BAB II QARDHUL HASAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM. bagi alam semesta) menganjurkan pemeluknya di samping melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Umum Tentang Akad Talangan Dalam Pembiayaan. yang diberikan kepada orang yang meminjam (Muqtaridh) dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. skim pembiayaan syari ah. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tentang

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA UNAH CIREBON

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

Transkripsi:

BAB II QARDHUL HASAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Qardhul Hasan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (memberi rahmat bagi alam semesta) menganjurkan pemeluknya di samping melakukan usaha produktif untuk mencari karunia Illahi, juga harus peka terhadap keadaan disekitarnya. Hal ini berarti bahwa umat Islam dianjurkan untuk mempunyai jiwa sosial. Tidak terkecuali pada institusi perbankan yang di samping mengemban misi bisnis, juga mengemban misi sosial dalam hal produk-produknya yang disalurkan kepada masyarakat diantaranya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad yang telah disepakati bersama. Qardhul hasan adalah pinjaman harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali atau dengan kata lain, meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, al-qardh yang dikategorikan dalam akad tathawwu atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Dalam dunia perbankan syariah, dapat berupa qardhul hasan, sebagai bentuk sumbangsih kepada usaha kecil. Di Indonesia, dana ini berasal dari dana badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah (BAZIS). 26 26 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h:96 23

24 Secara etimologi, qardh (قرض) berarti al-qath u (القطع) yaitu memotong. 27 Di dalam kamus Al-Munawwir al-qardh berarti al-sulfah terminologi, menurut (قرض) yaitu pinjaman. Pengertian qardh (السلفة) antara lain yang dikemukakan oleh ulama Malikiyah 28 adalah sesuatu penyerahan harta kepada orang lain yang tidak disertai imbalan atau tambahan dalam pengembaliannya. Sedangkan menurut ulama Syafi iyah, qardh (قرض) mempunyai pengertian yakni akad pemilikan sesuatu untuk dikembalikan dengan yang sejenis atau yang sepadan. 29 Dari definisi tersebut tampaklah bahwa sesungguhnya qardh merupakan salah satu jenis pendekatan untuk bertakarrub kepada Allah dan merupakan jenis mu amalah yang bercorak pertolongan kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya. Disebutkan bahwa Qardhul Hasan merupakan produk yang unik dari perbankan Islam, dimana merupakan pinjaman nol keuntungan atau investasi negatif. Dalam aturan fiqih, Al-Qardh (القرض) dapat dibedakan menjadi dua macam: 1. Qardh Al Hasan, yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain, dimana pihak yang dipinjami sebenarnya tidak ada kewajiban mengembalikan. Adanya Qardh al hasan sejalan dengan ketentuan dalam Al-Qur an Surat at-taubah ayat 60. 27 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil. (Bandung: PT PUSTAKA SETIA), h:23 28 Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h:254 29 Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah,.. h:254.

25 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 30 Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk memberikan bantuan kepada: 1. orang-orang fakir yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya, 2. orang-orang miskin, 3. pengurus-pegurus zakat, 4. para mu allaf yaitu orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah maka mu allaf berhak menerima zakat, dengan zakat itu mudah-mudahan dapat member keteguhan para mu allaf tetap tegar di jalan Islam, 5. memerdekakan budak, 6. diberikan untuk di jalan Allah yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa di jalan Allah itu mencakup juga kepentingan- 30 (QS. At-Taubah{9}:60)

26 kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Hadits tentang al-qardh menurut Dewan Syari ah Nasional Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001: ه ن ف ر ج ع ن ه س ل ن ك ر ب ة ه ن ك ر ب الد ن ي ا ف ر ج اهلل ع ن و ك ر ب ة ه ن ك ر ب ي و م ال ق ي اه ة و اهلل ف ي ع و ن ال ع ب د ه اد ام ال ع ب د ف ي ع و ن أ خ ي و )رواه هسلن( "Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-nya selama ia (suka) menolong saudaranya" (HR. Muslim) 31 Memuat tentang sasaran atau orang-orang yang berhak atas zakat, salah satunya adalah Gharim. Yaitu pihak yang mempunyai hutang dijalan Allah. Melalui Qardh Al Hasan maka dapat membantu orang yang berhutang dijalan Allah untuk mengembalikan hutangnya kepada orang lain tanpa adanya kewajiban baginya untuk mengembalikan utang tersebut kepada pihak yang meminjamkan. Keberadaan akad ini merupakan karakteristik dari kegiatan uasah perbankan syariah yang berdasarkan pada prinsip tolong-menolong. 2. Al-Qardh yaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain dengan kewajiban mengembalikan pokoknya kepada pihak yang meminjamkan. Pada peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang qardh diartikan sebagai pinjam meminjam dana tanpa imbalan 31 Dewan Syari ah Nasional Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001

