BAB V KESIMPULA Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan devisa sebuah negara terutama di negara berkembang. Selain itu, sektor pariwisata secara cukup signifikan juga menyerap tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Pariwisata menjadi kian penting karena terjadi kenaikan jumlah kedatangan turis internasional dalam kurun waktu 60 tahun sejak 1950 hingga 2010 yang mencapai lebih dari 800% (UNWTO, 2013). UNWTO (2013) memperkirakan pada 2030 jumlah kedatangan turis akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2010 menjadi 1800 juta. Terdapat ketimpangan devisa pariwisata antara emerging economies and developing countries dengan negara maju. Data UNWTO (2013) menunjukkan bahwa emerging economies and developing countries pada 2012 menerima devisa pariwisata sebesar 35,9% di angka 386 miliar dolar AS. Sedangkan negara maju menerima pendapatan devisa dari sektor pariwisata sejumlah 64,1% dengan total 689 miliar dolar AS. China sebagai bagian dari emerging economies and developing countries ternyata mampu menjadi unggul dalam industri pariwisata internasional. Dalam kurun waktu kurang lebih lima belas tahun terakhir (1998-2012), China secara konsisten berhasil masuk ke dalam posisi sepuluh besar tujuan pariwisata teratas dunia. Posisi tersebut dilihat dari jumlah kedatangan turis internasional serta nilai penerimaan devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata (UNWTO, 1999-2013).
Terdapat perbedaan kebijakan pemerintah China dalam melihat industri pariwisata sebelum dan sesudah diberlakukannya open-door policy. Sebelum dilakukan open-door policy, pemerintah China menggunakan pariwisata sebagai alat politik untuk memperluas hubungan luar negeri China. Kegiatan pariwisata sebelum diberlakukannya open-door policy tidak bertujuan untuk mencari keuntungan ekonomi melainkan membuka hubungan diplomatik dengan negaranegara lain (Airey dan Chong, 2011: 114-115). Hal ini terjadi akibat isolasi dunia Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat sejak 1949 (Airey dan Chong, 2011: 115). Karena China masih dalam masa pemulihan pasca perang, pariwisata pada era ini juga dianggap sebagai gaya hidup borjuis dan belum dilihat sebagai rencana pembangunan (Airey dan Chong, 2011: 115). Terdapat dua era pemerintahan sesudah dilakukan open-door policy yaitu era pemerintahan Deng Xiaoping (1978-1997) dan era kepemimpinan kolektif (1997-sekarang). Pada era kepemimpinan Deng, pariwisata bergeser dari alat politik menjadi kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah pusat melakukan beberapa kebijakan untuk menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kegiatan ekonomi, diantaranya dengan menggunakan modal dan tenaga ahli asing, desentralisasi, dan juga transformasi perusahaan swasta. Sedangkan pada era kepemimpinan kolektif, pariwisata muncul sebagai industri strategis multifungsi dengan tujuan ekonomi, politik ideologi, diplomatik serta sosial budaya (Airey dan Chong, 2011: 25-26). Kemajuan industri pariwisata internasional di China mulai terlihat sejak tahun 1978 yaitu ketika mulai diberlakukannya kebijakan pintu terbuka pada era
pemerintahan Deng Xiaoping. Hal ini sesuai dengan pernyataan Deng yang menyatakan bahwa dunia sekarang adalah dunia yang terbuka dan mustahil untuk membangun bangsa China di belakang pintu yang tertutup (Deng, 1984 dalam Airey dan Chong, 2011: 100). Dengan kata lain, kemajuan dapat dicapai apabila membuka pintu terhadap dunia luar. Sejak diberlakukannya kebijakan pintu terbuka, kemajuan pariwisata internasional di China dapat dilihat dari jumlah turis asing yang masuk serta penerimaan devisa dari sektor pariwisata sejak tahun 1978 hingga 2012 yang memiliki kecenderungan meningkat 1. Kemajuan industri pariwisata internasional di China selain didukung dengan organisasi dan tata kelola pariwisata, anggaran pariwisata, serta program dan kebijakan pariwisata yang baik, pertama-tama juga didorong oleh peningkatan akses visa. Peningkatan akses visa tersebut diantaranya berupa pembebasan visa, pemberian visa on arrival, serta pemberian fasilitas transit bebas visa selama 72 jam untuk kondisi-kondisi tertentu. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi para wisatawan asing serta meningkatkan minat wisatawan asing untuk berkunjung ke China. Kedua, faktor yang ikut berpengaruh terhadap kemajuan industri pariwisata internasional di China yaitu kesepakatan transportasi udara terbuka. Kesepakatan transportasi udara terbuka akan memperluas pijakan maskapai penerbangan China di berbagai wilayah negara lainnya. Maskapai penerbangan China yang beroperasi ke negara lain tidak hanya akan membawa penumpang China ke luar negeri, tetapi juga membawa penumpang baik yang berasal dari 1 Lihat Tabel 3.1 Perkembangan Pariwisata China, halaman 30
China maupun luar negeri untuk masuk ke China. Dengan demikian, terdapat peluang untuk meningkatkan jumlah wisatawan asing yang masuk ke China. Selain itu, kebijakan udara terbuka memiliki daya tarik tersendiri bagi maskapai penerbangan di luar China untuk ikut memasuki pasar China. Hal ini dikarenakan naiknya standar hidup di China, wilayah China yang luas, serta tingginya jumlah populasi. Di sisi lain, pemerintah China terus melakukan pengembangan pariwisata untuk meningkatkan daya tarik China sebagai destinasi pariwisata dunia. Kondisi tersebut akan mendorong maskapai penerbangan asing untuk ikut memasuki pasar China. Keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah China dari kondisi ini yaitu semakin meningkatnya akses masuk ke China sehingga dapat mendorong jumlah wisatawan asing yang masuk ke China. Ketiga, eskpansi maskapai penerbangan serta pengembangan bandara di China juga ikut berkontribusi terhadap kemajuan industri pariwisata internasional di China. Ekspansi maskapai penerbangan di China tersebut dilakukan oleh maskapai penerbangan domestik, milik negara maupun swasta, serta maskapai penerbangan asing. Sedangkan pengembangan bandara diantaranya dilakukan dengan menyediakan fasilitas di bandara seperti business center, transportasi bandara, dan duty-free shop serta melakukan internasionalisasi bandara sehingga dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para wisatawan. Dengan demikian, hal tersebut akan meningkatkan daya tarik China sebagai destinasi pariwisata sekaligus meningkatkan minat para wisatawan asing untuk berkunjung ke China.
Keempat, kemajuan industri pariwisata internasional di China didorong oleh fasilitas belanja bebas pajak bagi turis. Hal ini diimplementasikan oleh pemerintah China melalui program percobaan bebas pajak yang salah satunya dilakukan dengan membangun toko bebas pajak (duty-free shop/dfs), Haitang Bay International Shopping Center yang terletak di provinsi Hainan. Haitang Bay merupakan pusat perbelanjaan bebas pajak terbesar dunia. Diharapkan toko bebas pajak (duty-free shop/dfs) tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi turis lokal maupun asing, terutama yang gemar berbelanja barang-barang berkelas brand internasional. Apabila program percobaan tersebut berhasil, pemerintah Hainan berencana akan meningkatkan jumlah pembangunan toko bebas pajak (duty-free shop/dfs) di tempat lain. Disamping itu, pembangunan toko bebas pajak (duty-free shop/dfs) juga memiliki tujuan untuk mengurangi capital outflow China yang terjadi akibat para warga China yang gemar melakukan perjalanan ke luar negeri untuk berbelanja barang mewah. Dalam pembangunan toko bebas pajak (duty-free shop/dfs), pemerintah China memberikan penawaran kepada perusahaan-perusahaan barang berkelas brand internasional untuk ikut beroperasi di China. Dengan demikian, investasi asing masuk ke China. Kelima, pengembangan pariwisata pesiar di China akan ikut mendorong kemajuan industri pariwisata internasional di China. Meningkatnya pasar pariwisata pesiar di China mendorong pemerintah untuk terus melakukan perbaikan infrastruktur. Pembangunan pelabuhan di China terus ditingkatkan. Selain itu, pemerintah China juga menggandeng sebuah asosiasi industri, China Cruise & Yacht Industry Association (CCYIA) dimana berdiri pada 2006 di
Beijing, untuk ikut mengembangkan industri pesiar dan pelayaran di China (CCYIA, 2014). Meskipun demikian, pemerintah China menemui beberapa tantangan dalam pengembangkan industri pariwisata pesiar. Pertama, WangXin dan Lidan (ed) (2013) menyatakan bahwa infrastruktur industri pariwisata pesiar di China belum mencapai standar internasional sehingga belum dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan secara optimal. Tantangan kedua yaitu adanya perbedaan selera pariwisata pesiar antara turis domestik dan turis luar negeri seperti Eropa atau Amerika sehingga membuat arah pengembangan infrastruktur menjadi sulit ditentukan. Tantangan lainnya yaitu pembangunan fasilitas pesiar yang boros dan menghamburkan uang serta kurangnya perencanaan yang tepat (Yap, 2013). Oleh karena itu, pemerintah China perlu menentukan segmentasi pasar, apakah akan membidik salah satu segmen pasar atau keduanya sehingga pemerintah China dapat melakukan perencanaan pengembangan infrastruktur industri pariwisata pesiar secara lebih efektif dan efisien. Diharapkan langkahlangkah yang diupayakan oleh pemerintah China dapat meningkatkan kemajuan pariwisata pesiar di China serta menarik lebih banyak turis asing untuk melakukan pariwisata pesiar di China. Terakhir, upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah China untuk meningkatkan kemajuan industri pariwisata internasional China yaitu dengan menyelenggarakan Tahun Pariwisata China-Rusia. Program dimulai pada 2012 dan merupakan hasil kesepakatan antara pemerintah China dengan Rusia. Dengan adanya program ini, warga China maupun Rusia dapat saling berkunjung tanpa dikenakan persyaratan visa. Dengan demikian, program ini akan meningkatkan
jumlah arus turis baik di China maupun Rusia sekaligus merupakan peluang bagi pemerintah China untuk menarik lebih banyak turis asing khususnya yang berasal dari Rusia agar berkunjung ke China.