BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah Indonesia. Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadi penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gambaran kesehatan masyarakat.(depkes, 1999) Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah kesehatan wanita, khususnya kesehatan reproduksi karena dampaknya sangat luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. (Manuaba, 1999). World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa di dunia setiap tahunnya ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekade terakhir ini ada 9 juta manusia mati karena kanker. Dan perlu dicatat bahwa 2/3 kejadian ini terjadi di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan 100 penderita kanker dari 100.000 penduduk (Bustan, 2000) Kanker leher rahim terbanyak kelima pada wanita di seluruh dunia dan diperkirakan terdapat 493.000 kasus baru dan 274.000 kematian pertahun pada tahun 2002. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika dan negara-negara 1
2 berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia kanker serviks (leher rahim) merupakan kanker terbanyak pada wanita. Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, kanker leher rahim mencapai 76,2% dari 1717 kanker ginekologi dari tahun 1989-1992 dengan angka survival, secara keseluruhan pada 5 tahun berkisar antara 56,7% - 72%. Dari data berdasar pathological based registry kanker leher rahim menempati urutan pertama diantara kanker wanita lainnya, diikuti kanker payudara ditempat kedua. jenis kanker yang cukup banyak pada wanita adalah kanker ovarium dan kanker korpus uteri.(fk.ui.,dll, 2007) Di Indonesia kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak pada wanita Indonesia. Kondisi ini justru berbeda dengan negara yang sudah maju, kanker leher rahim menduduki urutan kelima setelah kanker payudara, kolorektal,paru dan kulit. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan adanya program skrining tes pap di Negara maju yang telah dilakukan secara periodik dalam upaya deteksi pra kanker dan kanker leher rahim. Berdasarkan evaluasi penatalaksanaan kanker serviks di RS. H. Adam Malik dan RS.Pirngadi Medan selama 5 tahun yaitu sejak 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 2000, data ditelaah dari rekam medis penderita kanker serviks. Analisa data mencakup usia, paritas, stadium klinik, tipe histopatologi, cara pengobatan. Dengan hasil : pada periode tersebut didapat sejumlah 303 pasien kanker serviks. Kelompok usia terbanyak adalah 40-49 tahun yaitu 151 kasus (49,83%). Paritas 5 atau lebih merupakan grup terbanyak. Setengah pasien kanker serviks digolongkan pada stadium IIIb (50,49%). Histopatologi tersering adalah squamous cell (88,45%). Pengobatan radioterapi merupakan pengobatan terbanyak (81,18%). ( Sahil, 2006)
3 Hampir semua (99,7 %) kanker leher rahim secara langsung berkaitan dengan infeksi sebelumya dari salah satu atau lebih Human Papilloma Virus (HPV) salah satu infeksi menular seksual yang paling sering terjadi di dunia. Tanpa memandang usia dan latar belakang, setiap perempuan beresiko terkena penyakit yang disebabkan Human Papilloma Virus (HPV) ini. Bahkan kanker ini sering menyakiti dan membunuh wanita usia produktif (30 sampai 50 tahun). Mengingat tingginya angka kejadian serta angka kematian pada penderita kanker leher rahim serta kenyataan bahwa sebagian besar kasus ditemukan pada stadium lanjut,, sudah seharusnya kaum perempuan melakukan deteksi dini. Di Indonesia program skrining (deteksi dini) belum menjadi prioritas dalam program pemerintah. Pihak swasta seperti YKI ( Yayasan Kanker Indonesia) melakukan masih terbatas, dan belum terprogram dengan baik (insidentil). Pilihan yang cocok bagi Indonesia adalah mengembangkan teknologi rendah,mengingat : daerah sangat luas dengan beribu pulau, penduduk cepat bertambah, dengan mobilitas tinggi, komunikasi belum memadai, kemampuan ekonomi rendah, pendidikan rendah, kesadaran tentang kesehatan belum baik.( FK.UI.,dll, 2007). Kebijakan untuk menentukan secara dini lesi prakanker akan memberikan dampak yang cukup besar di dalam menurunkan insidensi, morbiditas dan mortalitas penyakit kanker serviks (leher rahim). Inspeksi Visual langsung telah dilakukan uji coba di Negara Afrika dan ternyata dapat menurunkan insidensi 26%. Upaya telah dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan visual dengan asam asetat telah dilakukan uji coba dibanyak Negara ternyata juga mempunyai sensitifitas dan spesifitas yang cukup baik dalam menemukan lesi pra kanker leher rahim.(fk.ui.,dll, 2007)
