EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA, GASTRITIS, TUKAK PEPTIK) RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KELUARGA SEHAT PATI TAHUN 2015

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB IV METODE PENELITIAN

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI BESAR KESEHATAN PARU X TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

I KOMANG AGUS SETIAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

ANALISIS RASIONALITAS PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA PENYAKIT ASMA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD X TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS GULAI BANCAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

Sikni Retno Karminigtyas, Rizka Nafi atuz Zahro, Ita Setya Wahyu Kusuma. with typhoid fever in inpatient room of Sultan Agung Hospital at Semarang was

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

ABSTRAK. Zurayidah 1 ;Erna Prihandiwati 2 ;Erwin Fakhrani 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN BPJS DI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

ABSTRAK ETIOPATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM. Nita Amelia, 2006, Pembimbing utama : Freddy T Andries, dr., M.S.

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada negara berkembang infeksi Helicobacter pylori terjadi pada 80% populasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF DR. R.D. KANDOU MANADO TAHUN 2013

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Di RSU Anutapura Palu

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

Transkripsi:

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015 EVALUATION OF PEPTIC ULCER MEDICATION USE IN PATIENTS WITH PEPTIC ULCER (Peptic Ulcer Disease) AT BHAYANGKARA BRIMOB HOSPITALS AT 2015 Rizqah 1*, Nur aini 2, Fajrin Noviyanto 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang *Corresponding Author E-mail: rizqah.sufyan@gmail.com ABSTRACT Peptic ulcer is a disease caused by disorders of the upper gastrointestinal tract caused by acid and pepsin secretion by the gastric mucosa excessive. Based on research in the United States, approximately 500.000 people each year suffer from peptic ulcer and 70% of those aged 25-64 years. Cigarettes, alcohol, NSAIDs and H.pylori are several factors that can cause ulcer disease. The purpose of this research is to describe and rationality therapeutic use of the drug with peptic ulcer in Hospital Bhayangkara Brimob 2015. This research is non experimental, retrospectively, that is by doing a search in the medical record of the patient s medical record data peptic ulcers in Hospital Bhayangkara Brimob 2015. Based on research that has been done shows as much as 9 recipe (45%) improper prescription drugs and as many as 11 recipe (55%) is not appropriate dose. Keywords : Bhayangkara Brimob Hospitals, Peptic Ulcers, Rational Therapy ABSTRAK Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung. Berdasarkan penelitian di Amerika, kira-kira 500.000 orang tiap tahunnya menderita tukak peptik dan 70% diantaranya berusia 25-64 tahun. Rokok, minuman beralkohol, NSAID dan H.pylori merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit tukak. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan kerasionalan terapi penggunaan obat pada pasien tukak peptik di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat non eksperimental, dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan dalam data rekam medis dan resep pasien tukak peptik di RS Bhayangkara Brimob tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebanyak 9 resep (45%) yang belum tepat obat dan sebanyak 11 resep (55%) yang belum tepat dosis. Kata Kunci : Kerasionalan Terapi, RS Bhayangkara Brimob, Tukak Peptik Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 33

