II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

ABSTRAK

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

I. PENDAHULUAN. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

AHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

Transkripsi:

II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana dan Rohmadi, 2010: 3). Secara eksternal bila dilihat dari penggunaannya, kata bagus tidak selalu bermakna baik atau tidak buruk, seperti terlihat pada tuturan berikut. Ayah : Bagaimana ujian bahasa Indonesiamu? Andi : Wah, hanya dapat 60, Pak. Ayah : Bagus, besok jangan belajar, maen saja terus. Kata bagus dalam tuturan di atas tidak bermakna baik atau tidak buruk, tetapi memiliki makna sebaliknya. Sehubungan dengan bermacam-macamnya makna, maka terdapat aspek-aspek yang senatiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu yaitu sebagai berikut. a. Penutur dan lawan tutur Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban.

9 b. Konteks tuturan Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. c. Tujuan tuturan Bentuk-bentuk tutran yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan. Dalam hubungan itu bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Di dalam pragmatik berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas Bila gramatikal menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas (wujud) yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dsb., maka pragmatik berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibandingkan dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya. e. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan yang digunakan di dalam rangkaian pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam keempat kriteria merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat Apakah rambutmu terlalu panjang? dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada

10 perbedaan menadar antara kalimat dengan tuturan. Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaanya dalam situasi tertentu (Wijawa dan Rohmadi, 2010: 14 16). 2.2 Aktivitas Bertutur Aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu (Austin dalam Rusminto, 2009: 74). Selain itu, Searle dalam Rusminto (2009: 74) juga mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti membuat pernyataan, pertanyaan, dan permintaan. Dengan demikian, tindakan merupakan karakteristik dalam komunikasi. Diasumsikan dalam merealisasikan tuturan atau wacana, seseorang berbuat sesuatu, yaitu performansi tindakan, tuturan yang berupa performansi ini disebut dengan tuturan performatif, yakni tuturan yang dimaksudkan untuk melakukan suatu tindakan. Austin dalam Rusminto (2009: 75) mengklasifikasikan tindak tutur atas tiga klasifikasi, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak proposisi yang berada pada kategori mengatakan sesuatu (an act of saying somethings). Oleh karena itu, yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Wujud tindak lokusi adalah tuturantuturan yang berisi pernyataan atau informasi tentang sesuatu. Wijana dan Rohmadi (2010: 20) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.

11 Bila diamati secara saksama konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subjek/topik dan predikat/commen (Nababan dalam Wijana, 2010: 21). Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk melakukan tindakan tertentu dalam hubungannya dengan mengatakan sesuatu (an act of doing somethings in saying somethings). Tindakan tersebut seperti janji, tawaran, atau pertanyaan yang diungkapkan dalam tuturan. Moore dalam Rusminto (2009: 75) menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan, seperti janji, sambutan, dan peringatan. Tindak ilokusi sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan terhadap mitra tutur, sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi tuturan. Levinson dalam Rusminto (2009: 76) menyatakan bahwa tindak perlokusi lebih mementingkan hasil, sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tuturan penutur. 2.3 Prinsip Kerja Sama Grice dalam Rusminto (2009: 89) berpendapat bahwa dalam berkomunikasi seseorang akan menghadapi kendala-kendala yang mengakibatkan komunikasi tidak berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dirumuskan pola-pola yang mengatur kegiatan komunikasi. Pola-pola tersebut diharapkan dapat mengatur hak dan kewajiban penutur dan mitra tutur sehingga

12 terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur demi berlangsungnya komunikasi sesuai dengan yang diharapkan. Sehubungan dengan upaya menciptakan kerja sama antara penutur dan mitra tutur tersebut, Grice merumuskan sebuah pola yang dikenal sebagai prinsip kerja sama. Selain itu, Allan dalam Wijana (2010: 41) mengatakan bahwa setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu. Prinsip kerja sama tersebut berbunyi Buatlah sumbangan percakapan Anda sedemikian rupa sebagaimana diharapkan; pada tingkatan percakapan yang sesuai dengan tujuan percakapan yang disepakati, atau oleh arah percakapan yang sedang Anda ikuti. Secara lebih rinci, prinsip kerja sama tersebut dituangkan ke dalam empat maksim, yaitu (1) maksim kuantitas, (2) maksim kualitas, (3) maksim relasi, dan (4) maksim cara. 2.3.1 Maksim Kuantitas Maksim kuantitas menyatakan berikan informasi dalam jumlah yang tepat. Maksim ini terdiri atas dua prinsip khusus. Satu prinsip berbentuk positif dan yang lainnya berupa pernyataan negatif. Kedua prinsip tersebut adalah 1. buatlah sumbangan informasi yang Anda berikan sesuai dengan yang diperlukan; 2. janganlah Anda memberikan sumbangan informasi lebih daripada yang diperlukan. Maksim kuantitas ini memberikan tekanan pada tidak dianjurkannya pembicara untuk memberikan informasi lebih daripada yang diperlukan. Hal ini didasari