4 Menurut Laila Nuranna dari FK. UI. deteksi penyakit kanker leher rahim dapat dilakukan dengan sederhana untuk kanker leher rahim dideteksi dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yang sangat sederhana, murah, nyaman, praktis dan mudah. Sederhana, yaitu dengan mengoleskan asam cuka pada leher rahim lalu mengamati perubahannya, lesi prakanker dapat dideteksi bila terlihat bercak putih, murah biayanya sekira Rp.5000/pasien. Nyaman, karena prosedurnya tidak rumit, tidak memerlukan persiapan dan tidak menyakitkan. Praktis artinya dapat dilakukan dimana saja, tidak memerlukan sarana khusus cukup tempat tidur sederhana yang representative, spekulum dan lampu. Mudah, karena dapat dilakukan oleh bidan dan perawat yang terlatih. Bila hasilnya normal, IVA dapat diulang setiap tiga atau lima tahun. Bila ditemukan dalam tahap prakanker rahim dapat diobati dengan sangat mudah, yaitu dengan krioterapi (terapi gas dingin).(chaerunnisa, 2008) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan program pencegahan kanker leher rahim (See and Treat) adalah metode screening dan terapi pada kanker leher rahim yang sangat baik untuk negara dengan sumber daya terbatas, program ini dilaksanakan sejak Desember 2007. Dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), pelaksanaannya dilakukan diseluruh puskesmas yang ada di kota Medan. Dengan mengadakan penyuluhan terlebih dahulu kepada masyarakat, khususnya kepada wanita yang telah menikah, kemudian dilakukan pemeriksaan bagi ibu-ibu tersebut yang bersedia. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis tentang pemeriksaan IVA di puskesmas wilayah kerja Kecamatan Medan Area, ada 3 (tiga) puskesmas, yaitu:
5 Puskesmas Kota Matsum, dari pemeriksaan 100 orang tidak didapatkan yang positif, Puskesmas Sukaramai, dari 100 orang didapatkan 2 orang positif, Puskesmas Medan Area Selatan, dari 140 orang yang mengikuti penyuluhan tentang pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim, ada 30 orang yang mengikuti pemeriksaan IVA, atau sekitar 21,42%. dan 1 (satu) orang yang positif. Dan dari pengamatan di lapangan (observasi awal) ibu-ibu tersebut tidak mau melakukan pemeriksaan IVA, dengan berbagai alasan yang berbeda antara lain,tidak merasakan adanya gejala-gejala dari penyakit kanker leher rahim seperti keputihan dan perdarahan diluar siklus haid. Dan ada pula dengan alasan takut menjadi tahu bahwa dirinya tidak sehat atau ada penyakit. 1.2 Perumusan Masalah Dari permasalahan yang telah dikemukakan maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap wanita yang telah menikah terhadap pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim di puskesmas Medan Area Selatan tahun 2009. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap wanita yang telah menikah terhadap pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim di puskesmas Medan Area Selatan tahun 2009.
6 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran pengetahuan wanita yang telah menikah terhadap pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim di puskesmas Medan Area Selatan tahun 2009. 2. Mengetahui gambaran sikap wanita yang telah menikah terhadap pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim di puskesmas Medan Area Selatan tahun 2009. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan untuk bahan informasi bagi puskesmas Medan Area Selatan dalam melaksanakan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kepada masyarakat khususnya kepada ibu ibu yang telah menikah untuk melakukan pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim secara dini. 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai pengetahuan dan sikap ibu ibu yang telah menikah terhadap pemeriksaan IVA di Puskesmas Medan Area Selatan. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.