PENDAHULUAN Lambung sebagai salah satu organ yang penting pada tubuh manusia. Lambung berfungsi untuk mencerna makanan dengan bantuan asam lambung (HCl) dan pepsin (Guyton dan Hall, 2007).Suatu lambung yang sehat terdapat keseimbangan antara faktor pelindung mukosa (Cytoprotective Factor) dan faktor yang dapat merusak integritas mukosa lambung (Cytodestructive Factor). Kasus di masyarakat yang berkaitan dengan kerusakan integritas mukosa lambung seperti dalam kasus gastritis dan tukak peptik, sebagai efek samping penggunaan Non Steroid Anti Inflammatory Drug (NSAID), yang ditandai dengan gejala perut terasa perih, mual, muntah memiliki prevalensi yang cukup tinggi (Tarigan, 2001). Gastritis dan tukak lambung merupakan suatu akibat adanya proses inflamasi pada lapisan mukosa lambung (Valle, 2001). Berdasarkan penelitian di Amerika, kirakira 500.000 orang tiap tahunnya menderita tukak lambung dan 70% diantaranya berusia 25-64 tahun. Sebanyak 48% penderita tukak lambung disebabkan karena infeksi H.pylori dan 24% karena penggunaan obat NSAID (Shanti, 2008). Buruknya perhatian terhadap sanitasi mengakibatkan bakteri H.pylori yang menjadi penyebab utama penyakit tukak peptik mudah berkembang. Jika tidak menjadi perhatian serius, penyakit tersebut bisa berkembang menjadi kanker lambung. Para peneliti di Inggris telah menemukan usia di atas 45 tahun bagi yang menderita tukak peptik ini rentan terkena kanker lambung. Tanda dan gejala seperti pendarahan di dubur, kehilangan berat badan, menderita anemia, sakit kuning, berlatar belakang keluarga penderita kanker lambung, pernah menderita tukak lambung dan anoreksia patut diwaspadai (Adi, 2003). Berdasarkan hasil penelitian oleh Nur Alfiawati yang berjudul Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014 diperoleh kerasionalan terapi pada pasien tukak peptik berdasarkan tepat indikasi 100%, tepat obat 88%, tepat pasien 76% dan tepat dosis 4% sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tersebut tidak rasional. Karena pentingnya lambung bagi proses pencernaan pada manusia sehingga perlu dijaga kesehatannya, maka perlunya evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien tukak peptik ditinjau dari aspek tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan tepat pasien agar terapi pengobatan yang dilakukan rasional sehingga mendapatkan keberhasilan dalam pengobatan dan mengurangi tingkat kekambuhan penyakit serta efek samping yang tidak diinginkan. METODE PENELITIAN Alat Penelitian ini menggunakan alat berupa lembar observasi yang berisi nama pasien, jenis kelamin, usia, obat dan dosis yang digunakan pada resep pasien tukak peptik dan pola penggunaan obat yang berdasarkan tepat obat, tepat dosis, tepat diagnosa, tepat indikasi dan tepat pasien. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa catatan rekam medis pasien tukak peptik yang berisi nama pasien, usia, berat badan, nomor rekam medis disertai dengan hasil pemeriksaan awal dan diagnosa penyakit, catatan resep obat-obatan yang berisi nama pasien, usia, berat badan, lama pengobatan, jenis obat, dosis yang diberikan oleh dokter kepada apoteker untuk pengobatan pasien tukak peptik tersebut serta buku-buku pedoman dalam terapi pengobatan tukak peptik seperti Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 6 th Edition dan Drug Information Handbook. Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 34

Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik menggunakan data retrospektif pasien yang terdiagnosa tukak peptik usia 26-65 tahun di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob tahun 2015. 1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang terdiagnosa tukak peptik di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob pada periode Januari sampai dengan Desember 2015. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder berupa catatan lembar data rekam medik dan lembar peresepan yang memuat tahapan penatalaksanaan terapi pengobatan pada pasien yang telah terdiagnosa tukak peptik dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015 di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob. Teknik Analisa Data Data hasil penelitian yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan analisa data secara deskriptif, yaitu : 1. Data yang diperoleh dari rekam medis dan resep pasien akan diolah sehingga didapatkan suatu data rata-rata persentase dari evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien tukak peptik (peptic ulcer disease) di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob tahun 2015. 2. Data yang dihasilkan dianalisa dan diolah menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package For The Sciences) versi 15 dengan uji statistik chi squareunivariate dan bivariate yang disajikan dalam bentuk tabel atau diagram dengan perhitungan distribusi frekuensi. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisa data. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan data yang telah diperoleh terdapat 20 pasien yang termasuk kriteria inklusi dari 35 pasien yang menderita tukak peptik. Pasien yang termasuk kriteria eksklusi ada sebanyak 15 pasien, hal ini terjadi karena data yang diperoleh tidak lengkap dan resep yang tidak ditemukan sehingga data tidak dapat dianalisis. 1. Karakteristik Pasien Tukak Peptik Berdasarkan Jenis Kelamin 12 pasien 60% Jenis Kelamin 8 pasien 40% Laki-laki Perempuan Gambar 1. Frekuensi Jenis Kelamin Gambar di atas menjelaskan bahwa jumlah pasien perempuan yaitu sebanyak 12 pasien (60%) lebih besar dibandingkan dengan jumlah pasien laki-laki yaitu sebanyak 8 pasien (40%) dari jumlah keseluruhan pasien sebanyak 20 pasien. Hal tersebut menunjukkan bahwa perempuan beresiko terkena tukak peptik karena tingkat emosional pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Ronald H. Sitorus, 1996). Karakteristik jenis kelamin pada penelitian ini sebenarnya bukan merupakan faktor resiko akan tetapi kemungkinan dipengaruhi oleh kebiasaan pasien seperti mengkonsumsi alkohol, merokok, kurang menjaga pola makan dan stress sehingga dapat memicu terjadinya tukak peptik. Sebaiknya pasien menghindari kebiasaan Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 35

