan 1024 bytes pada 20 node, 30 node, 40 node dan 50 node secara bergantian menggunakan protokol routing dan. Jenis trafik data yang digunakan adalah Constant Bit Rate (CBR) / UDP. Perancangan ukuran paket data pada setiap skenario disusun sama, baik untuk protokol routing dan. Ukuran paket data menunjukkan jumlah keseluruhan paket data yang ditransmisikan setiap detiknya. Beberapa tahapan utama yang dilakukan pada simulasi MANET menggunakan Network Simulator 2, diantaranya adalah : 1. Melakukan pengaturan parameter untuk simulasi Tabel 1. Parameter Simulasi Parameter Nilai Jumlah Node 20, 30, 40, 50 Jenis Protokol dan Simulator Network Simulator 2.35 Jenis mobilitas Random Way Point Model Propagasi Two Ray Ground Ukuran Paket 512 bytes, 1024 bytes Data Jenis Trafik CBR (Constant Bit Rate) Luas Area 1000 m x 1000 m Jaringan Kecepatan Node 50 m/s Waktu Simulasi 200 4. Pembuatan node Pembuatan node digunakan untuk membangkitkan node-node yang akan dijalankan. 5. Pembuatan aliran trafik data dan pembentukan koneksi Aliran trafik data dan pembentukan koneksi digunakan untuk menjalankan simulasi terhadap proses terjadinya pengiriman data dan penerimaan data dari node satu ke node lainnya dengan menggunakan Agent UDP sebagai pengirim dan CBR sebagai trafik generator untuk pembentukan koneksi agent UDP. 6. Mengakhiri simulasi Pada pembuatan simulasi, dilakukan pengaturan jadwal untuk dapat mengakhiri simulasi. Pengaturan jadwal dapat dilakukan dengan menetapkan waktu henti pada saat awal simulasi dan melakukan reset pada node agar dapat mengakhiri program. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini analisis performansi dilakukan pada Mobile Ad hoc Network (MANET) dengan melakukan perubahan pada dua parameter, yaitu jumlah variasi node dan ukuran paket data dengan memperhatikan link atau node dan paket data sebagai pembanding untuk menganalisis kinerja protokol routing. a. Analisis Performansi terhadap Jumlah Node Pada skenario pertama, untuk mengetahui performansi protokol terhadap beban jaringan, simulasi dijalankan dengan variasi jumlah node sebanyak 20 node, 30 node, 40 node, 50 node secara bergantian menggunakan protokol routing dan pada luas area 1000 m x 1000 m. 2. Melakukan inisialisasi Inisialisasi variabel digunakan untuk mengkonfigurasikan pada setiap node tentang apa saja yang dibutuhkan pada saat melakukan simulasi. 3. Melakukan setting NAM dan trace file Setting NAM digunakan untuk memvisualisasikan keluaran simulasi berupa tampilan grafis animasi dan trace file digunakan untuk menganalisa numerik hasil simulasi yang telah dilakukan.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2633 1. Packet Delivery Ratio 150,00% 100,00% 50,00% Gambar 10. End to End Delay vs Jumlah Node Pada Gambar 10. menunjukkan bahwa protokol memiliki performansi lebih baik dibandingkan dengan protokol. Hal ini disebabkan protokol yang bersifat reaktif. Kepadatan node yang besar mengakibatkan terbentuknya hop yang banyak. Sehingga, node yang besar memungkinkan terjadinya perubahan rute yang menghubungkan satu node dengan node yang lain. Sedangkan protokol bersifat proaktif, yang hanya dapat memperbaharui routing table secara berkala saja. Sehingga memungkinkan semakin rendahnya paket yang berhasil terkirim. 2. End to End Delay 2000 1000 0,00% 0 PDR AVG. END TO END DELAY 98,65% 100,00% 99,32% 97,82% 66,27% 59,21% 50,26% 51,28% 994,97 218,13 56,88 302,99 3,21 2,79 1,004 57,25 Gambar 11. End to End Delay vs Jumlah Node Pada Gambar 11. menunjukkan bahwa performansi dari protokol lebih baik daripada protokol. Hal ini disebabkan protokol melakukan update dan memelihara route request ke seluruh destination secara berkala dan disimpan pada routing table. Sehingga, pada saat protokol melakukan pengiriman paket data, tidak perlu lagi melakukan pencarian route request baru karena rute untuk menuju node sudah ada. Akan tetapi, apabila paket data yang akan dikirimkan mengalami kerusakan pada rute, protokol tidak akan mengirimkan paket data tersebut dan harus menunggu hingga waktu trigger routing table yang telah ditentukan. Sedangkan protokol lebih lama dalam melakukan pencarian jalur karena ketika salah satu node yang menggunakan routing protokol, maka node tersebut akan menanggapi seluruh RREQ yang diterima, sehingga mengakibatkan kemacetan. 3. Throughput 150 100 50 0 AVG. THROUGHPUT Gambar 12. Avg Throughput vs Jumlah Node Pada Gambar 12. menunjukkan bahwa performansi dari protokol lebih baik daripada protokol. Hal ini disebabkan protokol menyimpan informasi ke seluruh node dan ketika salah satu node keluar dari rute, maka protokol akan melakukan broadcast ke seluruh node untuk memberitahu terdapat rute yang rusak. Sedangkan, tidak menyimpan rute pada suatu node apabila melebihi batas lifetime. 4. Packet Loss 40,00 20,00 0,00 112,01 106 100,02 100,01 95,01 60,25 PACKET LOSS Gambar 13. Packet Loss vs Jumlah Node 120,72 122,06 36,24 34,78 24,83 28,85 1,34 0 0,67 2,17