13 asumsi bahwa informasi lebih tersebut hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga, lebih dari itu, kelebihan informasi tersebut dapat saja dianggap sebagai sesuatu yang disengaja untuk memberikan efek tertentu. Dengan demikian, hal tersebut dapat menimbulkan salah pengertian. Sementara itu, penerangan prinsip kuantitas ini oleh Leech dalam Rusminto (2009: 91) diberikan arti lebih luas sehingga tidak hanya mengatur apa yang dituturkan tetapi juga berlaku untuk tidak dituturkan. Dengan kata lain, dalam kondisi tertentu diam dapat menjadi sauatu pilihan. Jadi, maksim kuantitas yang berbunyi sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan dalam keadaan ekstrim dapat berarti jangan berbicara sama sekali kalu tidak terdapat informasi yang perlu Anda sampaikan. Sejalan dengan pendapat di atas, Grice dalam Wijana (2010: 42) mengungkapkan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya, misalnya berbicara secara wajar tentu akan memilih Tetangga saya hamil dibandingkan Tetangga saya yang perempuan hamil. Untuk ujaran yang pertama di samping lebih ringkas, juga tidak menyimpang dari nilai kebenarannya. Namun untuk ujaran yang kedua kurang ringkas dan dengan hadirnya kata perempuan justru menerangkan hal-hal yang kurang jelas dan bertentangan dengan maksim kuantitas. 2.3.2 Maksim Kualitas Maksim kualitas menyatakan usahakan agar informai Anda benar. Maksim ini juga terdiri atas dua prinsip sebagai berikut 1. jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini bahwa hal itu tidak benar;

14 2. jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan. Maksim ini mengisyaratkan penyampaian informasi yang mengandung kebenaran. Artinya, agar tercipta kerja sama yang baik dalam sebuah percakapan, seseorang dituntut menyampaikan informasi yang benar, bahkan hanya informasi yang mengandung kebenaran yang meyakinkan. Grice dalam Wijana (2010: 45) mengatakan maksim kualitas ini mewajibkan setiap peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Misalnya seorang harus mengatakan bahwa ibu kota Indonesia adalah Jakarta, bukan kota-kota yang lain kecuali benar-benar tidak tahu. Namun, apabila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian bisa terjadi. 2.3.3 Maksim Relasi Maksim relasi menyatakan usahakan agar perkataan yang Anda lakukan ada relevansinya. Maksim ini paling banyak menimbulkan interpretasi. Satu di antaranya seperti yang dikemukakan oleh Leech dalam Rusminto (2009: 91) yang menyatakan bahwa suatu pernytaan P dikatakan relevan dengan pernyataan Q apabila P dan Q berada dalam latar belakang pengetahuan yang sama, menghasilakan informasi baru yang diperoleh bukan hanya dari P ataupun Q, melainkan secara bersama-sama dan dalam latar belakang pengetahuan yang sama pula. Dalam uraian selanjutnya, Leech dalam Rusminto (2009: 92) mengemukakan bahwa sebuat tuturan T relevan dengan sebuah situasi tuturan apabila interpretasi T tersebut dapat memberikan sumbangan kepada tujuan percakapan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Nababan dalam Rusminto (2009: 92) mengemukakan bahwa maksim relasi mengandung banyak persoalan. Persoalan-

15 persoalan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: apa fokus dan macam relevansi tersebut; bagaimana kalau relevansi fakus berubah selama berlangsungnya percakapan; dan sebagainya. Meskipun demikian, Nababan sependapat bahwa maksim relasi ini merupakan maksim yang sangat penting karena ia sangat berpengaruh terhadap makna suatu ungkapan dalam percakapan. Selain itu, Grice dalam Wijana (2010: 36) berpendapat bahwa dalam maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan memadai pembicaraan. Untuk lebih jelas perhatikan wacana berikut. (1) + Ida, ada telepon untuk kamu. - Saya lagi di belakang, Bu. (2) + Pukul berapa sekarang, Bu. - Tukang koran baru lewat. Jawaban (-) pada (1) dialog di atas mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak dapat menerima telepon itu secara langsung. Ia secara tidak langsung menyuruh/ meminta tolong agar ibunya menerima telepon itu. Demikian pula kontribusi (-) pada (2) dialog di atas memang tidak menjawab pertanyaan (+) dalam (2). Akan tetapi dengan memerhatikan kebiasaan tukang koran mengantarkan surat kabar atau majalah kepada mereka. Tokoh (+) dalam (2) di atas dapat membuat referensi pukul berapa ketika itu. Situasi yang dilihat antara penutur dan mitra tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan Tukang koran baru lewat maka tokoh (+) dalam (2) sudah merasa terjawab pertanyaannya. Fenomena (1) dan (2) mengisyaratkan bahwa kontribusi peserta tindak ucap relevansinya tidak selalu terletak pada makna ujarannya, tetapi memungkinkan pula pada apa yang diimplikasikan ujaran itu.

