BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan. penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Zainal, 2013). Kecurangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. dan kertas, dan komunikasi. Manajemen Enron telah melakukan window

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan itu sendiri adalah memiliki wewenang dalam pembuatan laporan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Klien dan

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (UU REPUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik di negara berkembang dan negara maju. (Andreas, 2014 :1). Kecurangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut Pernyataan Standar

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.G.7 tahun 2000 tentang Penyajian dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fenomena korupsi di Timor Leste dibuktikan dengan adanya penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen tender dengan memberi proyek jutaan dollar

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen laba (earning management) sering kali dianggap negatif oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dari masing-masing negara. Banyak negara saat ini berproses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Baridwan (2002:3), penyusunan laporan keuangan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausalitas (sebab-akibat), yaitu jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berupa informasi secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia bisnis maka permintaan kebutuhan akan jasa

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam usaha agar bisnis yang dikelolanya dapat tetap bertahan. Para

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan, penghilangan dokumen dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang muncul tentang keadilan, kejujuran, hak dan kewajiban,

BAB I PENDAHLUAN. bisa unggul dalam persaingan antar perusahaan. Informasi yang disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengembangkan usahanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif,

BAB I PENDAHULUAN. distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Gambar Umum Struktur Organisasi KAP. Partner

BAB I PENDAHULUAN. perilaku kecurangan pada keuangan, ataupun menayalahgunakan aset, atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. pembuat keputusan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

BAB I PENDAHULUAN. due professional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi perusahaan yang semakin kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu tentu ingin mengejar dan mencapai segala sesuatu yang

AUDITING II. Prinsip-prinsip Umum ISA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pencapaian risiko audit dalam proses audit laporan keuangan sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. supervisi bank tersebut (Soebijoto, 2011). Modus kejahatan perbankan bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari informasi tersebut (Sulistiawan, 2003). Akibatnya, guna mendapatkan manfaat atau keuntungan yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap perusahaan dapat mengelola dan melaksanakan manajemen

KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Earnings management muncul karena adanya agency conflicts, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun. Kecurangan (fraud)adalah tindakan berupa penipuan yang biasanya telah direncanakan dan sengaja dilakukan untuk memberikan keuntungan pribadi bagi sang pelaku dan dampaknya sangat besar bagi perusahaan karena dirugikan secara finasial maupun non finansial (Alison, 2006) dalam Peni (2012). Pada umumnya, kecurangan berkaitan erat dengan korupsi. Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau fraud merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya diterapkan dalam suatu entitas.dampak dan konsekuensi yang ditimbulkan dari kecurangan bagi perusahaan sangatlah besar karena perusahaan akan menderita kerugian yang signifikan karena kecurangan. Kecurangan dapat terjadi di perusahaan karena banyak perusahaan ingin laporan keuanganya terlihat baik di depan para calon investor dan mengurangi persepsi negatif tentang perusahaan.kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang peringkat indeks korupsinya berada di posisi 111 dari 180 negara di dunia (Transparency International, 2009) dalam Peni (2012). Ikatan Akuntansi

Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo, 2006 menjelaskan tindakan kecurangan sebagai: (1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan, yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan, (2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (sering disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Merajuk kepada fenomena kecurangan yang ditemukan penulis di kasus pada tahun 2011 yaitu Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril telah terbukti bersalah karena melakukan transfer 1,6 Miliar dan juga terbukti melakukan perekayasaan dokumen laporan keuangan, hal ini diketahui oleh tim pemeriksa dan pengawas dari Cabang Bangkinang yang pada saat itu melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung.Saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Dalam pemeriksaaanya tim pemeriksa dan pengawas menemukan kejanggalan yang berupa jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang, setelah dilakukan analisis lebih lanjut diketahui bahwa adanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliyar yang berasal dari BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya. Selain kasus tersebut juga terdapat kasus yang muncul pada

tahun 2013 yaitu kasus yang melibatkan pegawai Bank Syariah Mandiri dengan posisi (Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Bogor, Kepala Cabang pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor, dan Staff Accounting Bank Syariah Mandiri pembantu Bogor) dan seorang debitur dalam kredit fiktif dengan total kredit yg dicairkan sebesar Rp 102milyar. Modus yang dilakukan dalam kecurangan ini adalah dengan mencairkan kredit fiktif yang didalamnya menggunakan nama 197 debitur yang dimana 113 debitur adalah nama yang fiktif hal ini dilakukan dengan cara memanipulasi dokumen mulai dari KTP palsu hingga surat tanah palsu. (http://www.kompasiana.com) Kasus lain adalah kasus PT Kimia Farma. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.

Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar,pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut (Sumber:https://davidparsaoran.wordpress.com/2009/11/04/skandalmanipulasi-laporan-keuangan-pt-kimia-farma-tbk/). Motivasi seseorang untuk melakukan sebuah tindakan kecurangan (fraud) sangat bermacam-macam. Dari berbagai macam teori yang ada, teori yang menjelaskan secara detail tentang motivasi seseorang

melakukan sebuah tindakan kecurangan(fraud)adalah Fraud Triangle Theory yang dikemukakan oleh Cressey pada tahun 1953. Fraud triangle theory yang dikemukakan oleh Cresseyterdiri atas tiga komponenyaitu pressure (tekanan), oppurtunity (peluang)dan rationalization (rasionalisasi). Tekanan (pressure) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan kecurangan. Tekanan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana seseorang itu bekerja. Salah satu, faktor yang dapat menyebabkan tekanan pada seseorang yaitu mengenai kesesuaian kompensasi yang didapat di dalam perusahaan (Putri 2013). Jika seorang pegawai merasakan kompensasi yang mereka terima tidak sesuai dengan apa yang telah dikerjakan untuk perusahaan tempat karyawan bekerja maka hal ini dapat menimbulkan tekanan bagi karyawan tersebut sehingga menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud).jadi, dalam penelitian ini tekanan atau pressure diproksikan dengan persepsi mengenai kesesuaian kompensasi. Peluang atau opportunity merupakan suatu kondisi yang memungkinkan seseorang bisa melakukan kecurangan. Kondisi tersebut sebenarnya dapat dikendalikan oleh perusahaan apabila perusahaan memiliki sistem pengendalian yang efektif (Pramudita,2013).Kecurangan dapat terjadi karena adanya kesempatan dimana seseorang memiliki akses terhadap aset atau memiliki wewenang untuk mengatur prosedur

pengendalian yang memperkenankan dilakukannya skema kecurangan. Jabatan, tanggung jawab, maupun otorisasi memberikan peluang untuk terlaksananya kecurangan (Suprajadi, 2009) dalam Mustika (2007). Untuk meminimalisir peluang atau kesempatanseseorang untuk melakukan kecurangan maka diperlukan pengendalian internal yang efektif.jadi dalam penelitian ini, opportunity dalam teori fraud triangle diproksikan dengan persepsi mengenai keefektifan sistem pengendalian internal. Rasionalisasi adalah pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal.menurut Skousen (2009) dalam Fatun, A (2013) rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak kecurangan, rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Penalaran moral yang kurang merupakan faktor yang diduga dijadikan alasan pembenaran mengapa pegawai melakukan kecurangan di dalam suatu organisasietis (Cohen Pen 1996 dalam Mustika 2007). Untuk meningkatkan kepuasan kerja, kinerja karyawan dan mengatasi kecurangan di dalam organisasi diperlukan penalaran moral yang tinggi. Dalam penelitian initingginya penalaran moral dapat membuat internal auditor untuk memikirkan ulang sebelum bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Sehingga, semakin tinggi penalaran moral seorang internal auditor, semakin sedikit kecurangan yang mungkin akan dilakukan dan sebaliknya jika penalaran moral seorang internal auditor rendah, sehingga semakin tinggi kecurangan yang dilakukan. Jadi,

dalam penelitian ini, rasionalisasi (rationalization) diproksikan dengan persepsi mengenai penalaran moral. Dari pembahasan di atas, dapat diketahui adanya pola hubungan antara Fraud Triangle Theory dengan kecurangan (Fraud) yang dimana terdapat tiga komponen dari teori tersebut yaitu tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Dalam penelitian ini, komponen tekanan berhubungan dengan kesesuaian kompensasi kepada seseorang yang mana apabila terjadi ketidaksesuaian kompensasi yang diterima seseorang akan memunculkan tekanan yang dirasakan oleh seseorang tersebut sehingga mendorong sesorang melakukan kecurangan (fraud). Komponen kedua yaitu kesempatan, apabila seseorang mendapatkan celah atau kesempatan di dalam perusahaan maka secara mudah pula seseorang dapat melakukan kecurangan (fraud), namun hal tersebut dapat dikendalikan dengan adanya sistem pengendalian internal yang kuat. Komponen ketiga yaitu rasionalisasi, rasionalisasi merupakan suatu pemikiran yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, dalam hal ini sangat berkaitan dengan penalaran moral seseorang, apabila seseorang tersebut penalaran moral yang dimiliki rendah maka dengan mudah seseorang tersebut melakukan kecurangan karena menurut pelaku kecurangan, hal tersebut adalah hal yang wajar.sehubungan dengan variabel-variabel di atas maka dalam penelitian ini, responden yang digunakan peneliti adalah internal auditor perbankan yang ada di kota Semarang. Pemilihan responden tersebut karena internal auditor adalah pihak yang independen

untuk menilai sebuah tindakan kecurangan, selain itu internal auditor bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi di dalam perusahaan dan memiliki otoritas dalam mengawasi dan memonitor sebuah organisasi atau bank yang di dalamnya termasuk perencanaan, penggunaan, pencairan serta pelaporan anggaran, Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Keefektifan Sistem Pengendalian Internal, dan Penalaran Moral Terhadap Kecurangan (Fraud) (Studi Empiris pada Sektor Perbankan di Kota Semarang). 2. Perumusan Masalah 2.1 Apakahkesesuaian kompesansi berpengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud)? 2.2 Apakahkeefektifan sistem pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud)? 2.3 Apakah penalaran moral berpengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud)? 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Penelitian 3.1.1 Untuk mengetahui pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan (fraud). 3.1.2 Untuk mengetahui pengaruh keefektifan sistem pengendalian internal terhadap kecurangan (fraud)

3.1.3 Untuk mengetahui pengaruh penalaran moral terhadap kecurangan (fraud). 3.2 Manfaat Penelitian 3.2.1 Bagi Perbankan Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan khususnya di sektor perbankan untuk mencegah terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh oknum tertentu di dalam perusahaan dengan menerapkan kebijakan yang tepat dalam hal kesesuaian kompensasi, sistem pengendalian internal, dan penalaran moral