tersebut agar dapat meningkatkan kualitas hidup (McGuidan, 2000). 2. Karakteristik Pasien Tukak Peptik Berdasarkan Usia 6 30% Gambar 2. Frekuensi Usia Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dewasa beresiko terkena tukak peptik karena adanya faktor stress yang berhubungan dengan pekerjaan. Di Indonesia, ditemukan antara 6-15% dengan usia 20-50 tahun, terutama pada usia dewasa pertengahan sampai usia lanjut (Nasif, 2008). Karakteristik usia pada penelitian ini sebenarnya bukan merupakan faktor resiko karena penyebab utama tukak peptik yaitu infeksi H.pylori dan penggunaan NSAID (Bertleff MJOE, 2011). 3. Karakteristik Pasien Tukak Peptik Berdasarkan Jenis Obat 1 2 5% 10% 3 15% 11 pasien 55% 2 10% 3 15% Usia 9 pasien 45% Jenis Obat 19 pasien 95% 26-35 36-45 46-55 56-65 Gambar 3. Frekuensi Jenis Obat Lansoprazole Sukralfate Ranitidine Metronidazole Cotrimoxazole Berdasarkan hasil penelitian di atas, obat Lansoprazole (Golongan Pompa Proton Inhibitor) lebih banyak digunakan karena obat golongan PPI seperti Lansoprazole direkomendasikan untuk pengobatan tukak peptik sebab memiliki efektifitas yang lebih poten dalam menghentikan sekresi asam klorida (HCl) dan memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam menyembuhkan ulkus jika dibandingkan dengan H 2RA atau Sukralfate (Berardy dan Lynda, 2005). 4. Karakteristik Pasien Tukak Peptik Berdasarkan Dosis Obat Tabel 1. Distribusi Dosis Obat No. Jenis Obat Dosis Obat Jumlah 1. Lansoprazole 15 mg 0 (0%) 30 mg 19 (100%) 2. Sukralfate 500 mg 11 (100%) 3. Ranitidine 150 mg 3 (15%) 300 mg 0 (0%) 4. Metronidazole 250 mg 0 (0%) 500 mg 2 (10%) Tabel di atas menjelaskan bahwa semua pasien yang menggunakan obat Lansoprazole diberikan dosis obat 30 mg daripada 15 mg. Alasan pemilihan dosis obat tersebut yaitu untuk mengurangi frekuensi waktu minum obat pasien karena makin sering frekuensi pemberian obat per hari, maka semakin rendah tingkat ketaatan minum obat oleh pasien (Depkes, 2006). 5. Karakteristik Pola Penggunaan Obat Berdasarkan Obat Tabel 2. Evaluasi Berdasarkan Obat Obat Tidak 11 (55%) 9 (45%) 20 (100,0%) Pola penggunaan obat yang tidak tepat berdasarkan kategori tepat obat diantara 9 resep dengan persentase 45% disebabkan oleh pemilihan obat yang tidak sesuai dengan Standar Pengobatan di RS Bhayangkara Brimob, Pharmacotherapy Dipiro dan Guidelines for Clinical Care PUD. Pada kasus pasien yang terdiagnosa tukak peptik karena adanya bakteri Helicobacter pylori tidak diresepkan antibiotik untuk pengobatannya, kemudian pada kasus untuk terapi eradikasi Helicobacter pylori dengan terapi 3 obat Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 36

