STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

PENGARUH KERAJAAN ISLAM TERHADAP POLA BENTUK KOTA PASURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB VI KESIMPULAN. Jalan Raya Pantura Jawa Tengah merupakan bagian dari sub sistem. Jalan Raya Pantai Utara Jawa yang menjadi tempat lintasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALUN-ALUN MALANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

TERMINAL BIS INDUK KOTA SEMARANG PENATAAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

PENATAAN PASAR NGASEM PADA OBYEK WISATA TAMAN SARI YOGYAKARTA

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

lib.archiplan.ugm.ac.id

PENGARUH STASIUN KERETA API TAWANG TERHADAP AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI STASIUN TAWANG DAN KAWASAN SEKITARNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penduduk perkotaan, perubahan sosial ekonomi dan tuntutan

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAMPUNG KOTA BANDUNG. Penulis : Pele Widjaja. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

Transkripsi:

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2005

ABSTRAK Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini menyangkut beberapa aspek seperti aspek politik, sosial, budaya, ekonomi dan fisik. Terbentuknya suatu kota dimulai setelah mengalami perkembangan dari embrio aktivitas. Sejarah terbentuknya kota tidak sama antara kota satu dengan kota yang lainnya, namun terdapat kesamaan yaitu bahwa pusat kota selalu terbentuk dari embrio permukiman pertama. Setiap kota selalu memiliki peninggalan bersejarah, baik berupa peninggalan yang nampak (tangible heritage) maupun peninggalan yang tidak nampak (intangible heritage ). Peninggalan nilai sejarah tersebut merupakan rekaman dari perjalanan terbentuknya kota. Kota Tegal merupakan daerah pesisir yang terletak di pantai utara Jawa dan memiliki dua buah pelabuhan yaitu pelabuhan ikan dan pelabuhan barang. Pelabuhan ini memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan Tegal hingga menjadi sebuah kota sejak masa Kerajaan Mataram dan Kolonial Belanda. Pada masa kolonial, pelabuhan ini menjadi pusat aktivitas perdagangan melalui transportasi laut yaitu sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran hasil-hasil pertanian hingga ke mancanegara sehingga banyak pedagang-pedagang baik dari dalam maupun luar negeri datang ke Tegal. Aktivitas perdagangan di sekitar pelabuhan ini mengakibatkan terbentuknya karakter Kota Tegal sebagai kota pelabuhan sekaligus mempengaruhi morfologi kotanya. Adanya tekanan modern pada kota yang ditandai dengan banyaknya aktivitas perekonomian, perubahan zoning, dan tata guna lahan, serta peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan hilangnya ciri khas dan nilai suatu kota. Oleh karena itu, untuk mengintegrasikan keberadaan pusat kota beserta artefak bersejarah dengan aktivitas kehidupan dan kebutuhan perkotaan saat ini maka dibutuhkan upaya konservasi kota. Belum teridentifikasinya wilayah konservasi di Kota Tegal berdasarkan morfologi kota awal yang merupakan kota pelabuhan menjadi permasalahan utama dalam pelaksanaan konservasi. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk melakukan penentuan kawasan konservasi Kota Tegal melalui pendekatan morfologi kota dengan meneliti bagaimana pola morfologi Kota Tegal yang terbentuk sebagai kota pelabuhan melalui identifikasi sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota, keutuhan konsep awal kota. Metode yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif yang menitik beratkan pada data sejarah perkembangan kota, hasil observasi lapangan, wawancara kepada key person dengan menggunakan snowballing. Analisis pada studi ini meliputi analisis sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota, analisis keutuhan kota, analisis morfologi kota, dan overlay terhadap hasil dari ketiga analisis tersebut. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diodapatkan hasil bahwa Kota Tegal memiliki perkembangan secara linear pada masa kerajaan pajang dan masuknya agama islam, namun setelah masa kerajaan mataran Kota Tegal berkembang secara organis, kemudian pada masa Kolonial Belanda perkembangan Kota Tegal berubah menjadi berbentuk grid. Berdasarkan analisis keutuhan kota, didapatkan hasil bahwa keutuhan Kota Tegal sebagai kota tradisional maupun sebagai kota pelabuhan hanya sebagian saja yang utuh sedangkan berdasarkan hasil analisis morfologi kota, didapatkan etmuan studi bahwa morfologi Kota Tegalsebagai kota pelabuhan atau perdagangan masih dapat terlihat jelas. Hasil akhir studi ini adalah penentuan kawasan konservasi Kota Tegal melaui deliniasi wilayah dengan menggunakan klasifikafikasi tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu : Kawasan dengan tingkat konservasi tinggi terdapat pada kawasan pecinan, arab, kraton, perumahan PJKA dan pesanggrahan,, sekitar alun-alun, pelabuhan, serta kawasan di sekitar taman Yos Sudarso; Kawasan dengan tingkat konservasi sedang terdapat pada kawasan sentanan, sekitar stasiun kereta api (stasiun kereta api, SCS, menara air, dan kamar bola); Kawasan dengan tingkat konservasi rendah terdapat pada perkampungan cikrik, perkampungan panggung. Kata kunci : Penentuan kawasan konservasi, Kota Tegal, morfologi kota

