Perancangan Ulang Alat Bantu Penghitung Dop Berdasarkan Anthropometri dengan Analisis RULA

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Perancangan Meja Pencekam dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja berdasarkan Pendekatan Anthropometri di Lathan Furniture

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Perbaikan Fasilitas Kerja pada Stasiun Kerja Jahit di Home Industry Konveksi Permata

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z

Performa (2013) Vol. 12, No.1: 9-18

PERANCANGAN FASILITAS KERJA ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE OVAKA WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

USULAN PERANCANGAN ALAT BANTU YANG ERGONOMIS UNTUK MENGEFISIENSIKAN PENGGANTIAN BATERAI FORKLIFT DI PT LINFOX LOGISTICS INDONESIA BEKASI

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

DAFTAR PUSTAKA. Chaffin, D. & Andersson, G., Occupational Biomechanics, John Wiley & Sons, Kanada, 2004.

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

Perancangan Ulang Fasilitas Fisik Kerja Operator di Stasiun Penjilidan pada Industri Percetakan Berdasarkan Prinsip Ergonomi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Prosiding Teknik Industri ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

Prosiding Teknik Industri ISSN:

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Rancangan Fasilitas Kerja Ergonomis Pada Stasiun Pemarutan Tepung Tapioka

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDER DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

Penilaian Resiko Musculoskeletal Disorders Pekerja Harian Lepas PDAM Tirta Lawu Karanganyar

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

ANALISIS POSTUR TUBUH DENGAN METODE RULA PADA PEKERJA WELDING DI AREA SUB ASSY PT. FUJI TECHNICA INDONESIA KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

LAMPIRAN Kajian risiko cummulative..., Dieta Febriyanti, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ROSA (RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tabel 1.1 Gambar 1.1.

Tujuan penggunaan antropometri pemakai :

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Transkripsi:

Performa (2010) Vol. 9, No.1: 11-18 Perancangan Ulang Alat Bantu Penghitung Dop Berdasarkan Anthropometri dengan Analisis RULA Rahmaniyah Dwi Astuti * Laboratory of Works System Design and Ergonomics, Industrial Engineering Dept., University of Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126. Telp/Fax. (0271) 632110 Abstract Shuttlecock consists of two parts that are dop and feather. Dop is part of the shuttlecock-shaped half-sphere which is at the end of the shuttlecock. In a dop small industry of Mr. Sumeri in Jagalan have four main activities in the production processes that are dop pressing, dop cutting edge, put a cloth on the end of the dop and counting. The calculation activity done during the change of dop production process, after buying dop that has not been coated nylon fabric and when there is order. Calculation is needed to determine how many dop that has been processed by the workers as the basis for the calculation of the workers earned wages each week. Calculation activity can disturb the workers because they have to use work time to calculate the dop that has been processed and waiting for the counting is complete. In this study is conducted redesign tool of dop counter based on anthropometri with RULA analysis. The purpose of this research is to produce a dop counter so that it can improve ergonomic working posture. The tool is designed as dop counter with anthropometri approach to retrieve data anthropometri 3 workers in the dop industry of Mr. Sumeri. By RULA method for dop calculating, the activity use thier upper body is more dominant which it aims to investigate the working environment that is not ergonomic in the human upper body. The result based on RULA is posture of workers can work longer when using the tool indicates a high risk level. Furthermore redesigned tool of dop counter provides working posture at the lower level of risk and the time counsumed by dop calculation process using a new tool as 1 minute per 20 dozen dop. This research produces dop counter-dimensional with high, wide and long of dop counter, respectively 67 cm, 63 cm and 80 cm; dimensions of the dop channel are length: 84 cm, width: 52 cm and height: 20 cm; dimension counter are length: 48 cm, width: 40 cm and the dimensions of the hole are length: 3.5cm, width: 3.5 cm and height: 6 cm. The total cost of making the new light bulb counter is Rp 266,000.00. Keyword: dop, counter, anthropometri, RULA (Rapid Upper Limb Assessment) 1. Pendahuluan Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Olahraga ini menggunakan bola dan raket dimana bola yang digunakan tidak berbentuk bola dan sering disebut dengan shuttlecock. Perkembangan olahraga bulutangkis diikuti oleh berkembangnya industri-industri shuttlecock yang marak berdiri di seluruh Indonesia. Salah satu kawasan industri shuttlecock berada di daerah Solo misalnya di Semanggi dan Sorogenen. Shuttlecock terdiri dari 2 bagian yaitu dop dan bulu, dop merupakan bagian dari shuttlecock yang berbentuk setengah bola yang berada pada ujung shuttlecock yang terbuat dari kayu bakau yang ditutup dengan kain nilon dan kain mori yang berwarna putih. Dop berfungsi sebagai pemberat dari shuttlecock yang memberikan pengaruh terhadap cepat lambatnya laju pergerakan shuttlecock saat digunakan dalam olahraga bulutangkis. Pada industri kecil pengrajin dop milik Bapak Sumeri di daerah Jagalan memiliki empat aktivitas utama dalam * Correspondence: niyah22@gmail.com