maupun terapi 4 obat yang menggunakan 2 jenis antibiotik hanya diberikan 1 jenis antibiotik saja sehingga dapat dikatakan tidak tepat. Penggunaan antibiotik tunggal tidak akan mencapai tujuan terapi dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi, sehingga untuk eradikasi H.pylori harus menggunakan kombinasi 2 antibiotik agar terapi pengobatannya lebih efektif (Berardy dan Lynda, 2005). 6. Karakteristik Pola Penggunaan Obat Berdasarkan Dosis Tabel 3. Evaluasi Berdasarkan Dosis Dosis Tidak 9 (45%) 11 (55%) 20 (100,0%) Pola penggunaan obat yang tidak tepat berdasarkan kategori tepat dosis diantara 11 resep dengan persentase 55% disebabkan oleh pemberian dosis obat yang digunakan dan frekuensinya yang tidak sesuai dengan Standar Pengobatan di RS Bhayangkara Brimob, Pharmacotherapy Dipiro, Guidelines for Clinical Care PUD dan DIH. Pemberian Lansoprazole dengan dosis maksimal 30 mg per hari tetapi diresepkan Lansoprazole 30 mg dengan frekuensi 2x sehari sehingga adanya dosis berlebih yang menyebabkan tidak tepat. 7. Karakteristik Pola Penggunaan Obat Berdasarkan Diagnosa Tabel 4. Evaluasi Berdasarkan Diagnosa Diagnosa Tidak 20 (100%) 0 (0%) 20 (100,0%) Berdasarkan tabel di atas tentang pola penggunaan obat tukak peptik berdasarkan tepat diagnosa menunjukkan bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20 resep dengan persentase 100% sudah tepat. Diagnosa dikatakan tepat karena berdasarkan tanda dan gejala yang dirasakan pasien seperti nyeri perut bagian atas sebelah kanan, nyeri ulu hati, mual dan muntah yang merupakan gambaran klinis penyakit tukak peptik. 8. Karakteristik Pola Penggunaan Obat Berdasarkan Indikasi Tabel 5. Evaluasi Berdasarkan Indikasi Indikasi Tidak 20 (100%) 0 (0%) 20 (100,0%) Berdasarkan tabel di atas tentang pola penggunaan obat tukak peptik berdasarkan tepat indikasi menunjukkan bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20 resep dengan persentase 100% sudah tepat. Indikasi dikatakan tepat karena berdasarkan obat yang diresepkan sesuai dengan diagnosa pada catatan rekam medik pasien. 9. Karakteristik Pola Penggunaan Obat Berdasarkan Pasien Tabel 6. Evaluasi Berdasarkan Pasien Pasien Tidak 20 (100%) 0 (0%) 20 (100,0%) Berdasarkan tabel di atas tentang pola penggunaan obat tukak peptik berdasarkan tepat pasien menunjukkan bahwa dari keseluruhan resep sebanyak 20 resep dengan persentase 100% sudah tepat. Pasien dikatakan tepat karena berdasarkan terapi pengobatan ditujukan pada pasien yang mengeluhkan tanda & gejala timbulnya diagnosa tukak peptik. 10. Hasil Analisis Dengan Uji Chi Square Berdasarkan hasil analisis uji chi square yang dilakukan, diperoleh nilai p>0,05 sehingga pada penelitian ini H 0 diterima yang artinya tidak ada perbedaan proporsi atau tidak ada hubungan. Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 37

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat tukak peptik di RS Bhayangkara Brimob tahun 2015 dapat dikatakan belum rasional atau belum sesuai menurut Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 6 th Edition dengan diketahui ada sebanyak 9 resep (45%) yang belum tepat obat dan sebanyak 11 resep (55%) yang belum tepat dosis. DAFTAR PUSTAKA Adi, P. 2003. Paradigma Baru Pengobatan Gastritis dan Tukak Peptik. (online). (http://www.pgh.or.id/pustaka.html diakses 5 Januari 2016). Berardy, R.R. dan Lynda, S.W. 2005. Peptic Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 6 th Edition. McGraw-Hill. Medical Publishing Division by The McGraw-Hill Companies. Hal 629-648. Bertleff M.J.O.E. 2011. Perforated Peptic Ulcer: New Insight. Rotterdam: Erasmus Universiteit Rotterdam. Hal 701-708. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Penggunaan Obat Rasional. Jakarta. (online). (http://depkes.go.id diakses 16 Juni 2016).. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Irawati dan Luqman Yanuar (Editor). Jakarta: EGC. Hal 1053-1054. McGuidan, J.F. 2000. Ulkus Peptikum dan Gastritis dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2. Kurt Isselbacher (Editor). Jakarta: EGC. Hal 1531-1542. Nasif, H., Dahlan R., Lingga, L.I. 2008. Jurnal Profil dan Optimalisasi Penggunaan Kombinasi Anti Tukak Dengan Antasida Pada Pasien Tukak Peptik Di Ruang Rawat Inap SMF Penyakit Dalam RSAM Bukit Tinggi. (online). (http://www.ffarmasi.unand.ac.id/pub/jurn alhansen diakses 16 Juni 2016). Ronald H, Sitorus. 1996. Pedoman Perawatan dan Pengobatan Berbagai Penyakit. Bandung: Pionir Jaya. Hal 85. Shanti, A.V. 2008. Penggunaan Antasida Pada Tukak Lambung. (online). (http://www.farmakoterapi-info.com diakses 7 Januari 2016). Tarigan, P. 2001. Tukak Gaster dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Slamet Suyono (Editor). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 132-138. Valle, J.D. 2001. Peptic Ulcer and Related Disease in Harrison s Principles of Internal Medicine 15 th Edition Volume 2. United States: McGraw-Hill. Hal 1649-1665. Farmagazine Vol. III No. 2 Agustus 2016 38