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan kota ini menyangkut beberapa aspek seperti aspek politik, sosial, budaya, ekonomi dan fisik. Sejarah perkembangan suatu kota tidak sama antara satu dengan yang lain. Sejarah perkembangan kota ini menghasilkan peninggalan bersejarah, baik berupa peninggalan yang nampak (tangible heritage) maupun peninggalan yang tidak nampak (intangible heritage ). Peninggalan nilai sejarah tersebut merupakan rekaman dari perjalanan terbentuknya kota. Kota kota di Indonesia terutama kota-kota di Jawa seiring dengan waktu mengalami perkembangan dilihat dari bentuk dan pola spasial kotanya. Perubahan dan perkembangan kotakota di Jawa ini dapat terlihat dari bentuk morfologi kota yang dipengaruhi oleh sejarah kota tersebut yang dimulai pada masa kerajaan-kerajaan Jawa, pada masa Kolonialisasi Hindia-Belanda hingga pada masa modern seperti sekarang ini. Kota-kota di Jawa pada masa prakolonial dapat dikelompokkan menjadi dua tipe kota, yaitu kota-kota perdagangan di daerah pesisir dan pusat-pusat kerajaan yang bersifat sakral yang berada di tengah-tengah daerah pedalaman yang agraris (Handinoto,1996 :23). Perbedaan yang besar antara kota pedalaman dan kota pesisir adalah karakter heteroginitas penduduknya. Kota pesisir berfungsi sebagai kota dagang, merupakan pusat berkumpulnya orang-orang dari berbagai daerah dan kebudayaan (Nas dalam Handinoto,1996 : 25). Setiap kelompok etnis yang mempunyai adat dan kebiasaan serta kepercayaan yang sama akan membentuk perkampungan mereka sendiri, kondisi ini akan berpengaruh terhadap tata ruang kota. Secara tradisional, daerah pesisir utara Jawa merupakan suatu wilayah yang memiliki latar belakang budaya sendiri yang berbeda dengan daerah pesisir di bagian selatan Jawa. Faktor lain seperti kondisi geografis yang menyebabkan pesisir utara Jawa lebih berkembang dibandingkan dengan daerah pantai selatan Jawa yang memiliki ombak yang lebih besar dengan tebing karang yang curam. Keadaan pantai di pesisir utara Jawa ini lebih memungkinkan untuk melaksanakan interaksi perdagangan berupa pelabuhan yang merupakan salah satu penyebab menjadikan pesisir berkembang menjadi lebih baik. Penyebaran agama islam juga ikut mempengaruhi kemajuan kotakota di Indonesia, hal ini terlihat dari adanya masjid-masjid agung yang terletak pada pusat kota ( Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya I,1996 :51) Hingga pada awal abad ke 21, kota-kota baik kota pedalaman maupun kota pesisir mengalami perkembangan pesat dalam aspek ekonomi, sosial, politik maupun dari segi fisik

2 kekotaan yang ditandai dengan adanya banyaknya investor yang menanamkan modalnya untuk membangun sarana-sarana perekonomian serta pertambahan penduduk dan meningkatnya sarana dan prasarana perkotaan yang memadai Perkembangan kota tersebut mengancam keberadaan dan kelangsungan peninggalan bersejarah, elemen-elemen bersejarah juga tidak terintegrasi sehingga pusat kota akan menjadi bagian yang tidak memiliki artefak rekaman sejarah perkembangan kota. Penelitian ini mengambil lokasi Kota Tegal sebagai objek penelitian, hal ini dikarenakan Kota Tegal merupakan daerah pesisir yang terletak di pantai utara Jawa dan memiliki dua buah pelabuhan yaitu pelabuhan ikan dan pelabuhan barang. Pelabuhan ini memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan Tegal hingga menjadi sebuah kota sejak masa Kerajaan Mataram dan Kolonial Belanda. Pada masa kolonial, pelabuhan ini menjadi pusat aktivitas perdagangan melalui transportasi laut yaitu sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran hasil-hasil pertanian hingga ke mancanegara sehingga banyak pedagang-pedagang baik dari dalam maupun luar negeri datang ke Tegal. Aktivitas perdagangan di sekitar pelabuhan ini mengakibatkan terbentuknya karakter Kota Tegal sebagai kota pelabuhan sekaligus mempengaruhi morfologi kotanya. Selain itu, adanya pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram dan kedudukan Belanda yang sangat kuat di Tegal memberikan nilai historis serta karakter fisik bagi perkembangan kota, hal ini terlihat dari bentukbentuk massa bangunan yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram dan Kolonial Belanda. Seiring dengan waktu, perkembangan Kota Tegal sekarang ini menjadi semakin padat yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang diikuti dengan pertambahan sarana dan prasarana kota. Hal ini telah mengakibatkan tumbuhnya permukiman baru yang kemudian membaur dengan kawasan-kawasan lama. Permukiman tersebut secara tidak langsung telah mendesak keberadaan artefak-artefak bersejarah kota. Perubahan fisik yang mengancam tatanan lama Kota Tegal tidak hanya dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk namun juga disebabkan oleh perubahan aktivitas kota. Kota Tegal yang pada mulanya merupakan kota dengan aktivitas dominan yaitu perdagangan, sekarang ini bersaing dengan aktivitas industri. Hal ini terlihat dari banyaknya industri-industri di Kota Tegal dan PDRB dengan jumlah yang hampir sama dengan perdagangan. Kondisi demikian mengakibatkan tergesernya peran pelabuhan dalam perkembangan kota serta perubahan terhadap zoning dan tata guna lahan, perubahan lainnya yaitu adanya perubahan dalam bentuk fisik bangunan. Masalah masalah tersebut mengancam karakteristik dan bentuk morfologi sebagai kota awal sebagai pelabuhan Bentuk Kota Tegal memiliki karakteristik kota yang dibentuk permukiman-permukiman para pedagang asing dan permukiman lokal, selain itu adanya kedudukan Belanda di Kota Tegal juga mempengaruhi bentuk fisik Kota Tegal. Pada umumnya pusat kota di Jawa termasuk Tegal pada jaman prakolonial, dibangun berdasarkan suatu konsepsi tata ruang yang sama. Struktur ruang