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2634 Pada Gambar 13. menunjukkan bahwa performansi packet loss pada protokol lebih baik dibandingkan protokol. Hal ini disebabkan karena proses pencarian rute yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu juga dipengaruhi oleh jarak antara node pengirim dengan node penerima. Semakin jauh jarak node pengirim dengan node penerima, maka paket yang hilang jumlahnya akan semakin besar. b. Analisis Performansi terhadap Ukuran Paket Data Pada skenario kedua, untuk mengetahui performansi protokol terhadap ukuran paket data, simulasi dijalankan dengan variasi jumlah ukuran paket data sebesar 512 bytes dan 1024 bytes pada 20 node, 30 node, 40 node dan 50 node secara bergantian menggunakan protokol routing dan pada luas area 1000 m x 1000 m. 1. Packet Delivery Ratio PDR pada protokol yang memiliki rata-rata rasio pengiriman paket yang tidak terlalu signifikan dibandingkan protokol, yaitu sebesar 59.90 % untuk ukuran paket data 1024 bytes, sedangkan protokol menghasilkan ratarata PDR 92.71 % untuk ukuran paket data 1024 bytes. Pada skenario dengan ukuran paket data 512 bytes, protokol menghasilkan ratarata PDR sebesar 98.95 %, sedangkan protokol menghasilkan rata-rata 56.76 % untuk ukuran paket data 512 bytes. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran paket, maka PDR akan membutuhkan waktu transfer yang lebih panjang dan ketika terjadi perubahan topologi saat transfer data dilakukan, akan terjadi paket drop yang akhirnya mempengaruhi jumlah data yang berhasil dikirimkan. 2. End to End Delay AVG. END TO END DELAY 150,00% 100,00% 50,00% 0,00% 98,65% 100,00% 99,32% 97,82% 66,27% 59,21% 50,26% 51,28% 1500 994,97 1000 500 218,13 302,99 56,88 3,21 2,79 1,004 0 57,25 Gambar 15(a). Avg. End to End Delay 512 bytes 150,00% 100,00% 50,00% Gambar 14(a). PDR 512 bytes 0,00% PDR 98,65% 99,32% 80,20% 92,66% 68,55% 62,80% 54,43% 53,82% Gambar 14(b). PDR 1024 bytes Pada Gambar 14(a) dan Gambar 14(b), menunjukkan keberhasilan pengiriman paket data pada protokol lebih baik apabila dibandingkan dengan protokol, ditunjukkan 2000 1000 0 AVG. END TO END DELAY 268,06 151,65 6,78 5,3 Gambar 15(b). Avg. End to End Delay 1024 bytes 1858,61 2,62 574,39 29,99 Pada Gambar 15(a) dan Gambar 15(b), menunjukkan hasil performansi yang diperoleh protokol lebih baik daripada protokol berdasarkan ukuran paket data 1024 bytes, dengan menghasilkan rata-rata delay

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2635 11.1725 m/s, sedangkan protokol menghasilkan 713.1775 m/s. Pada ukuran paket data 512 bytes, protokol memiliki rata-rata delay 16.0657 m/s, sedangkan protokol memiliki rata-rata delay 393.2425 m/s. Hal ini disebabkan karena routing protokol mengalami proses pencarian jalur lebih lama dan lebih panjang daripada routing protokol dan ukuran paket data yang dikirimkan semakin besar sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang biasanya. 3. Throughput 150 100 50 0 Gambar 16(a). Avg. Throughput 512 bytes 200 150 100 50 0 AVG. THROUGHPUT 112,01 106 95,01 100,02 100,01 60,25 AVG. THROUGHPUT 98,48 38,75 39,32 120,72 122,06 Gambar 16(b). Avg. Throughput 1024 bytes 160,24 103,76 97,6 86,88 109,45 Pada Gambar 16(a) dan Gambar 16(b), menunjukkan bahwa performansi protokol lebih baik daripada protokol. Hal ini disebabkan hampir di setiap skenario yang disimulasikan, protokol memiliki rata-rata throughput lebih besar dibandingkan protokol dengan rata-rata throughput 99.4225 kbps pada ukuran paket data 1024 bytes dan 108.435 kbps pada ukuran paket data 512 bytes, sedangkan protokol memiliki rata-rata throughput 84.1975 kbps untuk ukuran paket data 1024 bytes dan 95.585 kbps dalam skenario dengan ukuran paket data 512 bytes. 