27 dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam waktu tertentu. 32 Dalam Pembiayaan qardhul hassan, utang yang dapat diberikan baik dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang yang dipinjam adalah seperti mobil, handphone, atau lainnya, dengan syarat bahwa penerima pinjaman harus mengembalikan barang tersebut kepada pemilik dalam keadaan semula tanpa ada bagian yang terambil atau tanpa ada tambahan apapun pada barang tersebut. Sekalipun penerima pinjaman tidak diharuskan untuk memberikan imbalan apapun, namun penerima pinjaman boleh saja atas kebijakannya sendiri membayar lebih dari jumlah uang yang dipinjamnya sebagai tanda terimakasih dari penerima pinjaman kepada pemberi pinjaman. Namun hal itu tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka. Dipersoalkan apakah dibolehkan untuk membebankan biaya administrasi oleh pemberi pinjaman kepada penerima pinjaman. Menurut standar yang diterbitkan oleh the accounting and auditing organisation for islamic financial institutions (AAOFI), pembebanan service cost tidak dilarang, namun dengan ketentuan yang ketat bahwa biaya tersebut harus merupakan actual cost. Biaya-biaya tidak langsung seperti pegawai, biaya sewa dan pengeluaran kantor lainnya, atau kewajiban-kewajiban lain tidak dapat diperhitungkan kedalam actual cost tersebut. hlm.239 32 Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014),

28 Al-Qur an sangat menganjurkan kaum muslim untuk memberikan pinjaman kepada yang membutuhkan. Peminjam hanya wajib mengembalikan pokok pinjamannya, tetapi dibolehkan memberikan bonus sesuai dengan keridhaannya. Muqtaridh (peminjam) juga mendapatkan manfaat dari berbagai macam layanan dan keuangan serta dukungan moral yang diberikan oleh lembaga keuangan. Pinjaman ini sering diberikan kepada lembaga-lembaga amal untuk membiayai aktivitas mereka. Pengembalian dilakukan selama satu periode yang disepakati kedua pihak. Tetapi tanpa dikaitkan dengan jumlah atau jangka waktu pinjaman. Jadi kelebihan itu semata-mata untuk biaya pelayanan. 33 Qardh juga merupakan produk yang fleksibel karena dapat digunakan untuk pembiayaan konsumtif maupun produktif. 34 B. Dasar Hukum Qardhul Hasan Pada pembiayaan qardhul hasan merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan harta miliknya atas suatu barang dan pihak yang lain untuk menerima harta atau barang yang telah dijanjikan. Pada dasarnya perjanjian pembiayaan ini merupakan perbuatan hukun yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas suatu barang dari pihak muqridh (pemilik barang) kepada muqtaridh (peminjam barang), maka dengan sendirinya dalam 33 Mervyn K. Lewis dkk, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, dan Prospek, (jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), h:83 34 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta Zikrul Hakim, 2003), h:85

29 perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya pembiayaan qardhul hasan. Rukun Dan Syarat Qardhul Hasan 1. Rukun Qardhul Hasan a. Dalam konteks baitul mal Pelaku akad yakni muqtaridh (peminjam) pihak yang membutuhkan dana dan muqridh (pemberi pinjaman) pihak yang memiliki dana. b. Obyek akad yaitu qardh (dana) c. Tujuan yaitu iwad (imbalan; ganti rugi) 35 atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp. X,-, dikembalikan Rp. X,-) d. Sighat yakni ijab kabul. 36 Dalam pembiayaan qardhul hasan, keempat rukun tersebut harus dipenuhi sebab seandainya salah satu rukun tidak terpenuhi, maka pembiayaan tersebut tidak sah. 2. Syarat Qardhul Hasan Hendaknya dalam pembiayaan qardhul hasan yang dilakukan oleh muqridh dan muqtaridh, haruslah memenuhi beberapa persyaratan diantara lain : a. Syarat muqtaridh dan muqridh (pihak-pihak yang mengadakan akad qardhul hasan) harus memiliki kecakapan bertindak hukum, dapat membedakan apa yang baik dan buruk, berakal sehat dan hlm.48 35 (http://kbbi.co.id/arti-kata/iwad pada tanggal 23 maret 2016 pukul 10:41 WIB) 36 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

30 sudah berusia dewasa (baligh) sehingga mengerti akan maksud dan tujuan dari perbuatan yang dilakukan. 37 b. Syarat ijab dab qobul (sighat), merupakan suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dan salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Adapun ketentuan syariah Ijab Qabul, yakni: 1) akad qardhul hasan bukan akad yang dilarang syara artinya pembiayaan qardhul hasan harus sesuai dengan syariah islam yang tidak mengandung unsur riba (bunga) dengan tidak mensyaratkan imbalan pada pinjaman. 2) Keadaan ijab dan qabul berhubungan, artinya ijab itu berjalan terus (tidak dicabut) sebelum terjadi qabul. Jika orang yang berijab menarik kembali ijabnya sebelum qabul maka batallah ijabnya sebelum qabul maka batallah ijabnya. 3) Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul, artinya makna antara ijab dan qabul sama, meskipun lafadz keduanya berlainan. 38 c. Syarat Qardh (dana), adapun ketentuannya sebagai berikut: 1) Qardh yang dipinjamkan harus jelas wujud dan jumlahnya, misalnya dalam pemberian pinjaman uang pada pembiayaan Qardhul Hasan jelas berapa jumlah uang yang akan dipinjamkan. 37 Helmi Karim, Fiqh Muammalah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada), 1997. Hlm.34 38 Helmi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.47

31 2) Qardh telah ada ketika akad Qardhul Hasan dilaksanakan, sehingga pinjaman tersebut dapat diserahkan pada saat akad terjadi atau pada waktu yang disepakati. 3) Harta yang dipinjamkan mestilah sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Tidak ada artinya meminjamkan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat kepada pihak peminjam seperti meminjamkan sejumlah uang yang sudah tidak punya nilai lagi. 4) Pemanfaatan harta yang dipinjam itu berada dalam ruang lingkup kebolehan, tidak boleh meminjam sesuatu kepada seseorang yang bertujuan untuk maksiat. d. Syarat iwad (imbalan; ganti rugi) adapun ketentuannya sebagai berikut: 1) Kerelaan kedua belah pihak 2) Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal. 39 C. Hubungan Hukum Islam Dengan Pinjaman Qardhul Hasan Dari sudut tinjauan yang sama, qardh berarti memotong. Dikatakan demikian karena harta tersebut benar-benar dipotong apabila diberikan kepada peminjam. Berdasarkan hadis Nabi SAW, pemberian pendahuluan pinjaman dengan cara Qardh lebih berkenaan bagi Allah daripada 39 Gemala Dewi, Hukum Perikatan di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm.60

32 memberi sedekah. Ini merupakan keterangan sah yang tidak perlu diragukan lagi, dan merupakan sunah Nabi SAW dan ijma ulama. Abu Rafi menceritakan bahwa Nabi SAW telah meminjam seekor unta muda, apabila unta lain diberikan kepadanya, Abu Rafi meminta menyerahkan unta yang sama atau gantinya kepada orang yang meminjamkan unta tersebut. Abu Rafi memberikan unta yang baik tadi sebagai ganti unta yang dipinjamnya; mereka yang baik ialah mereka yang membayar utang dengan apa yang lebih baik. Keterangan yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa pinjaman berdasarkan hukum islam harus mengikuti semua perkara yang berharga. Hidup didunia ini sebenarnya tidak dapat menghindari persoalan pinjammeminjam yang dihalalkan tentu Nabi SAW tidak membuat contoh sebagai seorang peminjam. Tetapi harus diingat bahwa pinjaman yang dikenakan bayaran lebih adalah tetap haram karena itu menyerupai riba. Nabi SAW bersabda, apabila pinjaman selesai diberi pendahuluan, pemiutang haruslah menghindari diri untuk menerima pemberian berupa hadiah dari pinjaman, melainkan pertukaran hadiah seperti itu haruslah dilakukan peminjam dan pemberi pinjaman sebelum pendahuluan pinjaman itu terjadi. Pembayaran utang dengan barang yang kualitasnya lebih baik mungkin dibenarkan jika tidak ditentukan sewaktu perjanjian pinjaman itu dibuat. Mazhab Maliki mengemukakan bahwa Qardh merupakan pinjaman atas benda yang bermanfaat yang diberikan hanya karena belas kasihan,

33 dan bukan merupakan bantuan (ariyah) atau pemberian (hibah), tetapi harus dikembalikan seperti bentuk yang dipinjamkan. Kesimpulannya, bahwa qardh merupakan suatu jenis pinjaman pendahuluan untuk kepentingan peminjam. Ini meliputi semua bentuk barang yang bernilai dan bayarannya juga sama dengan apa yang dipinjamkan. Peminjam tidak mendapatkan nilai yang berlebih karena itu akan merupakan riba yang dilarang keras. D. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mekanisme Akad Qardhul Hasan 1. Musyawarah dan kesepakatan Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Nasabah dan bank sepakat mengadakan perjanjian khusus, yaitu apabila masa sewa berakhir, nasabah akan membeli objek yang disewanya dengan harga yang disepakati bersama. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan transaksi dengan nasabah sehingga harus dikelola dengan baik. Pada saatnya dan apabila akan diperlukan, dokumentasi yang baik dan tertib dan berfungsi sebagai alat pengaman bagi bank atas fasilitas yang diberikan kepada nasabah.