3 kota tradisional di Jawa terdiri dari sebuah lapangan yang disebut alun-alun yang tidak bisa dilepaskan dari bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Disebelah selatan alun-alun terletak keraton raja atau penguasa setempat. Disebelah selatan alun-alun terletak keraton raja atau penguasa setempat. Disebelah barat terdapat Masjid Agung, sedangkan sejumlah bangunan resmi lainnya didirikan di sisi barat atau timur. Alun-alun merupakan suatu titik pertemuan dari jalanjalan utama yang menghubungkan keraton dengan bagian barat, utara, timur dari kota. (Santoso dalam Handinoto dan Paulus H. Soehargo, 1996, 15). Adanya kekuatan dan pengaruh kolonial Belanda serta aktivitas perdagangan yang kuat mengakibatkan perubahan bentuk kota dan terdapatnya pembagian wilayah bagi para pedagang-pedagang asing yang menetap di Kota Tegal. Kota Tegal pada saat sekarang ini telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan di Jawa Tengah. Adanya Peraturan Daerah Kota Tegal No 8 Tahun 2001 tentang Program Pembanguna Daerah Kota Tegal mengakibatkan perubahan ruang fisik dengan banyaknya bangunan-bangunan perkantoran, dan perdagangan serta tumbuhnya mall-mall seperti Rita Mall, Dedy Jaya Mall, Pasifik Mall, dll sehingga mengakibatkan perubahan zoning serta peningkatan kepadatan penduduk sehingga dapat mengancam hilangnya pola morfologi (bentuk dan spasial) yang menjadi ciri khas Kota lama Tegal yang awalnya merupakan sebuah kota pelabuhan. Untuk mencegah hilangnya ciri khas dan nilai Kota Tegal tersebut, maka perlu dilakukan suatu usaha konservasi pada kawasankawasan yang merupakan bagian dari kota lama dan menjadi unsur dalam pembentuk kota awal. Kesinambungan masa antara masa lampau-masa kini-masa depan yang mengejawantah dalam karya-karya arsitektur dan sejarah suatu kota merupakan faktor kunci identitas suatu kota (Eko Budihardjo,1996 : 45). Studi ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap Kota Tegal berdasarkan sejarah, keutuhan kotanya sebagai kota pelabuhan, dan struktur morfologinya, serta keterkaitan dengan bagian kota secara keseluruhan. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana pola morfologi Kota lama Tegal sebagai kota pelabuhan yang dipengaruhi oleh sejarah pembentukan kotanya serta bagian wilayah Kota Tegal yang perlu dilakukan konservasi. 1.2. Rumusan Masalah Embrio awal perkembangan Kota Tegal yang bermula dari daerah tepian sungai dengan ditambah maraknya aktivitas perdagangan melalui media transportasi air mengakibatkan perkembangan Kota Tegal menjadi sebuah kota pelabuhan. Suatu kota pelabuhan memiliki ciri khas yang berbeda dengan kota istana/pemerintahan ataupun kota pusat keagamaan. Adanya tekanan-tekanan kepentingan modern seperti banyaknya aktivitas perdagangan, perubahan zoning, dan tata guna lahan, serta peningkatan kepadatan penduduk akan mengakibatkan terancam hilangnya karakteristik kota awal Tegal. Untuk mengintegrasikan keberadaan kota beserta artefak bersejarah dengan aktivitas kehidupan dan kebutuhan perkotaan saat ini, diperlukan usaha