REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

III. METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

TINDAK TUTUR GURU DI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA KELAS VIII SMP N 27 PADANG (KAJIAN PRAGMATIK) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA.

KESANTUNAN DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI SMP NEGERI 21 BANDARLAMPUNG. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini, di

PERILAKU VERBAL GURU DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 GIANYAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

II. KAJIAN PUSTAKA. tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan yang mereka ajukan ketika bertutur.

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

Majidi Rahmi. Abstract. Abstrak. SMPN 6 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

TINDAK TUTUR GURU YANG BERKARAKTER DALAM PEMBELAJARAN DI TK. Oleh

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

Elok Puji Prayekti, Tindak Tutu Direktif Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Islam Al Hikmah Jember

PERILAKU BERBAHASA AHOK: KAJIAN TINDAK TUTUR. Abstract

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

Dewa Ayu Made Olivia Dita Kesari Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udaya. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK TUTUR GURU BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SMK NEGERI SE-KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi karena tanpa adanya bahasa maka seseorang tidak

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

Pendahuluan. Kharisma et all, Peningkatan Keterampilan Menulis Pengumuman...

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA IKLAN BERBAHASA INDONESIA PADA RADIO MERCY FM TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL

DIRECTIVE AND EXPRESSIVE SPEECH ACTS MARIO TEGUH SUPER SHOW IN MNCTV

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VIII C DI KELAS VIII C SMPN 26 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS WACANA INTERAKSI KELAS BAHASA GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII B SMPN 11 KOTA BENGKULU TAHUN AJARAN 2016/2017

Tindak Tutur Persuasif Guru Penjasorkes dan Siswa di SMKN 4 Bandar Lampung. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

TINDAK TUTUR GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK WANGUN SESANA PENARUKAN SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR TUNGGING BELITUNG BANJARMASIN

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III SDN TIPO PALU

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

Durenan Kampong Jember Regency )

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS X SLB NEGERI 1 PEMALANG

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

PENGGUNAAN METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 5 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

EKSPRESI TINDAK DIREKTIF DALAM INTERAKSI KELAS BENGKEL JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

Transkripsi:

REPRESENTASI KEKUASAAN PADA TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Jully Andry Yanto Nurlaksana Eko Rusminto Wini Tarmini kandreinz@gmail.com Abstract The objective of this research is to describe kinds of representation of power in teacher s speech acts in Indonesian Language learning. The research method used in this research was qualitative descriptive. Meanwhile, the data in this research was taken from the teacher s speech acts consisting of the representation of power in assertive, directive, and expressive. The data collecting technique used was observation, recording, and field note. Moreover, the data was analyzed by using heuristic and interactive analysis. Based on the data analysis, it was found that there is the representation of power of the directive speech acts, the power used is position power, coercion, awards, skills, charisma. Meanwhile, the representation of power in assertive speech acts, the power used is coercion power, skills, awards. Finally, the representation of power of the expressive speech acts, the power used is position power, coercion, awards. Keywords: learning, representation of power, teacher s speech acts. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa tindak tutur guru direktif, asertif, ekspresif guru yang di dalamnya terdapat representasi kekuasaan. Teknik pengumpulan data dengan observasi, rekaman, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan analisis heuristik dan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan adanya representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru, kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan, paksaan, penghargaan, keahlian, dan kharisma. Representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru, kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan, keahlian, dan penghargaan. Representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru, kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan, paksaan, dan penghargaan. Kata kunci: pembelajaran, representasi kekuasaan, tindak tutur guru. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 0

PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Dalam proses komunikasi, seseorang berusaha untuk tidak hanya dipahami apa yang dituturkan, tetapi juga ingin dipercaya, dipatuhi, dihormati, dan dibedakan. Dengan kata lain, bahasa yang dituturkan bukan sekedar alat komunikasi melainkan alat untuk menguasai orang lain. Bahasa sebagai alat kekuasaan biasanya berbentuk persuasif. Kekuasaan bersifat persuasif, artinya kekuasaan itu berupa tindakan untuk mempengaruhi seseorang dalam hal kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Bentuk tindakan itu bisa berupa tuturan atau tindak tutur. Berkenaan dengan tindak tutur di kelas dari hasil pengamatan di SMP bahwa guru memiliki power dan kontrol terhadap peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, biasanya guru selalu mendominasi atau menguasai untuk melakukan tindak tutur. Misalnya, ketika guru masuk kelas, langsung memerintah siswa untuk mengoreksi pekerjaan rumah, tanpa didahului kegiatan awal: Anak-anak silakan buka buku pekerjaan rumahnya, kita koreksi bersama! Dengan tuturan seperti itu, siswa merasa tidak nyaman dalam belajar. Siswa merasa tidak nyaman dalam belajar karena suasana kelas yang tegang dan tidak terjadi interaksi yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki dominasi dan kekuasaan yang kuat terhadap siswanya. Biasanya seorang guru selalu merasa memiliki kekuasaan dalam melakukan tindak tutur di kelas. Selanjutnya Jumadi (2005: 8) menyatakan bahwa representasi kekuasaan tindak tutur guru di kelas direpresentasikan dengan menggunakan tindak tutur tertentu. Dengan berbagai tindak tutur itu, guru dan siswa membangun budaya komunikasi yang menunjukkan adanya proses saling mempengaruhi atau bahkan saling mendominasi. Wujud representasi kekuasaan tindak tutur dalam proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari tiga jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur direktif, asertif, dan ekspresif. Pemilihan ketiga jenis tindak tutur itu didasarkan kepada karakteristik dan daya ilokusinya. Karakteristik daya ilokusi ketiga jenis tindak tutur tersebut mengarah pada penggunaan kekuasaan. Tinjauan Pustaka dalam penelitian ini di antaranya adalah pemahaman tentang representasi kekuasaan, yaitu bagaimana seseorang menggambarkan, menampilkan, mewakilkan kekuasaan (mendominasi, mempengaruhi, memaksa aktivitas orang lain) pada tindak tuturnya. Konteks seseorang di sini adalah guru dan orang lain adalah siswa. Representasi pada dasarnya berarti bahwa kita bisa direpresentasikan oleh wakil kita ketika secara fisik kita tidak ada (Jorgensen dan Philips, 2010: 86). Representasi penting dalam hal apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya dan bagaimana representasi tersebut ditampilkan (Badara, 2012: 56). Robbbins (2002: 182) menyatakan bahwa kekuasaan mengacu pada suatu kemampuan bahwa si A harus mempengaruhi perilaku si B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan oleh si B. French dan Raven dalam Robbins (2002: 183) membagi kekuasaan menjadi lima jenis dasar atau sumber Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 1

kekuasaan, yakni kekuasaan karena paksaan, kekuasaan penghargaan, kekuasaan jabatan, kekuasaan keahlian, dan kekuasaan kharisma. Leech (1993: 19-20) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Tindak tutur digolongkan menjadi lima jenis oleh Searle (Rohmadi, 2004:32; Leech, 1993: 164). Kelima jenis itu adalah tindak tutur direktif, asertif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan (3) mendeskripsikan bentuk-bentuk representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini bermaksud membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Penelitian ini memfokuskan pada bentuk representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bentuk representasi kekuasaan berupa tindak tutur asertif, direktif, dan ekspresif. Penelitian ini melibatkan guru sebagai penutur dan peserta didik/siswa sebagai mitra tutur maupun peserta didik sebagai penutur dan guru sebagai mitra tutur. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa tindak tutur guru yang di dalamnya terdapat representasi kekuasaan. Tindak tuturnya berupa tindak tutur direktif, asertif, ekspresif guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 10 Kotabumi tahun pelajaran 2013/2014. Tuturan-tuturan tersebut dihasilkan oleh guru dan siswa sewaktu berdialog, berinteraksi, dan berkomunikasi yang diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif, asertif, dan ekspresif yang diujarkan oleh guru sebagai bahan kajian untuk mengetahui representasi kekuasaan. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan (1) teknik pengamatan atau observasi nonpartisipasi, peneliti hanya menyimak tanpa melibatkan diri selama pembelajaran berlangsung, (2) teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa, dapat dilakukan dengan alat perekam (3) catatan lapangan merupakan alat pengumpul data yang sangat penting digunakan oleh pengamat ketika pengamatan. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 2

Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (Miles dan Huberman). Dalam model analisis interaktif ini seluruh proses analisis data meliputi kegiatan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan yang bersifat terus-menerus dan saling terjalin satu dengan yang lain (Rusminto, 2010: 17). Mekanisme analisis data dapat dilihat pada Gambar berikut ini. SUMBER DATA Tuturan Guru terhadap Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Kekuasaan Tindak Tutur Guru dalam Bentuk Direktif, Asertif, dan Ekspresif PENGUMPULAN DATA Pengamatan/Observasi Rekaman Catatan Lapangan DATA TELAAH Tuturan Rekaman Catatan REDUKSI DATA Identifikasi Deskripsi Klasifikasi PENYAJIAN DATA Pengkodean T R I A N G U L PENYIMPULAN A Penyimpulan S dan verifikasi I temuan sesuai dengan fokus telaah TEMUAN TELAAH Representasi kekuasaan dalam tindak tutur Fungsi kekuasaan dalam proses pembelajaran Dalam reduksi data peneliti melaksanakan identifikasi, deskripsi, bahasa dan Indonesia klasifikasi. Tahapan ini, peneliti juga menggunakan analisis heuristik untuk menentukan apakah tuturan-tuturan tersebut masuk dalam pengkodean tindak tutur direktif, asertif, atau ekspresif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan adanya representasi kekuasaan pada tindak tutur guru. Wujud representasi kekuasaan yang dimaksudkan adalah bagaimana seorang guru menggambarkan, menampilkan, mewakilkan kekuasaan (mendominasi, mempengaruhi, memaksa aktivitas siswa) pada tindak tuturnya. Representasi kekuasaan pada tindak tutur guru yang tampak adalah representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif, asertif, dan ekspresif guru. Hasil telaah representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru meliputi (1) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam perintah, guru menggunakan kekuasaan jabatan, kekuasaan paksaan dan kekuasaan kharisma, (2) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam permintaan, guru menggunakan kekuasaan jabatan dan kekuasaan paksaan, (3) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam larangan, guru menggunakan kekuasaan paksaan, kekuasaan jabatan, dan kekuasaan keahlian, (4) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam persilaan, guru menggunakan kekuasaan jabatan, kekuasaan keahlian, kekuasaan paksaan dan kekuasaan penghargaan, (5) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 3

saran, guru menggunakn kekuasaan jabatan, kekuasaan paksaan, kekuasaan penghargaan, (6) representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam pertanyaan, guru menggunakan kekuasaan jabatan dan kekuasaan paksaan. Hasil telaah representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru meliputi (1) representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam menegaskan, guru menggunakan kekuasaan keahlian dan kekuasaan jabatan, (2) representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam menunjukkan, guru menggunakan kekuasaan keahlian, (3) Representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam mempertahankan, guru menggunakan kekuasaan paksaan, (4) representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam menilai, guru menggunakan kekuasaan keahlian dan kekuasaan penghargaan. Hasil telaah representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru meliputi (1) representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa senang, guru menggunakan kekuasaan penghargaan. (2) representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa tidak senang, guru menggunakan kekuasaan jabatan dan kekuasaan paksaan. Pembahasan Berdasarkan hasil kajian, ditemukan bahwa representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru sering dilakukan guru. Hasil penelitian menunjukkan adanya representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif, kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan, paksaan, penghargaan, keahlian, dan kharisma. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data tuturan berikut. (1) G : Selvia. S : (Tunjuk tangan) G : Kenapa jadi keg pasar, ya? [176] (banyak siswa ribut) S : (Mulai diam) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika mempresensi siswa. Guru memanggil nama Selvia, Selvia tunjuk tangan. Guru melihat banyak siswa yang ribut sehingga mengucapkan tuturan bertanya Kenapa jadi keg pasar, ya?, tuturan tersebut dimaksudkan guru agar siswa tidak ribut. Tuturan [176] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak direktif guru dalam pertanyaan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan. Kekuasaan jabatan digunakan guru ketika memerintah siswa agar diam. Data tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan tindak tutur direktif guru, kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan kharisma. (2) G : Zarkasy! S : Iya, Bu. G : Beritanya apa? S : (Siswa lainnya ribut tidak perduli dengan teman yang mau menjawab) G : Dengarkan, Nak! Dengarkan dulu, Nak! [7] S : Diam uy! (Ketua kelas memerintahkan teman-temannya agar diam karena situasi kelas agak ribut) G : Dengarkan dulu, sayang! Dengarkan dulu! [8] Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 4

