BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pola buang air besar pada anak

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti**

TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

Manfaat Minum Air Putih

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah masa post natal atau masa setelah lahir yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai pengobatan, diare termasuk kelompok tiga dari penyebab utamanya. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya (Suraatmaja, 2007). Resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang akan kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama, yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya (Wijoyo, 2013). Rehidrasi oral adalah terapi utama untuk penderita diare akut (Sisson, 2014). Oralit, zinc, danmakanan rendah seratadalahperawatan yang direkomendasikanuntukmasyarakatdiare akutdi kalangananak-anak(applegateet al, 2013). Diare dapat berhubungan dengan keadaan lingkungan, perilaku, dan makanan (Muhziadi, 2012). Keadaan lingkungan merupakan penyebab utama adanya panyakit diare, seperti kurangnya kebersihan pada air minum, pembuangan kotoran yang tidak benar, keadaan rumah yang kurang sehat, usaha higenis dan sanitasi belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, pembuangan limbah kurang baik (Suharyono, 2008). Bukan cuma keadaan lingkungan saja, masih terdapat penyebab yang lain seperti keadaan sosial ekonomi dari keluarga tersebut juga mempengaruhi timbulnya penyakit diare karena kondisi rumah yang tidak sehat serta pendidikan yang rendah (Suharyono, 2008). Selain kondisi lingkungan dan faktor sosial ekonomi, keamanan pangan merupakan penyebab diare yang perlu diperhatikan juga karena dapat menjadi ancaman bagi kesehatan anak-anak. Pendidikan keamanan makanan merupakan syarat utama untuk pengendalian dan pencegahan diare (Sheth & Dwivedi, 2006). Pemberian informasi dimaksud untuk memperbanyak pengetahuan terhadap penyakit diare agar ibu-ibu dapat lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam penanganan penyakit diare dan dapat melakukan pencegahan 1

2 terhadap penyakit diare. Pemberian informasi tentang jenis diare, gejala diare, penyebab diare, pencegahan diare, dan penanganan diare. Pada pemberian informasi ini menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan leaflet. Ceramah adalah penyampaian informasi secara langsung kepada penerima informasi. Metode ini biasa digunakan untuk pemberian informasi karena murah, mudah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,tapi kekurangan metode ceramah adalah hal yang dikuasai penerima materi tergantung dari hal yang dikuasai pemberi materi, kemampuan setiap orang berbeda dalam menerima materi, metode ceramah dapat membosankan bagi penerima materi, dan sulit mengetahui pemahaman penerima materi(sanjaya, 2010). Pemberian informasi yang kedua menggunakanleaflet yang merupakanmedia informasi pada selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar (Suiraoka & Suppariasa, 2012). Keuntungan menggunakan leaflet adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak diperlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan keinginan belajar, sedangkan kekurangannya tidak dapat menstimulir efek suara, efek gerak dan mudah terlipat (Suiraoka& Suppariasa, 2012). Dengan pemberian informasi secara ceramah dan leaflet maka dapat diketahui keefektifan dua metode tersebut. Metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan karena dapat menggunakan seluruh indera dapat menerima langsung informasi yang diberikan secara langsung (Sumarah, 2009).Pada pemberian informasi penanganan penyakit diare menggunakan metode ceramah dan leaflet kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang karena untuk mengetahui kedua metode tersebut efektif atau tidak untuk peningkatan pengetahuan setelah pemberian informasi. Pemberian informasi ditunjukkan kepada ibu-ibu bertujuan agar terjadi penurunan angka kejadian diare dan penanganan pada penderita diare dengan cepat karena menurut Malikhah (2012) bahwa sikap ibu dalam penanganan penyakit diare merupakan satu kesatuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit diare, jika penderita diare dapat teratasi dengan cepat, maka angka

3 kesakitan atau kematian dapat berkurang. Pemberian informasi dilaksanakan di Kabupaten Rembang karena jumlah penderita diare pada tahun 2012sebesar 7960 jiwa, tetapi pada tahun 2013 penderita diare mengalami peningkatan yaitu sebesar 8330 jiwa (Dinkes, 2013). Berdasarkan data Dinkes (2013) angka kejadian diare di Kabupaten Rembang masih cukup tinggi dan perlu penanganan untuk memperkecil jumlah penderita diare. Tingginya angka diare yang terjadi di Rembang karena terdapat permasalahan dalam pengelolaan limbah cair domestik (Dinkes, 2011). Permasalahan ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban pribadi, banyaknya masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik di sungai, dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih rendah (Dinkes, 2011). Masyarakat memerlukan pemberian informasi kesehatan untuk menjaga lingkungan agar dapat menurunkan kejadian diare di Kabupaten Rembang. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana efektifitas pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang? 2. Bagaimana peningkatan pengetahuan responden setelah mendapatkan informasi dengan metode ceramah dan leafletterhadap penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui efektifitas metode ceramah dan leaflet setelah pemberian informasi terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang. 2. Mengetahui peningkatan pengetahuan responden setelah pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap penanganan penyakit diare kepada ibuibu di Kabupaten Rembang.

