BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titin Novita, 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta memperdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah- masalah yang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Santi Purnama Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah diwujudkan melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Salah satu cara yang digunakan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA SMK YPP PURWOREJO KELAS X TM C TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses belajar mengajar. bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN SISI DATAR BANGUN RUANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah gabungan dari ilmu sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di

BAB I PENDAHULUAN. berkembang telah menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Hayanah, 2015

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu mengatasi problematika kehidupan. peserta didik. Guru mempunyai peran penting saat berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN ALAT PERAGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan sangat menentukan perilaku diri seorang individu, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus ujian tanpa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pemahaman merupakan suatu kemampuan seseorang yang telah mampu mengartikan, menerjemahkan, dan menyampaikan sesuatu yang telah seseorang pelajari dengan benar dan mampu dipahami dengan baik. Menurut Susanto (2015, hlm.208) mengemukakan bahwa Istilah pemahaman berasal dari akar kata paham, yang menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak, pendapat, aliran, mengerti benar. Seseorang mengartikan atau memahami pengetahuan yang banyak dengan benar yaitu dengan berbagai bentuk pemahaman dan dengan cara yang berbeda. Jika dilihat dari faktor umur pemahaman seseorang dapat di ukur dengan batas umurnya, seperti pada orang dewasa memahami sesuatu tanpa bantuan orang lain pun mampu, sedangkan anak-anak tanpa bantuan orang lain akan sulit untuk memahami sesuatu dengan baik. Dengan bantuan orang lain anak-anak akan memiliki kemampuan memahami sesuatu dengan baik, pada umumnya umur anak-anak dari 0 sampai 12 tahun, 0-6 anak masih diberi bantuan oleh orang tuanya sedangkan dari umur 6-12 tahun anak akan dibantu oleh gurunya di sekolah untuk belajar, berlatih, dan untuk memiliki kemampuan memahami sesuatu dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2015, hlm.208) bahwa Dalam pembelajaran pemahaman dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan kata lain, pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan. Jadi, kemampuan pemahaman itu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran pun bermanfaat bagi siswa. Seperti pembelajaran matematika di sekolah dasar,

pada umumnya siswa menganggap pembelajaran matematika itu sulit dibandingkan mata pelajaran yang lain, karena mata pelajaran matematika selalu berhubungan dengan rumus dan rumus tersebut melainkan dihapal bukan untuk dipahami oleh siswa. Hal tersebut membuat siswa bosan bahkan takut untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas. Untuk menciptakan terjadinya belajar mengajar yang aktif, produktif dan efesien untuk meningkatkan pemahaman siswa agar siswa senang dan mudah memahami konsep materi yang diberikan oleh guru, disinilah peran guru untuk lebih kreatif merancang pembelajaran agar proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa bermakna dan dapat dipahami. Proses pembelajaran disini merupakan proses berkembangnya potensi siswa yang berlangsung pada satuan pendidikan formal untuk pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar (SD) merupakan tempatnya transfer ilmu dari guru ke siswa dan ilmu yang siswa dapatkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika di SD, pada umumnya menggunakan macam-macam media dan model pembelajaran, agar siswa memahami konsep materi yang diberikan. Salah satu materi yang menggunakan media dan model pembelajaran yaitu materi mengenal sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana yaitu balok dan kubus pada kelas IV semester 2. Materi mengenal sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang memerlukan benda konkrit untuk membantu dan mempermudah siswa menunjukkan mana yang termasuk sifat dan jaring-jaring balok dan kubus mana yang bukan. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa di kelas IVB dan wawancara peneliti dengan wali kelas IVB yaitu dengan ibu Siti Nur ariyani, S.Pd di SDN Serang 11, peneliti mendapatkan hasil bahwa dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana, guru dalam memberikan konsep materinya masih menggunakan metode konvensional siswa pun secara keseluruhan dalam proses belajarnya masih belajar secara individual tidak berkelompok. Dan untuk penggunaan media guru menggunakan media, akan tetapi media untuk

proses pembelajaran tidak disediakan oleh pihak guru maupun pihak sekolah, melainkan siswa sendiri yang membawa media dari rumah yang sebelumnya di tugaskan oleh guru untuk proses belajar mengajar. Dan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas IVB bahwa siswa siswi kelas IVB siswa siswinya kurang aktif untuk mengikuti pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Jadi hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan wali kelas IVB diatas dalam proses pembelajarannya peneliti menyimpulkan, bahwa proses belajar mengajarnya kurang mengembangkan potensi siswa, dimana siswa ditugaskan membuat media untuk belajaarnya di rumah, sedangkan guru tidak tahu bagaimana cara siswa membuat media tersebut. Hal diatas, apakah guru tahu bahwa siswa membuat sendiri media pembelajarnnya? Nah, Alangkah baiknya guru yang menyediakan atau memfasilitasi media tersebut. Dan untuk metode pembelajarannya pun masih menggunakan pembelajaran konvensional guru masih menyampaikan konsep materi dengan metode ceramah dan demonstrasi, siswa pun secara keseluruhan belajar secara individual tidak berkelompok. Proses pembelajaran secara individual membuat siswa sulit memahami materi khususnya dalam materi mengenal sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana karena pembelajaran secara individual lebih mandiri yang pada umumnya siswa sulit memahami materi dibandingkan pembelajaran berkelompok siswa lebih aktif karena adanya komunikasi antara siswa yang satu dengan yang lainnya untuk berdiskusi mengenai materi yang diberikan oleh guru. Dan hasil data yang dapat peneliti peroleh di SDN Serang 11 dikelas IVB pada hari Jum at tanggal 29 Januari 2016 bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat dan jaring-jaring pada bangun ruang sederhana pada tahun 2015 tahun lalu yaitu 50% dari 41 siswa. Dan untuk setiap tahunnya tingkat pemahaman siswa pada materi tersebut dari tahun ketahun menurun. Pada tahun 2015 tahun lalu 50% dari 41 siswa, pada tahun 2014 tingkat pemahamannya sedang yaitu 74% dari 35 siswa dan pada tahun 2013 tingkat pemahamannya baik yaitu 85% dari 48 siswa.