4. Packet Loss 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 60,00 40,00 20,00 0,00 24,83 Gambar 17(a). Packet Loss 512 bytes Gambar 17(b). Packet Loss 1024 bytes Pada Gambar 17(a) dan Gambar 17(b), menunjukkan bahwa protokol dengan ukuran paket data 512 bytes lebih baik daripada protokol, dengan nilai rata-rata packet loss 1.05 % dan protokol dengan nilai 31.18 %. Sedangkan pada protokol, dengan ukuran paket data 1024 bytes memiliki rata-rata packet loss 7.28 % dan protokol dengan nilai 33.55 %. Semakin besar ukuran paket data, maka semakin besar nilai packet loss yang di dapatkan, ini disebabkan karena nilai ukuran paket data berpengaruh pada pengiriman paket data ke node tujuan, sehingga memungkinkan paket data yang tidak sampai akan semakin meningkat. 5. KESIMPULAN PACKET LOSS 28,85 36,24 1,34 0 0,67 PACKET LOSS 26,84 1,34 0,67 30,87 19,79 34,78 2,17 38,25 38,25 7,33 Dari hasil simulasi yang dijalankan secara keseluruhan menggunakan Network Simulator 2.35, performansi routing protokol unggul pada nilai parameter throughput dan end to end delay dengan nilai rata-rata throughput 108.435 kbps dan end to end delay 16.06575 m/s. Sedangkan, routing protokol unggul pada nilai packet delivery ratio

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2636 dan packet loss dengan nilai rata-rata packet delivery ratio sebesar 98.95 % dan packet loss 1.05 %. Pada skenario penambahan ukuran paket data, performansi dari routing protokol juga unggul berdasarkan nilai parameter kerja throughput pada ukuran paket data 512 bytes dan end to end delay pada ukuran paket data 1024 bytes. Hal ini disebabkan semakin besar ukuran paket data, maka semakin besar waktu pengukuran yang dibutuhkan dalam suatu jaringan. Kondisi seperti ini yang dapat mempengaruhi hasil peforma dari throughput. Sedangkan, routing protokol unggul pada packet delivery ratio dengan ukuran paket data 512 bytes dan packet loss dengan ukuran paket data 512 bytes. Hal ini disebabkan semakin besar ukuran paket data, maka waktu transfer yang dibutuhkan PDR semakin lama. Kondisi seperti ini juga mempengaruhi nilai packet loss pada saat melakukan pengiriman paket data menuju node tujuan, sehingga memungkinkan paket data yang hilang semakin meningkat. Performansi routing protokol berdasarkan nilai kinerja Quality of Service (QoS) terhadap penambahan jumlah node dan variasi ukuran paket sangat berpengaruh pada saat melakukan pengiriman paket data. Hasil yang diperoleh dalam pengujian, dapat disimpulkan bahwa protokol lebih baik pada saat melakukan pengiriman paket data dibandingkan dengan protokol. Secara keseluruhan, protokol dan protokol memiliki tingkat keunggulannya masingmasing. Protokol cocok digunakan untuk kepadatan jaringan berskala kecil. Sedangkan, protokol lebih cocok digunakan untuk kepadatan jaringan dengan skala menengah atas. Hal ini disebabkan karena penambahan node sangat berpengaruh pada penurunan nilai kinerja parameter QoS. Semakin besar kepadatan node maka semakin banyak hop yang terbentuk sehingga dapat menghambat proses pengiriman paket data menuju node tujuan. Titeja A., Gujral R., Talia S., 2010. Comparative Performance Analysis of DSDV, and DSR Routing Protocols in MANET Using NS2, Advances in Computer Engineering (ACE). Sumaiya Thaseen., K. Santhi., Performance Analysis of, LAR and ZRP Routing Protocols in MANET, International Journal of Computer Applications (0975 8887), March 2012. Fitri Amilia, Marzuki, & Agustina, 2014. Analisis Perbandingan Kinerja Protokol Dynamic Source Routing (DSR) dan Geographic Routing Protocol (GRP) pada Mobile Ad Hoc Network (MANET). J. Sains, Teknol. dan Ind., vol. 12, no. 1, pp. 9 15. S. Mohapatra, P. Kanungob, 2011. Performance analysis of, DSR, OLSR and DSDV Routing Protocols using NS2 Simulator. Department of Electronics and Telecommunication Engineering, C.V. Raman College of Engineering, Bhubaneswar, Odisha, India. Kapoor, C; Sharma, G., 2011.. To Improve The Qos In MANETs Through Analysis Between Reactive And Proactive Routing protocols, Computer Science & Engineering: An International Journal (CSEIJ), Vol.1, No.3, August 2011. Imawan, Didik., 2013. Analisis Kinerja Pola-Pola Trafik Pada Beberapa Protokol Routing Dalam Jaringan MANET, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Irawan, D. dan Roestam, R., 2011. Simulasi Model Jaringan Mobile Ad-Hoc (MANET) Dengan Ns-3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Tanudjaya T., R., 2016. Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Distance Vector () dan Destination Sequence Distance Vector (DSDV) pada MANET. NS-2, The NS Manual (formally known as NS Documentation) available at http://www.isi.edu/nsnam/ns/doc.nam.