PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN KUTAI BARAT MEMUTUSKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG USAHA OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG KAWASAN PARIWISATA PESISIR PANTAI LASUSUA TOBAKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 62 TAHUN 2006 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : 4 Tahun 1992 Seri : A No. 1

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. TAHUN 2007 No. 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PROSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G LARANGAN PELACURAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Dengan Persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

- 1 - BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

...PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 9 TAHUN : 1990 SERI : A.1

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG IJIN LOKASI DENGAN RAHMAAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN USAHA HOTEL DENGAN TANDA BUNGA MELATI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 5 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG B E C A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan di Kabupaten Kutai Barat mempunyai peranan yang penting untuk memupuk rasa cinta tanah air, meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; b. bahwa kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional, merupakan potensi dasar yang dominan bagi pengembangan pariwisata, yang harus dibina dan ditumbuhkembangkan, serta dapat dipertahankan nilai dan ciri khasnya dalam persentuhannya dengan kegiatan - kegiatan kepariwisataan; c. bahwa berdasarkan sumber dan potensi dasar serta kondisi obyektif, maka kepariwisataan yang dikembangkan di Daerah Kutai Barat adalah Pariwisata Budaya; d. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan pariwisata budaya diperlukan langkah-langkah pengaturan yang makin mampu mewujudkan keterpaduan demi untuk berdayaguna dan berhasil guna serta mencegah dan meniadakan berbagai dampak negative terhadap berbagai aspek kehidupan, sehingga benarbenar dapat diwujudkan cita-cita pariwisata untuk Kutai Barat dan bukan Kutai Barat untuk pariwisata; e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut huruf a,b,c dan d dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai pariwisata budaya dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 2. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 6. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 7. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman, Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 03); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 129); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 130); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 15 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2009 Nomor 15). 2

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG KEPARIWISATAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Otonomi Kabupaten Kutai Barat; 2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten; 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 4. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing; 5. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Kutai Barat; 6. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela, serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata; 7. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek wisata dan daya tarik wisata serta usaha - usaha yang terkait dengan bidang tersebut; 8. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata; 9. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata; 10. Kebudayaan adalah perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai manusia, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa; 11. Pariwisata Budaya adalah jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan khasanah budaya lokal di Kutai Barat yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional, yang di dalamnya tersirat satu cita cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan, sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras dan seimbang; 12. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan wisata; 13. Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang ditentukan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata di Kutai Barat; 3

14. Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan dan atau menyediakan jasa pariwisata atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. BAB II AZAS DAN TUJUAN Pasal 2 Pariwisata budaya dilaksanakan sebagai usaha bersama, berdasarkan azas adil dan merata, percaya pada diri sendiri dan kehidupan yang seimbang yang berpedoman kepada falsafah budaya lokal dan ekonomi kerakyatan. Pasal 3 Penyelenggaraan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pasal 2 bertujuan untuk : 1. Mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi yang ada, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata; 2. Memperkenalkan nilai - nilai budaya lokal dan keindahan alam Kutai Barat yang berwawasan lingkungan hidup; 3. Meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; 4. Mendorong pendayagunaan produksi daerah dalam rangka peningkatan produksi nasional; 5. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antarbangsa; 6. Mencegah pengaruh - pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan - kegiatan kepariwisataan. BAB III OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Pasal 4 (1) Obyek dan daya tarik wisata, sepanjang tidak menjadi urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tingkat I ditetapkan dengan Keputusan Peraturan Bupati; Kepala Daerah (2) Dalam menetapkan obyek dan daya tarik wisata dimaksud ayat (1), Bupati Kepala Daerah mendengar dan memperhatikan pendapat dan pertimbangan Lembaga Adat, Kepala Kampung, Camat dan pihak pihak lain yang bersangkutan dengan obyek tersebut. Pasal 5 Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan : 1. Nilai nilai agama, adat istiadat dalam khazanah budaya lokal di masyarakat Kutai Barat; 2. Kemampuan dan daya dukung untuk mendorong peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat ; 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. 4