34 3. Sanksi Pada dasarnya semua pembiayaan terdapat sanksi yang diterapkan, apabila melakukan Wanprestasi termasuk pada pembiayaan qardhul hasan antara lain: a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah. b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan. c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh. 4. Wansprestasi Wanprestasi yang dimaksudkan apabila nasabah melakukan cedera janji, yaitu tidak disepakati menepati kewajiban terhadap BMT dalam suatu perjanjian. Dalam hukum Islam, seorang diwajibkan untuk menghormati dan mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercaya kepadanya. 40 40 Hery Susanto, dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Hlm.216

35 E. Fatwa DSN No: 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Qardhul Hasan Dewan Syariah Nasional menimbang : 1. Bahwa lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal; 2. bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip al-qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah. 3. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syari ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS. Menetapkan : FATWA TENTANG AL-QARDH 1. Ketentuan Umum al-qardh a. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. b. Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah. d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

36 e. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad. f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat: 1) memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau 2) menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya. 2. Sanksi a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah. b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan. c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh. 3. Sumber Dana a. Dana al-qardh dapat bersumber dari: b. Bagian modal LKS; c. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan

37 d. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS. Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad qardh yang harus dipedomani untuk menentukan keabsahan akad qardh adalah Fatwa DSN- MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh yang memberikan ketetentuan sebagai berikut: a. Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. b. Nasabah al-qardh wajib menegembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah. d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu. e. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjiakan dalam akad. f. Jika nasabah tidak dapat menegembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS dapat: 1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau 2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya. 41 41 DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001

38 F. Mekanisme Qardhul Hasan Mekanisme qardhul hasan dalam praktik BMT yaitu sebagai berikut: 1) Kontrak perjanjian qardhul hasan dilaksanakan antara BMT dan nasabah. 2) Nasabah menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan BMT menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam qardhul hasan berasal dari dana BMT dan dana kebajikan yang dikumpulkan oleh BMT dari berbagai sumber antara lain : zakat, infaq, sedekah, denda, bantuan dari pihak lain, dan dana lainnya. 3) Bila terdapat keuntungan maka keuntungan 100% dinikmati oleh nasabah tidak dibagi hasilkan dengan BMT. 4) Pada pembayaran atau jatuh tempo, maka nasabah mengembalikan 100% modal yang berasal dari BMT tanpa ada tambahan. 42 G. Manfaat dan Tujuan Mekanisme Qardhul Hasan 1. Manfaat Pembiayaan Qardhul Hasan a. Untuk Pembiaayan produktif dengan memberikan lapangan kerja sekaligus mendidik kepada orang-orang yang kurang mampu atau pengusaha kecil. b. Untuk menolong peminjam yang berada dalam keadan terdesak baik untuk hal-hal yang bersifat konsutif maupun produktif. 43 42 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (jakarta: Gema Insani Perss, 2001). hlm. 43 Warkum Sumitro, Asdas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah), (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.108

39 2. Tujuan Pembiayaan Qardhul Hasan Adapun tujuan dari pembiayaan qardhul hasan antara lain: a. Untuk menolong peminjam yang berada dalam keadaan terdesak, untuk hal-hal yang bersifat produktif. b. Sebagai pinjaman talangan haji dimana nasabah calon haji diberikan talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji, nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji. c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan bagi pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual beli ijarah (sewa) atau bagi hasil. d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank akan mengembalikan secara cicilan melalui pemotongan gajinya. H. Sumber Dan Penggunaan Dana Dana yang disediakan BMT untuk fasilitas pembiayaan qardhul hasan berasal dari beberapa sumber, namun pada umumnya sumber dana qardhul hasan berasal dari : 1. Dana komersial (modal) perusahaan Dana qardhul hasan akan diambilkan dari modal perusahaan jika kebutuhan mendesak tetapi dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shodaqoh) tidak tersedia.

40 2. Dana sosial Dana sosial untuk fasilitas pembiayaan qardhul hasan berasal dari dana ZIS (Zakat, Infaq, dan Shodaqoh), dan hibah. I. Sasaran Qardhul Hasan Pada akad qardhul hasan yang diberikan BMT kepada muqtaridh, terdapat beberapa sasaran pembiayaan kepada muqtaridh, diantaranya: 1. Pengusaha kecil pemula yang potensial akan tetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan berusaha. Pengusaha kecil dan sector informal. 2. Masyarakat lainnya yang menanggapi problem modal dengan prospek usaha yang layak 3. Perorangan lainnya yang berada dalam keadaan terdesak. Penerimaan qardhul hasan hanya diwajibkan mengembalikan pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan BMT hanya mengenakan biaya administrasi yang benar-benar untuk keperluan proses. Dengan jangka waktu pembiayaan, jangka pendek; kurang dari satu tahun, jangka menengah; satu sampai tiga tahun, dan jangka panjang; lebih dari 3 (tiga) tahun. 44 44 Warkum Sumitro, Asdas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah), (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.133