16 2.3.4 Maksim Cara Maksim cara menyatakan usahakan agar Anda berbicara dengan teratur, ringkas, dan jelas. Secara lebih rinci maksim ini dapat diuraikan sebagai berikut 1. hindari ketidakjelasan/ kekaburan ungkapan; 2. hindari ambiguitas makna; 3. hindari kata-kata berlebihan yang tidak perlu; 4. Anda harus berbicara dengan teratur. Dengan demikian, tampak bahwa maksim ini berbeda dengan ketiga maksim sebelumnya. Maksim cara tidak bersangkut paut dengan apa yang dikatakan tetapi dengan bagaimana hal itu dikatakan. Oleh karena itu, Leech dalam Rusminto (2009: 93) menyangsikan kelayakan maksim ini sebagai salah satu maksim dalam prinsip kerja sama. Hal ini didasari oleh alasan bahwa maksim ini tidak termasuk retorika interpersonal, tetapi termasuk retotika tekstual. Sebagai gantinya, dalam kerangka terotika tekstual, Leech memperkenalkan prinsip kejelasan yang menyatakan usahakan agar Anda berbicara dengan jelas. Maksim cara atau maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut (Grice dalam Wijana, 2010: 47). 2.4 Novel Jassin (dalam Suroto, 1989: 19) mengatakan bahwa novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini lahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka. Novel

17 hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan terjadinya perubahan nasib. Baik dari segi cintanya, ketamakannya, karakusannya, keperkasaannya, dan lain-lain. 2.5 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Oleh karena itu, agar suatu proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan. Komponen-komponen pembelajaran itu antara lain tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, guru, dan siswa. Suatu proses pembelajaran, tentunya terdapat rumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai terhadap pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ditentukan dapat dicapai melalui penggunaan komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan. Tujuan pembelajaran bahasa secara umum adalah agar dapat berkomunikasi dengan lancar sehingga di dalam berkomunikasi diperlukan adanya prinsip kerja sama agar tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat sampai dan diterima dengan baik oleh mitra tuturnya (siswa). Di dalam komponen pembelajaran terdapat sumber belajar atau materi. Sebagai seorang guru bahasa dan sastra, maka seorang guru harus dan perlu tahu lebih banyak untuk memanfaatkan sumber belajar yang berapa di lingkungan dan mampu memanfaatkannya. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan dalam

18 proses pembelajaran adalah novel. Peneliti memilih novel khususnya novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi sebagai salah satu sumber dan alat pembelajaran karena di dalam novel ini terdapat pesan yang mengandung pelajaran mendidik yang dapat menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi (SK) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan bahasa, dan bersikap positif terhadap karya sastra. Standar kompetensi pada mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek kemampuan kebahasaan dan kesusastraan yang masing-masing terbagi atas aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam silabus KTSP jenjang SMA kelas X Semester 2 dengan standar kompetensi 9. Mendengarkan memahami informasi melalui tuturan dan kompetensi dasar 9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung, dan kelas XI tercantum standar kompetensi Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Melalui kegiatan membaca novel Ranah 3 Warna diharapkan siswa dapat menambah pengetahuan dan semangat untuk terus belajar. Selain itu, siswa mampu berkerja sama dengan orang-orang yang ada di sekitar lingkungannya. Persoalan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah pengembangan pendidikan karakter. Pendidikan karakter berkaitan dengan pembentukan diri manusia karena pendidikan berkarakter ini memiliki tujuan bagaimana siswa memiliki akhlak mulia, bermoral, berkepribadian, cinta tanah air, agama, bangsa dan negara. Semua nilai tersebut dalam pengajarannya tidak perlu diuji, karena itu

19 tumbuh dan lahir dari perilaku anak didik itu sendiri melalui pembinaan mental dan rohani. Kementrian Pendidikan Nasional memberikan prioritas pada 20 nilai-nilai yang ingin diterapkan dalam lembaga pendidikan. Berikut nilai dan deskripsi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Tabel 2.1 Nilai-nilai Pembentuk Karakter Siswa NO NILAI DESKRIPSI 1. Religius 2. Jujur 3. Bertanggung jawab 4. Bergaya hidup sehat 5. Disiplin 6. Kerja keras 7. Percaya diri 8. Berjiwa wirausaha 9. Bersikap logis, kritis, kreatif, dan inovatif Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/ ajaran agama sesuai yang dianutnya. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapar dipercayai dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak lain. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa). Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hubungan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan barang baru, memasarkannya, serta mengatur pemodalan operasinya. Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 10. Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada Mandiri orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 11. Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

20 NO NILAI DESKRIPSI 12. Cinta ilmu 13. 14. 15. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Patuh pada aturan-aturan sosial Menghargai karya dan prestasi orang lain mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, sikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan rang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. 16. Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa Santun ataupun tata perilaku ke semua orang. 17. Demokrasi Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama 18. Cinta lingkungan 19. Nasionalis 20. Menghargai keragaman hak dan kewajiban darinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam dan sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alan yang sudah terjadi, serta selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik Bangsanya. Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan agama. (Kemdiknas dalam Albertus, 2012: 187 190).