4 D. Tinjauan Pustaka 1. Diare a. Definisi Diare Menurut Djunarko & Hendrawati (2011) diare adalah suatu kondisi terjadi peningkatan frekuensi buang air besar sampai lebih dari tiga kali sehari disertai dengan penurunan konsistensi tinja sampai ke bentuk cairan. Walaupun diare sering dianggap sebagai gangguan yang umum terjadi, tetapi diare dapat berbahaya, karena jika dibiarkan, penderita diare akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan (Djunarko & Hendrawati (2011). Diare akut timbul secara mendadak dan bisa berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh virus, sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Diare akut disebabkan oleh infeksi virus dan kuman, atau dapat pula disebabkan dari efek samping obat atau gejala dari gangguan saluran cerna. Sedangkan diare menahun atau sering disebut dengan diare kronik disebabkan gangguan resorpsi, meningkatkan sekresi getah lambung-usus dan terjadi peningkatan motilitas usus (Tjay &Rahardja, 2002). b. Etiologi dan Mekanisme Diare Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahuidengan pasti, dimana penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Penyebab tidak langsung Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti, keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, sosial budaya, kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan faktor-faktor lain. 2) Penyebab langsung Termasuk dalam penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, bah dan sayur-sayuran (Suharyono, 2008). Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi 2 golongan, yaitu:

5 1) Diare sekresi a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella, Salmonella, E.coli, Golongan Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium, Golongan virus seperti: Protozoa, Entamoeba histolicia, Giardia lamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur. b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam, gangguan psikik, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi. 2) Diare osmotik yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan lahir rendah (Suharyono, 2008). Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, yaitu: 1) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menyebabkan diare (Suharyono, 2008). c. Gejala Diare Gejala diare yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, terdapat darah atau lender dalam kotoran. Gejala diare yang umumnya terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut: bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisah, suhu badannya tinggi, tinja bayi encer dan berlendir, warna tinja

6 kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, anus dan sekitarnya lecet, asupan makanan berkurang, terjadi muntah baik sebelum atau sesudah diare, hipoglikemia, dehidrasi yang ditandai dengan: berkurangnya berat badan, ubunubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, dan selaput lender, mulut, dan bibir kering (Djunarko & Hendrawati, 2011). d. Penyebab Diare Penyebab diare, sebagai berikut: 1) Alergi terhadap makanan, susu, atau obat-obatan, dapat juga karena makanmakanan yang tercemar kuman, umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut. 2) Infeksi organisme, seperti parasit, virus, dan bakteri, diare yang ditimbulkan dapat akut maupun kronis. 3) Pertumbuhan flora normal (bakteri yang normal berada diusus) yang tidak terkendali, umumnya menyebabkan diare kronis. 4) Gangguan fungsi pencernaan dan penyerapan makanan, umumnya menyebabkan diare kronis. 5) Beberapa penyakit seperti irritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease, AIDS (Acquired Immuno Deficiensy Syndrome), dan kanker kolon, umumnya menyebabkan diare kronis (Djunarko & Hendrawati, 2011). e. Faktor Resiko Diare 1) Faktor gizi: Semakin buruk gizi seorang anak, ternyata semakin banyak peluang diare yang dialami. 2) Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih: diare dalam golongan berpendapatan rendah dan kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan semakin lama semakin meningkat saat anak disapih. 3) Faktor sosial ekonomi: kebanyakan anak yang mudah terkena diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air bersih, pendidikan orang tua yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.