BAB IV PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA Pasal 6 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan atau mengelola obyek dan daya tarik wisata yang telah ada beserta prasarana dan sarana untuk dijadikan tujuan wisata. Pasal 7 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan kebudayaan daerah untuk dijadikan tujuan wisata. Pasal 8 (1) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada di tingkat kampung, Badan Usaha atau perseorangan berdasarkan ijin yang berwenang; (2) Syarat syarat pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dan ketentuan lain mengenai pelaksanaan kegiatan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata diatur lebih lanjut dengan Keputusan Peraturan Bupati. Kutai Barat Pasal 9 Kesenian daerah dan upacara adat serta hal-hal yang berhubungan dengannya yang merupakan khazanah budaya lokal menjadi potensi utama dalam pengembangan kepariwisataan. Pasal 10 Sistem kemasyarakatan yang merupakan bagian dari Kebudayaan Nasional dan Daerah menjadi dasar dalam pengembangan pariwisata budaya. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan; (2) Dalam proses pengambilan keputusan, Pemerintah Daerah mengikutsertakan masyarakat, Lembaga Adat, dan para ahli dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan; (3) Pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Peraturan Bupati. Kutai Barat Pasal 12 Pemerintah Daerah bekerja sama dengan lembaga adat atau lembaga - lembaga masyarakat lainnya dalam melakukan usaha - usaha untuk mencegah kebiasaan - kebiasaan yang tidak sesuai dengan norma - norma kesusilaan. 5

BAB VI P E M B I N A A N Pasal 13 (1) Pembinaan kepariwisataan dilakukan untuk : a. Mewujudkan dan memelihara kelestarian serta keutuhan obyek dan daya tarik wisata; b. Mempertahankan, membangkitkan kembali dan memperkaya nilai - nilai budaya daerah sebagai pancaran rohani yang bersumber pada kesucian agama; c. Meningkatkan kemampuan, daya cipta dan keterampilan para seniman untuk mengungkapkan nilai seni; d. Meningkatkan kesadaran dan pengabdian yang tulus dari seniman kepada nilai budaya; e. Mengembangkan kreativitas dan daya nalar seniman untuk meningkatkan nilai tambah sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para insan budaya tersebut. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga termasuk penyediaan kawasan pariwisata dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk ikut serta dalam pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan pariwisata. Pasal 14 Dalam pembinaan kepariwisataan kepada masyarakat maupun pelaku jasa usaha pariwisata diarahkan untuk: 1. Memupuk harga diri, sifat ramah tamah, sopan santun dan suka menolong; 2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan dalam bidang kepariwisataan; 3. Memelihara budaya bersih dan indah. Pasal 15 Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata wajib melakukan usaha usaha untuk : 1. Memelihara dan mencegah terjadinya pengrusakan dan atau pencemaran oleh pengunjung dan masyarakat lingkungan setempat terhadap obyek dan daya tarik wisata; 2. Melakukan pencegahan terhadap perbuatan perbuatan yang dapat mengganggu dan merusak citra pariwisata budaya. Pasal 16 Bangunan bangunan sarana pendukung kepariwisataan dibangun dengan arsitektur gaya budaya lokal atau diperindah dengan menonjolkan ciri-ciri khas seni budaya daerah dalam tata ruang dan komponen komponennya. BAB VII KETENTUAN LARANGAN Pasal 17 (1) Dilarang melakukan kegiatan-kegiatan di kawasan pariwisata yang dapat menimbulkan citra penodaan bagi ajaran agama dan adat istiadat di Kutai Barat dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Dilarang merusak/mengambil/memusnahkan sarana dan prasarana di kawasan pariwisata; 6

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB VIII KETENTUAN PENYIDIK Pasal 18 Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 berwenang : 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; 2. Melakukan indakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; 3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal; 4. Melakukan penyitaan benda atau surat; 5. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; 6. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 7. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; 8. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Polri bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya malalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; 9. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 16 dan Pasal 17 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. 7

Pasal 22 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. ditetapkan di Sendawar. pada tanggal, 30 Juni 2010. BUPATI KUTAI BARAT diundangkan di Sendawar. pada tanggal, 30 Juni 2010. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT ISMAIL THOMAS YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2010 NOMOR 15. 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 9