12 Performa Vol.9, No. 1 proses produksi dop. Aktivitas tersebut adalah mengepres dop, memotong ujung dop, menempelkan kain pada ujung dop dan menghitung dop. Pada saat menghitung dop alat bantu yang digunakan terdiri dari 2 bagian yaitu landasan atau wadah dan pencacah yang berbentuk kotak-kotak yang dapat menghitung dop per 10 dosin. Wadah berbentuk kotak dan terbuat dari kayu triplek dan kayu dengan ketebalan 1cm pada bagian tepi kanan, kiri dan belakang sedangkan pencacah berbentuk kotak-kotak yang berjumlah 120 kotak dan terbuat dari kayu triplek. Selain untuk menghitung dop jadi juga digunakan untuk menghitung dop yang belum dilapisi dengan kain nilon, dop yang belum dipotong ujungnya dan untuk mengetahui dimensi dop yang tidak sesuai standar. Penghitungan tersebut diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak dop yang telah dikerjakan oleh pekerja sebagai dasar perhitungan gaji yang diperoleh pekerja tiap minggunya. Aktivitas menghitung dop dilakukan saat pergantian proses produksi, setelah membeli dop yang belum dilapisi kain nilon dan ketika ada pesanan. Aktivitas menghitung dop dilakukan 2-3 kali dalam satu hari dimana jumlah dop jadi yang biasa dihitung berkisar dari 500-2000 dosin sedangkan jumlah dop yang belum dipotong ujungnya dan dop yang belum dilapisi kain nilon berkisar dari 200-300 dosin dop. Aktivitas menghitung dop memerlukan perhatian dari pemilik industri karena para pekerja merasa sedikit terganggu saat pergantian proses produksi dimana mereka harus menggunakan waktu kerja untuk menghitung dop yang telah dikerjakan dan menunggu penghitungan selesai. Salah satu proses penghitungan dop menggunakan alat bantu penghitung dop yaitu operator meratakan dop pada alat bantu sehingga lubang pada pencacah terpenuhi. Pada keadaan tersebut posisi postur kerja saat meratakan dop dimana aktivitas badan bagian atas terlihat lebih dominan daripada penggunaan badan bagian bawah. Postur kerja operator meratakan dop dengan duduk dilantai tanpa menggunakan alas duduk dengan kaki selonjor dan membuka yang dapat membuat ketidaknyamanan bagi pantat, keadaan punggung yang membungkuk yang dapat menimbulkan kelelahan pada pinggang dan otot leher bagian belakang dan gerakan jari dan telapak tangan yang terus diulang saat meratakan dop sehingga dop memenuhi lubang pada alat penghitung dop. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map terhadap 3 operator pada saat melakukan proses penghitungan, didapatkan keluhan pada beberapa segmen tubuh operator dan postur kerja yang mengindikasikan terjadinya nyeri otot. Segmen tubuh yang banyak dikeluhkan oleh operator terjadi pada leher bawah (3 pekerja), bahu kanan (3 pekerja), lengan atas kanan (2 pekerja), pinggul (3 pekerja), pergelangan tangan kanan (2 pekerja), dan pantat (2 pekerja). Berdasarkan penggambaran masalah diatas, maka perlu adanya perbaikan alat penghitung dop dengan pendekatan anthropometri sehingga pekerja lebih nyaman dan aman saat menggunakan alat tersebut. Hal ini memerlukan analisis postur kerja dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) karena RULA merupakan metode untuk menginvestigasi lingkungan kerja yang tidak ergonomis pada tubuh bagian atas manusia (Corlett dan McAtamney dan Corlett, 1993). Metode ini dipilih karena berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map yang menunjukkan adanya keluhan yang dialami pekerja sebagian besar terjadi pada anggota tubuh bagian atas dan aktivitas penghitungan dop terlihat bagian tubuh bagian atas lebih dominan digunakan. Hal ini sesuai dengan karakteristik metode RULA yang menitikberatkan pada penelitian tubuh bagian atas.