Pembelajaran matematika khususnya materi sifat-sifat dan jaringjaring bangun ruang sederhana sebaiknya proses pembelajarannya menggunakan media yang disediakan oleh guru, sebagai benda nyata yang mampu untuk mempermudah siswa memahami materi. Selain media, disini teramat penting pula metode yang di gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional pun cukup baik alangkah baiknya pergunakan metode atau model pembelajaran yang menarik perhatian siswa untuk lebih merespon dan membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran dikelas dalam penggunaan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa SD karakteristik tersebut salah satunya yaitu bermain. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD mengarahkan peneliti untuk menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Trhowing. Model pembelajaran tipe Snowball Throwing ini membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Miftahul (2014, hlm.226) mengemukakan bahwa Strategi ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Dengan penerapan model Snowball Trhowing diharapkan dapat meningkatakan keaktifan dan pemahaman materi sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana dalam pembelajaran matematika. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing juga telah diteliti oleh Sunny Sufiyah, Januwardana,dkk dan Suardika, p. dkk. Dan hasil penelitian pun terbukti efektif bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengadakan penelitian eksperimen yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Matematika SD (Penelitian Eksperimen di kelas IV SDN Serang 11).

B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan yang diuraikan pada latar belakang masalah, maka fokus permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Matematika SD (Penelitian Eksperimen di kelas IV SDN Serang 11 Kecamatan Serang Kota Serang). Pertanyaan utama tersebut kemudian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata antara siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model snowball throwing dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran menggunakan model snowball throwing? 2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman siswa? 3. Bagaimana keaktifan siswa yang mendapat proses pembelajaran menggunakan model snowball throwing dengan yang tidak? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat pemahaman siswa pada konsep mengenal sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana dengan menggunakan model Snowball Throwing pada pembelajaran matematika SD di kelas IV B SDN SERANG 11 di Kota Serang. Secara khusus tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model snowball throwing dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran menggunakan model snowball throwing. 2. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan pemahaman siswa atau tidak. 3. Untuk mengetahui keaktifan siswa yang mendapat proses pembelajaran menggunakan model snowball throwing dengan yang tidak.

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Guru Sekolah Dasar Penelitian ini dapat dijadikan informasi dan sosialisasi kepada teman satu profesi sebagai bahan acuan dalam merancang pembelajaran yang baik, dan penelitian ini juga mampu diterapkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran matematika menggunakan konsep snowball throwing. 2. Bagi Siswa Dari penelitian ini, siswa dapat memahami materi yang diberikan oleh guru pada konsep mengenal sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana dengan menggunakan model snowball throwing sebagai dasar untuk mempelajari matematika. Dan dapat mengembangkan kemampuan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran melalui model snowball throwing. 3. Bagi Peneliti Dari penelitian ini, peneliti sebagai calon guru mendapatkan penglaman baru dalam melakukan pembelajaran matematika dengan menggunkan model snowball throwing untuk meningkatkan pemahaman siswa SD. E. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengadakan penelitian tentang penerapan sebuah model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe snowball throwing untuk proses belajar mengajar di SD. Dan siapa yang akan menjadi objek dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas IVB sejumlah 28 siswa, karena dari hasil wawancara peneliti terhadap wali kelas IVB menunjukkan bahwa siswa-siswi kelas IVB cenderung dalam proses belajarnnya kurang aktif dan kurang antusias untuk merespon pembelajaran. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April tahun 2016. Rencana untuk

penelitian ini, akan dilakukan pada kelas IVB di SDN Serang 11 di jalan. Adikara Perumnas Ciracas Serang. Mengapa dilakukan penelitian ini? Karena dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti terhadap siswa-siswi kelas IVAB di SDN Serang 11, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang meningkatkan minat siswa untuk belajar dan pada akhirnya siswa kurang antusias, siswa sulit untuk mengikuti proses pembelajaran, dan siswa sulit untuk memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jadi, peneliti akan melakukan penelitian sebuah model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe snowball throwing untuk di terapkan pada siswa-siswi kelas IVB agar siswa dapat meningkatkan pemahamannya dalam memahami konsep pembelajaran yang diberikan oleh guru, penelitian ini dilakukan empat kali pertemuan. Pertemuan pertama peneliti memberikan pretest untuk mengetahui hasil pembelajaran yang diberikan oleh guru sebelum siswa diberikan treatment. Pertemuan kedua dan ketiga, siswa diberikan treatment yang sama dengan materi yang berbeda adapun materi yang diberikan adalah sifat-sifat dan jaring-jaring kubus dan balok Dan pertemuan keempat yaitu siswa diberikan posttest, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep materi yang diberikan oleh peneliti dengan menggunkan model snowball throwing. F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran dengan model snowball throwing pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe snowball throwing ini salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran khususnya materi mengenal sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang sederhana. Dengan model pembelajaran snowball throwing, siswa mampu bertukar pikiran dan ide dengan teman sekelompoknya untuk memahami konsep materi yang diberikan oleh guru sehingga pembelajarannya pun bermakna bagi siswa.

2. Kemampuan pemahaman matematika Kemampuan pemahaman matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pemahaman matematika siswa yang diperoleh dari hasil tes yaitu pretest dan posttest setelah diberikannya treatment pada kelas eksperimen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Dan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional.