ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Paradigma baru program keluarga berencana nasional mempunyai visi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXY PROGESTERON ASETAT

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Rtibhuwana Tunggadewi Malang 2), 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

JURNAL. Diajukan Untuk Memenuhi Ketentuan Melakukan Penyusunan Skripsi. Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Study Diploma IV Kebidanan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINOPSIS RENCANA TESIS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS NY

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK SATU BULANAN DENGAN TIGA BULANAN DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

HUBUNGAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN AKSEPTOR (Studi Di BPS Dwenti K.R. Desa Sumberejo Kabupaten Lamongan 2015)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, Angka

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS PADA NY P DI BPS MAULINA HASNIDA SURABAYA OLEH : VIKY ARUM SARI

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

GAMBARAN KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN Aibah 1, Tyasning Yuni Astuti Anggraini 1

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN FISIK IBU DI KLINIK ANITA MEDAN Mey Elisa Safitri Dosen Akademi Kebidanan Helvetia Medan

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

MIKIA KEJADIAN AMENORE SEKUNDER PADA AKSEPTOR SUNTIK DMPA. Artikel Penelitian. Nurya Viandika 1 Nurfitria Dara Latuconsina 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: akseptor KB suntik DMPA, akseptor KB implan, perubahan siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

GANGGUAN HAID PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSTU BANDUNG, DESA BANDUNG, KECAMATAN DIWEK, KABUPATEN JOMBANG

PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK AKAN MEMPENGARUHI BERAT BADAN AKSEPTOR KB SUNTIK DI KOTA BARU DRIYOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

Transkripsi:

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Ida Susila *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enantat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA). Metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan hasil penelitian ini adalah deskripsi observasi yang dilaksanakan dengan pendekatan kohort mulai dari kehamilan sampai kontrasepsi diperoleh dari wawancara, pengkajian data primer, sekunder, pemeriksaan fisik dan dilakukan pendokumentasian SOAP. Hasil asuhan kebidanan komprehensif akseptor aktif KB hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan BB terdapat persamaan tinjauan kasus mulai dari pengkajian data subyektif, obyektif, analisa data, dan penatalaksanaan. Dari hasil asuhan kebidanan diharapkan bidan bisa lebih mengoptimalkan dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif Akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan dengan manajemen kebidanan SOAP. Kata kunci: Akseptor aktif hormonal, Suntik 1 bulan, Peningkatan BB PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enantat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA). (Sarwono, 2006). Namun banyak pengguna kontrasepsi suntik yang berhenti dikarenakan efek sampingnya berupa gangguan pola haid, kenaikan berat

badan, sakit kepala, dan rasa ketidaknyamanan diperut (Naser etal.2009). Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorrhea, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, dan peningkatan berat badan (Saifuddin, 2006). Kontrasepsi suntik 1bulan merupakan jenis suntikan kombinasi yang berisi 25 mg depo medrogsi progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipinioat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Saifuddin,2005). Secara Nasional pada bulan Januari-Desember 2014 Akseptor Kontrasepsi sebanyak 663.221 peserta yakni 52.321 peserta IUD (7.89%), peserta MOW (1.49%), 49.577 peserta implant (7,47%), 334.214 peserta suntik (50,39%), 176.516 peserta pil (26.61%), 1.691 peserta MOP (0,25%) dan 39.062 peserta kondom (5,89%) (BKKBN, 2014). Menurut tabel provinsi masa kini tahun 2014, jumlah wanita usia subur di propinsi Jawa Timur adalah 5.765 orang dengan pengguna Sterilisasi wanita (3,5%), Sterilisasi pria (0,3%), Pil (14,7%), IUD (5,0%), Suntik (34,7%) Implant (3,1%), Kondom (1,3%), Senggama terputus (1,2%), lainnya (0,3%), tidak memakai KB (34,7%) (SDKI, 2012). Menurut laporan pencapaian Kontrasepsi Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2014, jumlah akseptor Kontrasepsi pada tahun 2014 total mencapai 2.304.928 yang meliputi akseptor IUD sebesar 18.064 orang (7,7%), akseptor MOW sebesar 6.669 orang (2,8%), akseptor MOP sebesar 542 orang (0,23%), akseptor kondom sebesar 3.630 orang (1,5%), akseptor implan sebesar 28.549 orang (12,2%), akseptor suntik sebesar 119.516 orang (51,1%), dan akseptor pil sebesar 57.050 (24,4%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas lamongan pada bulan Januari-Desember 2014 yakni dari 7.419 PUS ditemukan orang yang memakai Kontrasepsi Suntik 3 bulan 2.231 orang (30%) dan Kontrasepsi Suntik 1 bulan 2.100 orang (28%), Kontrasepsi Pil 1.463 orang (19,7%),Implan 282 orang (3,8%),IUD 678 orang (9,2%), kondom 206 orang (2,7%) MOW 414 orang (5,6%), MOP 45 orang (0,6%), Efek samping dari kontrasepsi suntik 1 bulan di antaranya amenorea 40 orang (0,92%), spotting 44 orang (1,01%), sakit kepala 45 orang (1,03%), Menoragia 45 orang (1,03%), peningkatan berat badan 46 orang (1,06%), dan tidak ada keluhan 1.880 orang (43,4%). Faktor peningkatan berat badan akseptor suntik kemungkinan besar karena kandungan dalam kontrasepsi suntik merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan (Hartanto, 2005). Faktor lain yang berperan penting dalam mempengaruhi berat

badan diantaranya adalah faktor genetik dan regulasi Adapun upaya untuk mengatasi masalah peningkatan berat badan ini yakni dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak (diet), memperbanyak olahraga seperti senam atau lari-lari kecil dan memberi konseling kepada akseptor bahwa kenaikan atau penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi maka perhatikan diet klien bila perubahan berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan untuk mengganti metode kontrasepsi yang lain seperti Implant, Pil atau IUD (Prawirohardjo, 2011) Mengingat pentingnya suatu asuhan yang harus diberikan pada klien yang mengalami masalah dengan peningkatan berat badan maka penulis akan mengambil judul Asuhan Kebidanan Komprehensif Akseptor Aktif Hormonal Suntik 1 Bulan dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lamongan Tahun 2015. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui gambaran tentang Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif Akseptor aktif hormonal Suntik 1 Bulan dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lamongan Tahun 2015. METODE PENELITIAN Dalam pemberian asuhan kebidanan kehidupan pada klien bidan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan analisis. Pemberian asuhan kebidanan tersebut, penulis menggunakan untuk langkah manajemen kebidanan SOAP yakni Subyektif, Obyektif, Analisa Data dan Penatalaksanaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data subyektif Pada data subyektif terdapat pustaka, untuk tinjaun kasus keluhan utama didapatkan hal yang menunjang pada akseptor hormonal suntik 1 bulan berat badan meningkat, gemuk, nafsu makan yang meningkat, Pada tinjauan pustaka akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan memang banyak ditemukan keluhan utama pasien seperti nafsu makan yang meningkat, merasa gemuk dan berat badan naik. Teori yang mendukung antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka disebabkan karena hormon progesteron yang merangsang pusat pengendalian nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan nafsu makan tidak bisa terkendali (Winknjosastro, 2006). Dari tinjauan kasus dan tinjauan teori pada akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan, memang banyak terdapat persamaan pada keluhan utama adanya nafsu makan yang meningkat karena hormon progesteron yang merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus. Dikuatkan oleh teori yang menyebutkan Penyebab peningkatan berat badan pada akseptor suntik 1 bulan kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron yang merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto, 2004). Data Obyektif Pada data Obyektif terdapat tinjauan pustaka menurut teori, untuk

BB dan LILA yang mengalami peningkatan, pada tinjauan kasus diperoleh pemeriksaan antropometri BB sebelum mamakai suntik 1 bulan 58 kg, BB sesudah memakai suntik 1 bulan 72 kg, tinggi badan 155cm, Pada tinjauan pustaka pada pemeriksaan umum BB dan LILA terdapat perbedaan antara kasus akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan BB dengan kasus yang fisiologis yang mengalami peningkatan BB dan LILA. Teori yang mendukung tinjaun pustaka karena kenaikan berat badan adalah efek samping dari pemakaian suntik 1 bulan, akan tetapi tidak selalu kenaikan berat badan tersebut diakibatkan dari pemakaian suntik 1 bulan, menurut teori (Nurahmah, 2007). Pada kasus suntik 1 bulan dengan peningkatan BB mendapatkan pemeriksaan BB dan LILA dan hasilnya nanti terjadi peningkatan berat badan setelah memakai kontrasepsi suntik 1 bulan. Di kuatkan oleh teori yang mengatakan pola konsumsi yang tak terkendali dapat mengakibatkan masalah gizi dan kenaikan berat badan (Overweight) (Waspadji, 2005). Analisa Data Pada analisa data terdapat tinjauan pustaka, menurut teori (Ayurai, 2009). Masalah aktual pada teori ditemukan masalah yang timbul ditemukan kelebihan berat badan (Overweight), sedangkan pada tinjauan kasus masalah aktual yang timbul akibat peningkatan berat badan ditemukan kelebihan berat badan (Overweight), jadi pada masalah aktual ditemukan persamaan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Teori yang mendukung tinjauan pustaka di hitung menurut rumus versi BMI menurut WHO.menurut teori (Kasdu, 2010). Pada kasus suntik 1 bulan dengan peningkatan BB, dilakukan pemeriksaan menggunakan rumus BMI dan ditemukan pasien mengalami Overweight dikarenakan nafsu makan yang tak terkendali karena adanya kandungan hormon pada suntik 1 bulan. Di kuatkan oleh teori rumus berat badan ideal versi BMI menurut WHO yang menyebutkan kategori kelebihan berat badan (overweight) 25-29 ( Hartanto, 2005) Penatalaksanaan Pada penatalaksanaan terdapat tinjauan pustaka, diperoleh hasil terdapat persamaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Tinjauan pustaka pada penatalaksanaan memberikan konseling tentang KB beserta dengan efek sampingnya, mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak, melakukan banyak aktifitas, melakukan olahraga, memberikan motivasi dan semangat kepada akseptor tentang perubahan yang dialami, menganjurkan akseptor untuk mengganti alat kontrasepsinya ke kontrasepsi selain hormonal jika berat badan semakin meningkat, tinjauan kasus didapatkan penanganan akseptor hormonal 1 bulan dengan peningkatan berat badan yakni memberikan konseling tentang KB beserta dengan efek sampingnya, mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak, melakukan banyak aktifitas, melakukan olahraga, memberikan

motivasi dan semangat kepada akseptor tentang perubahan yang dialami, menganjurkan akseptor untuk mengganti alat kontrasepsinya ke kontrasepsi selain hormonal jika berat badan semakin meningkat. Teori yang mendukung antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka sama-sama memberikan HE tentang pola aktifitas, melakukan olahraga, menurut teori.(saifuddin, 2010). Pada kasus suntik 1 bulan sama-sama memberikan HE tentang banyak melakukan aktifitas, melakukan olahraga dikarenakan dengan melakukan aktifitas seperti itu bisa menurunkan berat badan pada pasien. Di perkuat oleh teori yang mengatakan memperhatikan diet klien jika perubahan badan terlalu mencolok,memberikan KIE tentang cara diet rendah kalori yakni diet yang mengandung rendah kalori dengan cukup mengandung nutrient sesuai dengan kebutuhan, dan bila berat badan berlebihan hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pengkajian Subyektif terdapat persamaan tinjauan kasus untuk keluhan utama pada kb suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan. 2. Pengkajian Obyektif terdapat persamaan tinjauan kasus untuk pemeriksaan antropometri pada kb suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan. 3. Analisa Data terdapat persamaan tinjauan kasus untuk masalah aktual kb suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan. 4. Penatalaksanaan terdapat persamaan antara tinjauan kasus untuk dan tianjaun pustaka pada kb suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan. Saran 1. Bagi institusi Di pergunakan sebagai bahan tambahan kepustakaan yang memerlukan acuan perbandingan pada penanganan khusus dan sebagai referensi Asuhan Kebidanan Komprehensif Akseptor aktif hormonal Suntik 1 Bulan dengan Peningkatan Berat Badan. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai bahan pertimbangan bagi lahan praktek untuk lebih mengoptimalkan dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif Akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan dengan manajemen kebidanan SOAP. 3. Bagi Pasien Sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi masyarakat, khususnya bagi wanita usia subur tentang pentingnya Asuhan kebidanan komprehensif Akseptor aktif hormonal suntik 1 bulan dengan peningkatan berat badan. DAFTAR PUSTAKA Bkkbn, Laporan Pendahuluan SDKI, http://www.bkkbn.go.id/litba ng/pusdu/hasil%20penelitian /SDKI%202012/Laporan%20 Pendahuluan%20SDKI%202 012.pdf, Diaksespadatanggal 22-05-2013 Bobak, dkk. 2007. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Depkes, RI. 2007. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI. Estiwidani, Dwana.2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : Fitramaya Handayani, Sri.2011 Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama Hartanto, Hanafi.2010. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR. Laboratorium, klinik.2013.amenorea.http:// prodia.co.id/penyakitdandiagnosa/amenorea.diakse stanggal 15 juni 2013. Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta KedokteranJilid I Edisi ketiga. Jakarta : Media AesculapiusFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Prawirorahardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Senoputra, Andrian. Penyebab dan Penanganan Amenorea.http://beritacyber. Diakses tanggal 15 juni 2013. Syaifudin, Abdul Bari. Afandi, Biran. Baharudin, Moh. SoekirSoekaemi.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC. Winkjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.