Astuti Perancangan Ulang Alat Bantu Penghitung Dop Berdasarkan Anthropometri dengan Analisis RULA 13 2. Metodologi Penelitian Mulai Studi Literatur Studi Lapangan Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengumpulan Data Postur Kerja Assessment RULA Pengumpulan Data Alat Penghitung Dop Awal Dan Benda Yang Dihitung Pengumpulan Data Antropometri Perhitungan Persentil Perancangan Alat Bantu Penghitung Dop Need (kebutuhan) Konsep Detail design Perhitungan Biaya Assessment RULA Analisa dan Interpretasi Hasil Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 1. Metodologi penelitian 3. Pengolahan Data Dari data postur tubuh kerja operator kemudian dilakukan penentuan level tindakan pada semua aktivitas, yang hasilnya dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Level dan skor tindakan untuk semua aktivitas No Fase Gerakan Skor RULA Level Level Skor A Skor B Tindakan Resiko Tindakan 1 Mengambil dop 7 4 6 sedang tindakan dalam waktu dekat 2 Meratakan dop 7 4 6 sedang tindakan dalam waktu dekat 3 Mengalihkan dop lebih 4 6 6 sedang tindakan dalam waktu dekat 4 Mengangkat alat pencacah 5 4 5 sedang tindakan dalam waktu dekat 5 Menuangkan dop 9 4 7 tinggi tindakan sekarang juga

14 Performa Vol.9, No. 1 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa empat fase gerakan penghitungan dop berada pada level resiko sedang yang memerlukan tindakan dalam waktu dekat dan satu fase gerakan menunjukkan level resiko tinggi yang memerlukan tindakan sekarang juga sehingga diperlukan adanya perancangan ulang alat bantu penghitung dop. Perancangan alat bantu penghitung dop ini melalui beberapa tahap pokok yang harus dilalui, tahap-tahap perancangan alat bantu penghitung dop dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut : 3.1. Kebutuhan (needs) Pada cara kerja alat bantu penghitung dop yang sudah ada membutuhkan 5 tahap aktivitas. Berdasarkan metode RULA setiap aktivitas tersebut memiliki level resiko tinggi yang membutuhkan tindakan sekarang juga dan level resiko sedang yang membutuhkan tindakan dalam waktu dekat untuk memperbaikinya. Selain itu para pekerja juga mengeluhkan adanya beberapa bagian tubuh mereka yang sakit akibat aktivitas menghitung dop dengan menggunakan alat tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan adanya alat bantu penghitung dop yang berprinsipkan ergonomi sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi keluhan-keluhan yang dialami oleh para pekerja. Tabel 2. Kebutuhan operator Informasi Masalah Kebutuhan adanya keluhan pada leher bawah, bahu kanan, Nordik Body lengan atas kanan, pinggul, pergelangan tangan Map kanan, dan pantat berdasarkan penilaian dengan metode RULA Postur Kerja menunjukkan perlunya tindakan dalam waktu dekat dan tindakan sekarang juga Wawancara aktivitas penghitungan dop lama dan tidak nyaman alat penghitung dop yang dapat mengurangi keluhan-keluhan pekerja alat penghitung dop yang sesuai dengan antropometri sehingga postur kerja operator dapat lebih baik alat penghitung dop yang nyaman dan praktis 3.2. Konsep Ide Berdasarkan kebutuhan yang telah dinyatakan diatas, dapat dikembangkan sejumlah ide maupun alternatif pemecahan masalah. Ide maupun alternatif-alternatif yang dikembangkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan. Berikut pembangkitan ide - ide dalam perancangan alat bantu penghitung dop: a. Berdasarkan mekanisme kerja alat penghitung dop, proses penghitungan dop melalui 5 tahap aktivitas yaitu pengambilan dop, penuangan dop ke alat penghitung, pengambilan dop sisa, pemisahan alat pencacah dan penuangan dop ke wadah. Dengan semakin banyak aktivitas yang perlu dilakukan maka waktu yang diperlukan juga semakin banyak sehingga muncul ide untuk mengurangi jumlah aktivitas penghitungan. Usulan untuk perancangan ini yaitu menghilangkan aktivitas pemisahan alat pencacah dan penuangan dop ke wadah yaitu dengan membuat bagian pencacah sebagai bagian yang permanen dan pemberian saluran yang langsung menuju ke wadah sehingga waktu yang dibutuhkan lebih sedikit. b. Penambahan saluran dop yang sekaligus sebagai alas dop ketika dop berada di pencacah sehingga lebih sederhana dan dapat mengurangi waktu operasi. Hal ini dikarenakan operator hanya perlu menurunkan saluran dop sehingga dop akan jatuh pada wadahnya. Aktivitas menurunkan saluran dop akan menggantikan aktivitas pemisahan alat pencacah dan penuangan dop ke wadah yang merupakan aktivitas yang perlu dilakukan jika menggunakan alat yang lama. c. Berdasarkan bagian alat pencacah awal yang hanya menghitung untuk 10 dosin atau 120 buah dop sehingga muncul ide untuk mempercepat penghitungan. Usulan untuk perancangan ini yaitu alat pencacah dibuat untuk menghitung lebih banyak dop dengan cara membuat

Astuti Perancangan Ulang Alat Bantu Penghitung Dop Berdasarkan Anthropometri dengan Analisis RULA 15 lubang kotak lebih tinggi sehingga daya tampung tiap kotak lebih banyak. Hal itu akan memberikan pengurangan waktu dalam proses penghitungan. d. Berdasarakan posisi kerja operator saat proses penghitungan dop yang awalnya duduk dilantai yang menyebabkan operator mengeluh pada pinggul dan pantatnya maka perlu adanya perbaikan. Usulan untuk perbaikan tersebut yaitu dengan mengubah posisi kerja operator dari duduk di lantai menjadi duduk di kursi. Hal ini diharapkan akan memperbaiki posisi kerja operator menjadi lebih nyaman. Pada proses penentuan sikap kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan, baik sikap duduk maupun berdiri, dengan demikian pemilihan posisi kerja harus disesuaikan menurut jenis pekerjaan yang dilakukan untuk jenis pekerjaan ringan dengan pergerakan berulang baik untuk dilakukan dengan sikap duduk (Halender, 1995). Perubahan posisi kerja diperlukan untuk memberikan ruangan lebih besar dibawah pencacah untuk mendukung mekanisme kerja alat baru. e. Alat penghitung dop akan dibuat seperti meja sehingga operator yang bekerja dengan sikap duduk di kursi akan lebih nyaman menggunakan alat yang baru. Detail Design Tahap ini diawali dengan proses mendetailkan ide. Detail ide pembuatan alat bantu penghitung dop mengacu pada ide-ide yang telah muncul. Hasil dari detail ide tersebut adalah dibuat alat bantu penghitung dop untuk menghitung lebih banyak dop yaitu 20 dosin dalam satu kali penghitungan. Keputusan ini dibuat agar dapat mempercepat kerja operator dan dipilih 20 dosin dalam satu kali penghitungan karena memperhitungkan kemudahan operator dalam perhitungan dop dimana biasanya banyaknya dop yang dihitung yaitu 300 sampai 2000 dosin dan agar postur kerja saat penghitungan dop lebih baik. Selain itu dilengkapi dengan saluran untuk menjatuhkan dop pada wadahnya dan saluran ini digunakan juga sebagai alas penahan dop saat berada di pencacah, pencacah dibuat permanen, dan penggantian posisi kerja awal yaitu diubah menjadi posisi duduk di kursi dimana rekomendasi kursi yang digunakan memiliki tinggi 39 cm dan memiliki wadah khusus untuk dop yang belum dihitung sehingga dengan posisi duduk aktivitas pengambilan dop dapat lebih nyaman. Tabel 3. Rekapitulasi hasil penentuan ukuran alat bantu penghitung dop baru No Fitur alat bantu penghitung dop Ukuran 1 Tinggi alat penghitung dop 67 cm 2 Lebar alat penghitung dop 63 cm 3 Panjang alat penghitung dop 80 cm 4 5 Dimensi alat pencacah Dimensi saluran dop Dimensi lubang (panjang, lebar, tinggi) Panjang alat pencacah Lebar alat pencacah Panjang saluran dop Lebar saluran dop Tinggi saluran dop 3.5 cm, 3.5 cm, 6 cm 48 cm 40 cm 84 cm 52 cm 20 cm Berdasarkan ukuran rancangan alat bantu penghitung dop diatas, maka secara keseluruhan gambar alat bantu penghitung dop dapat ditunjukkan dalam gambar 2.