(dengan intonasi rendah dan lembut) S : (Siswa diam fokus memperhatikan guru dan jawaban yang disampaikan oleh Zarkasy) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika melaksanakan apersepsi. Guru bertanya kepada siswa namun siswa lainnya ribut, tidak perduli dengan temannya yang mau menjawab. Tuturan [7] dan [8] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur perintah. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan kharisma, artinya sikap dan tuturan guru akan mempengaruhi sikap dan tuturan siswa juga. Guru memerintah siswa dengan intonasi yang lembut, panggilan untuk siswa diganti dengan panggilan sayang walaupun siswa agak ribut dan tidak merespon pertanyaan guru. Data tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan tindak tutur direktif guru dalam permintaan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. (3) G : Kalau tadi kita mengetahui, berita itu untuk menyampaikan suatu informasi kepada khalayak ramai supaya kita tidak tahu menjadi tahu. Kira-kira menurutmu, selain dari televisi, berita tersebut bisa disampaikan lewat apa? S : Radio. (salah satu siswa menjawab radio dengan jelas tetapi G siswa menjawab kurang jelas dan ramai) : (Guru menunjukkan ekspresi yang kurang senang dan tangan kanan digerakkan dari atas ke bawah agar siswa jawabnya bergantian) G : Coba dengarkan! [15] Mulutmu harimaumu! [16] (jari telunjuk bergerak ke atas ke bawah) Kalian punya jari, acungkan jarimu! [17] Saya, bu. Belajar untuk jawab berani. Coba! Selain dari televisi berita bisa disampaikan lewat apa? [18] (Guru menunjuk ke salah satu siswa yang mengacungkan jari) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika menjelaskan tentang media yang terdapat berita. Pada saat kegiatan tanya jawab, siswa menjawab kurang jelas dan ramai. Karena siswa menjawab tidak jelas dan ramai, guru meminta siswa untuk mengacungkan jarinya. Tuturan permintaan ini dimaksudkan agar siswa mengacungkan jarinya jika ingin menjawab. Tuturan [15], [16,] [17], [18] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam permintaan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. Kekuasaan paksaan dalam permintaan ditandai dengan penanda kata coba. Penanda kata coba memiliki daya ilokusi yang tinggi terhadap T (siswa) karena T mau melakukan apa yang diminta oleh P (guru). Data berikut ini merupakan representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam larangan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan keahlian. (4) G : Berita apa ini? S Quratta : Olahraga. G : Jangan membuat judul begini! (membaca tugas Quratta) Yang namanya penulisan judul, tidak boleh Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 5

diberi tanda apapun, tanda petik, tanda bintang-bintang. Ya? [77] S Quratta : Iya, Bu. Tuturan tersebut diucapkan guru ketika memeriksa tugas yang dikerjakan siswa. Ketika memeriksa tugas itu, judul berita yang ditulis siswa diberi tanda petik. Selanjutnya guru melarang siswa bahwa dalam penulisan judul tidak boleh diberi tanda apapun. Tuturan [77] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam larangan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan keahlian. Kekuasaan keahlian digunakan ketika guru melarang siswa terkait penulisan judul. Tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan penghargaan pada tindak tutur direktif dalam saran. (5) G : Termasuk sosial, politik, atau kriminal? S : Sosial. (menjawab sangat pelan) G : Tabrakan mobil sama motor atau mobil sama mobil? S : Mobil. Bu. G : Ini dah bagus tapi sebaiknya tulisanmu dirapihkan lagi! [35] S : Iya, Bu. Tuturan tersebut diucapkan guru ketika memeriksa tugas siswa. Guru bertanya ke siswa tentang tugasnya, siswa menjawab pertanyaan guru. Menurut guru jawaban siswa telah benar lalu guru memberikan penilaian bahwa tugas yang dikerjakan siswa bagus. Selain tugas siswa bagus, guru menyarankan agar tulisan siswa tersebut dirapihkan lagi. Tuturan [35] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru dalam pernyataan saran. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan penghargaan. Kekuasaan penghargaan terlihat sebelum guru memberikan saran kepada siswa, guru memberikan pujian. Representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru menunjukkan adanya kekuasaan pada tindak tutur asertif guru. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan, keahlian, dan penghargaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (6) G : (Memeriksa tugas siswa lalu kembali berdiri ke bagian depan kelas lagi untuk mengingatkan sesuatu) G : Satu lagi. Jangan sering menulis kata yang itu disingkat! Sudah ibu katakan kalau kata yang itu disingkat y sama g berarti yang itu untuk pacarmu. Yang, yang, yang, yang tersayang. [81] G : Ibu jelaskan lagi. Yang tepat bukan karna tetapi karena. Ingat yang di pojok, jangan menulis karna! Yang benar karena. [82] S : Iya, Bu. Tuturan tersebut diucapkan guru setelah memeriksa tugas yang dikerjakan siswa. Guru memberikan penegasan karena dari beberapa tugas yang diperiksa masih banyak tulisan siswa yang disingkat. Terutama kata yang disingkat siswa menjadi yg. Guru menegaskan bahwa jangan sering menulis kata yang disingkat menjadi yg. Selain itu, ada salah satu siswa yang duduknya di pojok menulis kata karena menjadi karna. Tuturan [81] dan [82] menggambarkan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 6

representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam menegaskan. Kekuasaan yang digunakan guru adalah kekuasaan keahlian. Kekuaasan keahlian tampak pada tuturan tersebut ketika guru memberikan penegasan ke siswa bahwa penulisan kata yang tepat adalah yang bukan yg dan karena bukan karna. Data berikut menunjukkan representasi kekuasaan asertif guru dalam mempertahankan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. (7) G : Quratta Ayun, apa yang dibicarakan oleh temanmu tadi? S : Nggak kedengaran, Bu. G : Nggak kedengaran. Bagaimana mau kedengaran, kalian berdua ngobrol? [75] (telunjuk mengarah ke Quratta) S Quratta G : Nggak, Bu. : Nggak ngobrol tapi kan ribut. [76] (ekspresi muka kesal) Guru bertanya ke siswa, apa yang dibicarakan tentang berita yang dibacakan oleh temannya. Siswa menjawab bahwa ia tidak mendengar berita yang telah dibaca oleh temannya. Selanjutnya guru mengucapkan tuturan Nggak kedengaran. Bagaimana mau kedengaran, kalian berdua ngobrol? lalu siswa tersebut menjawab lagi Nggak, Bu.. Mendengar jawaban siswa tersebut membuat guru tambah kesal. Guru mempertahankan opininya dengan mengucapkan tuturan Nggak ngobrol tapi kan ribut. Tuturan [95] dan [96] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam mempertahankan. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. Kekuasaan paksaan guru digunakan ketika mempertahankan opininya bahwa siswa tidak mendengar temannya membaca berita karena siswa tersebut banyak berbincang dan ribut dengan teman sebelah bangkunya. Data tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan asertif pada tindak tutur guru dalam menilai. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan penghargaan. (8) G : Apa, siapa... (Guru mengambil buku siswa lainnya lalu diperiksa) S : Bu. (meraih buku untuk memberitahu tugasnya) G : Bagaimana... (tetap asyik membaca) Tulisan kamu bagus benar, ya. Rapi, enak dibaca. [91] S : (Tersenyum) G : (Memeriksa tugas siswa lainnya) G : Bagus-bagus tulisan kalian ini. [92] S : (Siswa tersenyum saling berpandangan dengan teman sebangkunya) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika memeriksa tugas yang dikerjakan siswa. Guru menilai tugas yang dikerjakan siswa tulisannya sudah bagus, rapi, dan mudah dibaca (dipahami). Tuturan [91] dan [92] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru dalam penilaian. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan penghargaan. Kekuasaan penghargaan digunakan ketika guru memberi penilaian bahwa tulisan sangat bagus, rapi, dan enak dibaca. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 7

Representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru menunjukkan adanya kekuasaan jabatan, paksaan, dan penghargaan pada tindak tutur guru. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (9) G : Kita mau bicara tentang berita. Kan kalian sering nonton berita di televisi. Ada berita kriminal, apa lagi? S : Politik. G : Ada berita politik, apa lagi? S : Sosial. G : Sosial. Kalau korupsi itu termasuk berita apa, Zar? S Zar : Kriminal. G : Kog kriminal, sich [9] (ekspresi kecewa karena jawaban siswa) S Zar : (Siswa tampak merasa malu) S : Salah. (beberapa siswa menunjuk ke arah siswa yang menjawab kriminal) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika bertanya kepada siswa tentang jenis berita yang ada. Siswa pertama dan kedua mampu menjawab pertanyaan guru. Ketika siswa ketiga ditanya, jawaban yang disampaikan salah. Karena jawaban siswa salah, guru menunjukkan ekspresi kecewa. Ekspresi kecewa merupakan ekspresi yang menunjukkan rasa tidak senang. Tuturan [9] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa tidak senang. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan. Dengan kekuasaan jabatan ini, guru mempengaruhi siswa lainnya bahwa jawaban siswa yang bernama Zarkasy itu salah. Guru memang tidak meyampaikan secara langsung bahwa jawaban Zarkasy itu salah tetapi tuturan Kog kriminal, sich menyiratkan bahwa jawaban Zarkasi tersebut salah. Data tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan dalam pernyataan rasa tidak senang. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. (10) S : Radio. (salah satu siswa menjawab radio dengan jelas tetapi ada siswa menjawab kurang jelas dan agak ramai) G : (Guru menunjukkan ekspresi yang kurang senang dan tangan kanan digerakkan dari atas ke bawah agar siswa jawabnya G bergantian) : Coba dengarkan! Mulutmu harimaumu! [16] (jari telunjuk bergerak ke atas ke bawah) Kalian punya jari, acungkan jarimu! Saya, bu. Belajar untuk jawab berani. [17] (jari telunjuk diacungkan ke atas) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika bertanya kepada siswa tentang media apa yang ada berita. Siswa menjawab bersamaan sehingga jawaban siswa tidak jelas bahkan kelas menjadi ramai. Karena kelas menjadi ramai, guru menggerakkan tangan kanannya dari atas ke bawah dengan bertutur Coba dengarkan! lalu jari telunjuknya mengarah ke siswa sambil bergerak ke atas ke bawah sambil bertutur Mulutmu harimaumu!. Tuturan [16] dan [17] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa tidak senang. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 8

Data tuturan berikut menggambarkan representasi kekuasaan tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa senang. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan penghargaan. G : Satu lagi yang maju. Ricky! S Ricky : (Maju untuk membacakan berita yang dibuatnya) G : Bagus tidak? S : Bagus. G : Kita beri tepuk tangan! [80] S : (Bertepuk tangan) S Ricky : (Ricky tampak tersenyum dan bahagia) Tuturan tersebut diucapkan guru ketika memberikan penilaian kepada siswa yang membaca berita di depan kelas. Rasa senang guru tampak pada tuturan [80], tuturan tersebut mengajak siswa di kelas untuk bertepuk tangan. Tuturan [80] menggambarkan representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif guru dalam pernyataan rasa senang. Kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan penghargaan, yaitu mengajak siswa bertepuk tangan untuk penampilan Ricky. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kelas VIII A SMP Negeri 10 Kotabumi tahun pelajaran 2013/2014 disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud representasi kekuasaan pada tindak tutur direktif guru menunjukkan ada tuturan direktif yang menggambarkan representasi kekuasaan. Jenis kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan, paksaan, penghargaan, keahlian, dan kharisma. 2. Wujud representasi kekuasaan pada tindak tutur asertif guru menunjukkan ada tuturan asertif yang menggambarkan representasi kekuasaan. Jenis kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan paksaan, keahlian, dan penghargaan. 3. Wujud representasi kekuasaan pada tindak tutur ekspresif menunjukkan ada tuturan ekspresif yang menggambarkan representasi kekuasaan. Jenis kekuasaan yang digunakan adalah kekuasaan jabatan, paksaan, dan penghargaan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di atas, penulis sarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Bagi peneliti berikutnya, jangkauan penelitian ini dapat diperluas. Dalam hal ini, peneliti berikutnya perlu melakukan penelitian sejenis dengan latar, subjek, dan masalah yang lebih luas sehingga jangkauan wawasan penelitian ini semakin luas dan mantap. Dengan demikian, kepercayaan terhadap hasil penelitian ini akan semakin meningkat. 2. Bagi pendidik hasil penelitian ini, yaitu tentang representasi kekuasaan pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dijadikan masukan yang positif. Dalam hal ini, pendidik dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sebagai salah satu upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pendidik dapat menggunakan kekuasaan secara baik untuk menciptakan budaya komunikasi yang lebih humanis. Jadi, secara otomatis Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 9

akan tercipta hubungan saling kerja sama, saling mengerti dan memahami, dan terwujudnya situasi pembelajaran yang efektif dan kondusif. DAFTAR RUJUKAN Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Phillips. 2010. Analisis Wacana: Teori & Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jumadi. 2005. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Jakarta: Depdiknas. Leech, Geoffrey N (M.D.D. Oka Penerjemah). 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Robbins, Stephen P. (Halida dan Dewi Sartika Penerjemah). 2002. Prinsip- Prinsip Perilaku Berorganisasi. Jakarta: Erlangga. Rusminto, Nurlaksana Eko. 2010. Memahami Bahasa Anak-Anak: Sebuah Kajian Analisis Wacana Panduan bagi Guru, Orang tua, dan Mahasiswa Jurusan Bahasa. Bandarlampung: Universitas Lampung. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 10