7 4) Faktor lingkungan: kurangnya penyediaan air minum yang bersih, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat, keadaan rumah yang kurang sehat, usaha higene dan sanitasi belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, pencemaran lingkungan, dan pembuangan limbah kurang baik (Suharyono, 2008). f. Pencegahan Diare 1) Memberikan ASI (Air Susu Ibu) Air susu ibu merupakan makanan paling baik untuk bayi karena terdiri atas komponen zat makanan tersedia dalam bentuk ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi (Wijoyo, 2013). 2) Memperbaiki makanan pemdamping ASI Makanan pemdamping ASI dilakukan bertahap untuk membiasakan dengan makanan dewasa. Pemberian makanan pendamping dapat meningkatnya resiko diare. 3) Memberikan imunisasi campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. 4) Menggunakan air bersih Kuman biasanya masuk melalui mulut, cairan dan benda tercemar, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci. 5) Mencuci tangan Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan atau menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan diare. 6) Menggunakan jamban Penggunaan jamban dampak menurunkan resiko terhadap penyakit diare. 7) Membuang tinja bayi dengan benar Tinja bayi juga dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tua (Wijoyo, 2013).

8 g. Tatalaksana Diare 1) Mencegah terjadinya dehidrasi Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan buatan yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup.macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada kebiasaan yang dilakukan dalam mengobati diare, tersedianya cairan sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, dan tersedianya oralit. Bila tidak mungkin memberikan cairan buatan yang dianjurkan, dapat diganti dengan memberikan air matang (Depkes, 2011).Jumlah oralit yang diberikan untuk diare tanpa dehidrasi dan dengan dehidrasi ringanserta jumlah oralit yang diberikan untuk penderita diare terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah oralit yang diberikan untuk penderita diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan Jumlah oralit yang Jumlah oralit yang disediakan dirumah Umur diberikan setiap BAB Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan < 1 tahun 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus) 300 ml 1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 600 ml bungkus) >5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 1200 ml bungkus) Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari 2400 ml (Wijoyo, 2013). 2) Mengobati dehidrasi saat diare Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral. Penilaian derajat dehidrasi untuk penderita diare dan penilaiannya untuk derajat dehidrasi pada tabel 2.

9 Tabel 2. Penilaian Derajat Dehidrasi Penilaian A B C Keadaan umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa Tidak haus Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Haus Ingin banyak minum Lesu, tidak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering Malas minum Tidak bisa minum Periksa turgor Kembali cepat Kembali dengan Kembali dengan sangat kulit lambat lambat Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat dehidrasi (Depkes, 2011). 3) Pemberian makanan selama diare Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak (Depkes, 2011). Sebaiknya pada anak-anak yang menderita diare diberikan susu dengan rendah lemak karena mengandung natrium, kalium, fosfor, dan kalsium. Natrium yang hilang bersama tinja saat diare, dapat diperoleh kembali dengan minum susu rendah lemak. Selain itu susu rendah lemak juga mengandung zat besi dan zinc yang dapat menangani kekurangan cairan karena diare (Mona et al, 2010). 4) Mengobati masalah lain Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare (Depkes, 2011). h. Pengobatan sendiri Ada tiga patokan bagi ibu (atau anggota keluarga yang lain) untuk mengobati sendiri diare. Secara singkat patokan ini :

10 1) Penambahan cairan yang lebih dari biasanya untuk mencegah dehidrasi, yaitu: a) Larutan oralit dan makanan yang cair, seperti sup dan air tajin b) Pemberian dilanjutkan sampai diare berhenti (Depkes, 2011). 2) Dengan melakukan pemberian makanan pada anak: a) Pemberian ASI (Air Susu Ibu) b) Jika anak tidak mendapat ASI, maka diberikan susu yang biasa diberikan dan untuk anak kurang dari 6 bulan yang belum mendapatkan makanan padat, maka dapat diberikan susu c) Untuk anak 6 bulan atau lebih dari 6 bulan yang sudah mendapatkan makanan padat, maka dapat diberikan bubur yang dicampung dengan kacang-kacangan; sereal; daging atau ikan, dapat diberikan sari buah atau pisang untuk menambah kalium. d) Mendorong anak untuk makan sebanyak 6 kali sehari e) Setelah diare berhenti, memberikan makanan tambahan tiap hari selama dua minggu (Depkes, 2011). 3) Membawa anak ke petugas kesehatan, jika anak mengalami ciri-ciri berikut: buang air besar lebih sering, muntah berulang-ulang, merasa haus, menderita demam, tidak makan atau minum dengan normal, dan tinja berdarah(depkes, 2011). i. Pengobatan disertai pola makanan Cara pemberian makanan pada penderita diare: 1) Pada bayi yang masih mengkonsumsi ASI Air Susu Ibu (ASI)dilanjutkan bersama oralit dengan cara bergantian. Pada bayi berumur kurang dari 4 bulan (sudah mendapatkan buah-buahan, makanan tambahan seperti bubur) dilanjutkan dengan sedikit-sedikit diberikan kembali seperti sebelum sakit diare. 2) Pada bayi yang sudah mengkonsumsi susu formula rendah laktosa atau tanpa penggunaan laktosa Diberikan oralit bergantian dengan susu formula rendah laktosa atau tanpa penggunaan laktosa. Jika bayi telah mendapatkan makanan tambahan (umur