16 Performa Vol.9, No. 1 Gambar 2. Alat penghitung dop baru Dari data postur tubuh kerja operator dengan menggunakan alat baru kemudian dilakukan penentuan level tindakan pada semua aktivitas, yang hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4 berikut. Tabel 4. Level dan skor tindakan untuk semua aktivitas No Fase Gerakan Skor RULA Level Level Skor A Skor B Tindakan Resiko Tindakan 1 Mengambil dop 3 1 3 kecil tindakan beberapa waktu ke depan 2 Meratakan dop 3 1 3 kecil tindakan beberapa waktu ke depan 3 Mengalihkan dop lebih 3 1 3 kecil tindakan beberapa waktu ke depan 4 Menurunkan saluran dop 3 1 3 kecil tindakan beberapa waktu ke depan 4. Analisis Alat hasil rancangan memiliki beberapa perbedaan dengan alat awal. Perbedaan tersebut terlihat dalam tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Perbedaan alat awal dengan hasil rancangan Letak Perbedaan Alat Perancangan Lama Alat Perancangan Baru 1.menuangkan dop 1.menuangkan dop 2.meratakan dop 2.meratakan dop Cara pemakaian 3.mengambil dop lebih 3.mengambil dop lebih 4.memisahkan pencacah dengan wadah 4.menurunkan saluran dop 5.menuangkan dop panjang = 51 cm panjang = 80 cm Dimensi lebar = 42 cm lebar = 63 cm tinggi = 3.3 cm tinggi = 67 cm Posisi kerja duduk di lantai duduk di kursi Waktu yang 1 menit untuk 10 dosin dop dibutuhkan 1 menit untuk 20 dosin dop Biaya Rp 75.000 Rp 266.000,00 Penggunaan hasil rancangan bertujuan untuk membandingkan postur kerja pekerja sebelum perancangan dan postur kerja sesudah perancangan. Proses pembandingannya dimulai dengan membuat alat penghitung dop yang baru kemudian mendokumentasikan fase-fase gerakan baru yang terjadi. Hasil penilaian antara penggunaan alat penghitung dop baru kemudian dibandingkan dengan hasil penilaian terhadap fase gerakan pekerja sebelum perancangan. Hasil perbandingan dapat dilihat pada tabel 6.

Astuti Perancangan Ulang Alat Bantu Penghitung Dop Berdasarkan Anthropometri dengan Analisis RULA 17 Tabel 6. Perbandingan hasil RULA sebelum dan sesudah perancangan AWAL SETELAH PERBAIKAN No Fase Level Level Fase Level Level Tindakan Tindakan Gerakan Tindakan Resiko Gerakan Tindakan Resiko Mengambil tindakan dalam Mengambil tindakan beberapa 1 6 sedang 3 kecil dop waktu dekat dop waktu ke depan Meratakan tindakan dalam Meratakan tindakan beberapa 2 6 sedang 3 kecil dop waktu dekat dop waktu ke depan 3 Mengalihkan tindakan dalam Mengalihkan tindakan beberapa 6 sedang 3 kecil dop lebih waktu dekat dop lebih waktu ke depan Mengangkat tindakan dalam Menurunkan tindakan beberapa 4 5 sedang 3 kecil pencacah waktu dekat saluran dop waktu ke depan 5 Menuangkan tindakan 7 tinggi dop sekarang juga Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode RULA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko pada setiap fase gerakan. Misalnya untuk fase gerakan mengambil dop, meratakan dop dan mengalihkan dop lebih, sebelum perancangan memiliki skor 6 dengan level resiko sedang dan sesudah perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko kecil. Pada fase gerakan memisahkan pencacah dengan wadah sebelum perancangan memiliki skor 5 dengan level resiko sedang dan fase gerakan menuangkan dop sebelum perancangan memiliki skor 7 dengan level resiko tinggi, kedua aktivitas ini diubah menjadi 1 aktivitas gerakan yaitu menurunkan saluran dop yang memiliki skor 3 dengan level resiko kecil. 5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Penelitian ini menghasilkan alat penghitung dop dengan dimensi tinggi, lebar dan panjang alat penghitung dop berturut-turut 67 cm, 63 cm dan 80 cm, dimensi saluran dop terdiri dari panjang: 84 cm, lebar: 52 cm dan tinggi: 20 cm, dimensi pencacah terdiri dari panjang: 48 cm, lebar: 40 cm dan dimensi lubang terdiri dari panjang: 3,5cm, lebar: 3,5 cm dan tinggi 6 cm. Biaya total pembuatan alat penghitung dop baru adalah sebesar Rp 266.000,00. 2. Berdasarkan penilaian dengan metode RULA pada postur tubuh pekerja setelah perancangan diperoleh hasil terjadi penurunan level resiko dibandingkan sebelum perancangan. Hasil skor RULA sebelum perancangan adalah 1 aktivitas berskor 5 yang berarti memiliki level resiko sedang, 3 aktivitas berskor 6 yang berarti memiliki level resiko sedang dan 1 aktivitas, berskor 7 yang berarti memiliki level resiko tinggi sedangkan hasil skor RULA setelah perancangan adalah semua aktivitas berskor 3 yang berarti memiliki level resiko kecil. Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya, adalah perlu dilakukan perancangan fasilitas misalnya kursi yang dapat mendukung alat penghitung dop baru. Daftar Pustaka Chaffin, D. B., Anderson, G. B. J. dan Martin, B. J. (1991), Occupational Biomechanics 2 nd ed, New York: John Wiley & Sons. Madyana, A. M. (1991), Analisa Perancangan Kerja, Jilid 1, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Martono, B. (2008), Teknik Perkayuan Jilid 1, Jakarta: Penerbit Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. McAtamney, L. dan Corlett, E. N. (1993), RULA: A survey Based Method for The Investigation of Work Related Upper Limb Disorders. Nurmianto, E. (1996), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna Widya.

18 Performa Vol.9, No. 1 Panero, J. dan Zelnik, M. (2003), Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Jakarta: Erlangga. Roebuck, J. A. (1975), Body Space Antropometry, Ergonomi and Design, London : Taylor & Francis Inc. Sunaryo, A. (1997), Reka Oles Mebel Kayu, Semarang: Penerbit Kanisius. Tarwaka, Bakri,S. dan Sudiajeng, L. (2004), Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas, Surakarta: Uniba Press. Walpole, R. E. (1995), Introduction to Statistics Ed.3, Terjemahan-Bambang Sumantri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Wignjosoebroto, S. (2003), Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.