11 lebih dari 4 bulan), makanan tambahan sementara dihentikan, dan diberikan kembali mulai hari ketiga. 3) Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun Anak dengan gizi buruk (berat badan kurang dari 7 kg), cara pemberian sama dengan bayi. Sedangkan anak dengan gizi baik pemberiannya sebagai berikut: a) Hari 1 : oralit ditambah bubur tanpa sayur dan ditambah pisang b) Hari 2 : bubur dengan sayur c) Hari 3 : makanan biasa (Suraatmaja, 2007). j. Terapi obat untuk Diare Untuk pasien diare dapat digunakan terapi obat seperti berikut : 1) Larutan rehidrasi oral untuk mencegah dan mengatasi kehilangan cairan atau elektrolit yang berlebihan, terutama pada bayi dan lansia. Oralit, alphratrolit, aqualyte, bioralit, corsalit, cupalyte, cymatrolit, diasalt, diatrolit,eltolit, eltolit m, hydrite, interolite, oramex, orasolit, ottolit 200, pharolit. 2) Adsorben dan pembentukan masa, terbuat dari partikel-partikel yang akan membesar sesudah menyerap cairan, sehingga membuat feses lebih padat. Namun obat ini tidak dapat diberikan lebih dua hari dan tidak dianjurkan untuk diare disertai demam. Jenisnya sebagai berikut: kaolin, attapulgit, karbo adsorben. 3) Antimotilitas untuk mengatasi diare pada orang dewasa tanpa komplikasi tetapi bukan untuk anak dibawah 12 tahun. Jenisnya yaitu: co-fenotrop, kodein fosfat, loperamid hidroklorida, morfin (BadanPOM, 2008). k. Pemberian informasi obat Obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare adalah oralit untuk mencegahkekurangan cairan tubuh dan adsorben untuk membuat feses lebih padat. 1) Oralit, kegunaan oralitsebagai berikut: a) Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yangkeluar bersama tinja. b) Oralit 200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium.

12 Pemakaian oralit terdapat takaran untuk setiap penderita diare dengan derajat dehidrasi penderita diare. Aturan pemakaian oralit pada bayi dan balita sesuai dengan derajat dehidrasi yang dialami penderita penyakit diare dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Aturan pemakaian oralit pada bayi dan balita Keadaan diare Umur < 11 bulan 1-4 tahun > 5 tahun Tidak ada dehidrasi Setiap selesai BAB diberikan oralit Terapi A: mencegah dehidrasi 100 ml (0,5 gelas) 200 ml (1 gelas) 300 ml (1,5 gelas) Dengan dehidrasi 3 jam pertama diberikan oralit Terapi B: 300 ml (1,5 gelas) 600 ml (3 gelas) 1,2 L (6 gelas) mengobati Selanjutnya setiap BAB diberikan oralit dehidrasi 100 ml (0,5 gelas) 200 ml (1 gelas) 300 ml (1,5 gelas) 2,4 L (12 gelas) 400 ml (2 gelas) (Depkes, 2006). Pemberikan oralit menggunakan sendok (untuk anak kurang dari 2 tahun) sedikit-sedikit terus menerus sampai habis. Bila muntah tunggu 10 menit, kemudian dapat diulangi tetes demi tetes agar anak tidak menolakpemberian oralit (Depkes, 2006). Jika tidak tersedia oralit dapat dibuat larutan sendiri dengan mencampur satu sendok teh gula dan seperempat sendok teh garam, dimasukan kedalam gelas dan ditambahkan air (±200 cc) lalu diaduk hingga melarut semua (Wijoyo, 2013). 2) Adsorben dan obat pembentuk massa Yang termasuk dalam kelompok ini adalah norit (karbo adsorben), kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit (Depkes, 2006). Kegunaan obat, yaitu: a) Mengurangi frekuensi buang air besar b) Memadatkan tinja c) Menyerap racun pada penderita diare Hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Obat bukan sebagai pengganti oralit b) Penderita harus minum oralit c) Tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun

13 Bentuk sediaan yang digunakan, yaitu tablet norit 250 mg dan kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit Aturan pakai obat, yaitu: a) Tablet norit 250 mg Dewasa: 3-4 tablet (750 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam) b) Kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit (setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit) Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun: 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 12 tablet selama 24 jam. Anak-anak 6-12 tahun: 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 6 tablet selama 24 jam (Depkes, 2006). 2. Pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan manusia melalui media pancaindra. Dalam proses ini, indra penglihatan dan pendengaran merupakan indra yang paling dominan. Dalam mengkaji sesuatu, indra mempunyai tugas yang sangat penting. Pengetahuan dapat berpengaruh terhadap efek tindakan (Notoatmodjo, 2003). Pada penjabarannya pengetahuan diklasifikasikan menjadi beberapa hal, yakni: a. Tahu (know) Proses mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini juga menyangkut sebuah ingatan yang bersifat spesifik terhadap berbagai hal yang telah diketahui. b. Memahami (comprehension) Memahami adalah proses dalam menginterpretasikan suatu hal atau objek dengan penjelasan yang tepat dan benar. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi adalah proses yang digunakan untuk mengelola materi yang diperoleh dan telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini juga terkait dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

14 d. Analisis (analysis) Analisis adalah proses menjabarkan materi kedalam suatu komponen yang masih dalam satu lingkup yang sama dan saling terkait. e. Sintesis (syntesis) Sintesis adalah proses menempatkan atau menyusun suatu bagian komponen kedalam suatu bentuk yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasiberkaitan dengan kemampuan penilaian suatu objek berdasarkan kriterianya secara subjektif ataupun memakai kriteria yang sudah ada. Pengukuran pengetahuandapatdilakukan dengan wawancara atau menggunakan kuesioner yang berisi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003). Kuesioner dapat diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah layak dan responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda tertentu (Notoatmodjo, 2003). 3. Pemberian Informasi Pengetahuan komunikasi kesehatan adalah hasil komunikasi yang efektif, dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran tentang resiko atau solusi tentang masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, dan memberikan motivasi masyarakat dalam mengembangkan keterampilan untuk mengurangi resiko (Liliweri, 2008). Menurut Notoatmodjo (2005) beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa, antara lain: a. Ceramah umum (public speaking) Biasanya dilakukan pada acara dan waktu tertentu untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat. b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lain. d. Tulisan di majalah atau koran baik dalam bentuk artikel maupun konsultasi kesehatan. e. Bill Board, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, leaflet.

15 Metode ceramah adalah penyampaian informasi secara langsung kepada penerima informasi. Metode ini biasa digunakan untuk pemberian informasi karena murah, mudah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,tapi kekurangan metode ceramah adalah hal yang dikuasai penerima materi tergantung dari hal yang dikuasai pemberi materi, kemampuan setiap orang berbeda dalam menerima materi, metode ceramah dapat membosankan bagi penerima materi, dan sulit mengetahui pemahaman penerima materi (Sanjaya, 2010). Media cetak adalah media yang mengutamakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warnanotoatmodjo (2005). Leaflet yang merupakanmedia cetak untuk menyampaikan informasi pada selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar (Suiraoka & Suppariasa, 2012). Keuntungan menggunakan leaflet adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak diperlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar, sedangkan kekurangannya tidak dapat menstimulir efek suara, efek gerak dan mudah terlipat (Suiraoka & Suppariasa, 2012). E. Landasan Teori Pemberian informasi dapat menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam pembangunan kesehatan. Tujuan pemberian informasi adalah agar masyarakat, suatu kelompok atau individu mendapatkan pengetahuan kesehatan yang lebih baik. Adanya pemberian informasi dapat merubah perilaku dari penerima informasi (Notoatmodjo, 2003). Komunikasi kesehatan adalah gerakan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat yang mendorong perubahan perilaku atas masalah kesehatan (Liliweri, 2008). Perubahan perilaku mencangkup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam proses pendidikan kesehatan.salah satu cara pemberian informasi yaitu dengan cara penyuluhan. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat.

16 Sebagaimana telah diketahui bahwa penyuluhan merupakan upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan atau individu, kelompok, dan masyarakat mencangkup peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku(notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah adalah suatu proses belajar untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap kesehatan (Hastuti & Mahaningsih, 2009). Pendidikan kesehatan juga dapat diperoleh dengan media leaflet yang pada hakikatnya membantu pendidikan yang menonjolkan visualnya (Hastuti & Mahaningsih, 2009). F. Hipotesis Ada perbedaan antara pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang.