BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

Koperasi. By :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

KOPERASI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2

Pentingnya Koperasi bagi

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

KONSEP DASAR KOPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam undang-undang ini. Kriteria dari usaha mikro memiliki kekayaan bersih

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang

Oleh: Ny. Neti Budiwati Ukanda -Dosen pada Prodi Pend. Ekonomi & Koperasi UPI -Ketua Umum Koperasi Wanita Mekar Endah Kab. Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOPERASI INDONESIA. Lambang Koperasi Indonesia. 2. Gigi Roda : menggambarkan, Usaha Karya yang terus menerus dari golongan Koperasi.

BAB III LANDASAN TEORI. Basic.NET 2003 dan Microsoft SQL Server Menurut Anoraga (1995:8), koperasi berasal dari kata co dan operation,

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB II LANDASAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditasnya yang cukup dan berusaha mencapai rehabilitasi yang wajar serta

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau usaha tersebut dapat dikatakan mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persediaan merupakan elemen yang penting bagi keseluruhan aktiva lancar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB II BAHAN RUJUKAN

OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

LEMBAGA KEUANGAN JASA SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi sistem terlebih dahulu. Penjelasan mengenai sistem ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BENTUK-BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS (ORGANISASI BISNIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Pelaksanaan Kerja Praktek. Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian nasional memiliki ketentuanketentuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Menimbang : a. Mengingat : 1.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

KOPERASI DAN UMKM DI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIKOM

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi 2.1.1. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah KOPERASI, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu koperasi dapat didefenisikan seperti berikut: Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada;dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya (Hadhikusuma, 2002:1-2). Di dalam Undang-Undang Koperasi Nomor 12 Tahun 1967 pada Pasal 3 nya dinyatakan bahwa Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang

merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang PERKOPERASIAN, pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kemudian Undang-Undang Koperasi No.12 Tahun 1976 Bab III, Bagian I pasal 3 mengatakan Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azaz kekeluargaan (1998: 28). Terakhir undang-undang koperasi mengalami perubahan pada Tanggal 21 Oktober 1992, mendefenisikan Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azaz kekeluargaan. (1998 : 29). Bila ditafsirkan Undang-Undang Koperasi Nomor 14 Tahun 1965 mengandung unsur-unsur politisnya dibanding Undang-Undang ekonominya, juga tampak adanya kecenderungan untuk membawa gerakan koperasi Indonesia ke salah satu aliran politik, yaitu terlihat pada kata menuju sosialisme Indonesia. Sedangkan menurut undang-undang Koperasi No.12 Tahun 1976 telah

dihilangkan pengaruh-pengaruh gerakan politik ke dalam gerakan koperasi Indonesia kesalah satu aliran politik dan juga Undang-Undang ini tidak tersurat istilah prinsip koperasi. Selanjutnya undang-undang koperasi No.25 Tahun 1992 dalam defenisinya tidak menyebut secara eksplisit adanya unsur sosial dalam koperasi, tetepi secara implisit tersirat dalam perinsip ekonomi dan dalam azaz kekeluargaan, juga membuat prinsip koperasi yang tidak tersurat dalam undang-undang koperasi No.12 Tahun 1076. Koperasi yang baik seharusnya memiliki ciri-ciri antara lain: (Zulkarnain 2008:31-32) i. anggotanya terikat pada satu keperluan dan tujuan, ii. iii. iv. semangat berjuang bersama dan saling mendukung, pemilikan bersama serta mempertahankannya bersama, dan meningkatkan kesejahteraan anggota. 2.1.2. Tujuan, Fungsi, Peran dan Prinsip-Prinsip Koperasi 2.1.2.1 Tujuan,Fungsi dan Peran Koperasi Indonesia Dalam Bab II, Bagian Kedua, Pasal (3) UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia seperti berikut: Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

Sedangkan di dalam Pasal (4) UU No.25 Tahun 1992, diuraikan fungsi dan peran koperasi Indonesia seperti berikut: a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 2.1.2.2 Prinsip Koperasi Indonesia Dalam Bab III, Bagian Kedua, Pasal (5) UU No.25 Tahun 1992 diuraikan bahwa: 1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. pengelolaan dilakukan secara demokratis; c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. kemandirian.

Modal dalam koperasi ini pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggotanya, bukan untuk sekedar mencari keuntungan. e. Prinsip kemandirian dari koperasi. Ini mengandung arti bahwa koperasi harus dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung kepada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri. f. Selain lima prinsip tersebut, dalam pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan perkoperasian dan kerja sama antar koperasi 2.1.3 Jenis-jenis Koperasi Jenis koperasi berdasarkan kepada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, jenis koperasi ini timbul sesuai dengan kebutuhan dan maksud untuk efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktifitas dan kepentingan ekonominya. Jadi jenis koperasi ditekankan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Secara garis besar koperasi yang ada dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1) Koperasi konsumsi 2) Koperasi kredit (Koperasi Simpan Pinjam) 3) Koperasi Produksi 4) Koperasi Jasa 5) Koperasi Serba Usaha

Ad.1. Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi ialah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi (Widiyanti Ninik, 1992 : 51). Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga layak. Untuk melayani anggota-anggotanya, maka koperasi konsumsi mengadakan usaha-usaha yaitu membeli barang-barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan anggota, menyalurkan barang-barang konsumsi kepada para anggota dengan harga yang layak dan membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk keperluan anggota. Barang konsumsi yang disediakan koperasi adalah barang-barang yang dibutuhkan setiap hari seperti barang-barang pangan, barang-barang sandang dan barang-barang pembantu keperluan sehari-hari. Ad.2. Koperasi Kredit (Koperasi Simpan Pinjam) Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraanya (Widiyanti Ninik, 1992: 54). Sesuai dengan undang-undang koperasi No.25 Tahun 1992 Bab IV, pasal 44 tentang lapangan usaha disebut bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain atau atau anggotanya. Kegiatan koperasi simpan pinjam dapat

dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Pelaksanaan koperasi simpan pinjam diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dalam memberikan pelayanan-pelayanan Koperasi Simpan Pinjam berusaha supaya bunga ditetapkan serendah mungkin agar dirasakan ringan oleh para anggotanya. Tujuan Koperasi Kredit: Membantu keperluan kredit kepada para anggotanya yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan Mendidik para naggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka Menembah pengetahuan tentang perkoperasian (1992:54) Ad.3. Koperasi Produksi Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak didalam kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun anggota-anggota koperasi (Widiyanti Ninik, 1992:55). Anggota-anggota koperasi terdiri dari orang-orang mampu menghasilkan suatu barang dan jasa. Ad.4. Koperasi Jasa Koperasi jasa adalah koperasi yang aktifitasnya bergerak dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum (Widiyanti

Ninik, 1992: 55). Contohnya koperasi angkutan, koperasi jasa audit, koperasi perencanaan dan konstuksi bangunan. Ad.5. Koperasi Serba Usaha Koperasi serba usaha merupakan koperasi yang jenis usahanya memiliki kegiatan lebih dari suatu macam, misalnya koperasi yang melakukan kegiatan produksi dan konsumen (Widiyanti Ninik, 1993 : 19). Intinya kegiatan koperasi serba usaha ini memiliki aktifitas lebih dari suatu macam kegiatan dari keempat lapangan jenis usaha koperasi yang dikemukakan diatas. 2.1.4. Aspek Permodalan Koperasi Besarnya modal yang diperlukan koperasi sudah harus bias ditentukan didalam peroses pengorganisasian atau pada waktu pendirian dengan rinciannya. Menurut klasik, modal diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkadang dalam barang modal. Sumber permodalan koperasi menurut UU No.25/1992 menyatakan bahwa modal koperasi itu terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman, sedangkan dalam UU No.12/1976 ditentukan bahwa modal koperasi itu sendiri dari dan dipupuk dari simpanan-simpanan, pnjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lainnya (ayat 1) Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela (ayat 2). Masing-masing simpanan tersebut mempunyai tanggung jawab yang berbeda-beda terhadap kerugian yang mungkin terjadi atau bilamana koperasi itu kemudian dibubarkan. Jadi pengertian modal lebih dilihat dari segi wujud atau sebagai bukti:

a. Simpanan pokok ialah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada watu seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. Simpanan pokok ini ikut menanggung kerugian. b. Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarkan kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada waktu anggota menerima kredit dari koperasi dan sebagainya. Simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian. c. Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus. Simpanan sukarela tersebut bisa saja diadakan misalnya dalam rangka Hari Raya/Lebaran atau bisa saja simpanan tersebut disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu, dimana kepada pemiliknya dapat diberikan suatu imbalan jasa. 2.2. Pengertian dan Ciri-Ciri Pengusaha Kecil dan Menengah 1. Usaha Mikro Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.

Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut: 1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti. 2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. 3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. 4. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki kewirausaahan yang memadai. 5. Umumnya tidak/belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir. 6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. 7. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki kurang dari 4 orang. Contoh usaha mikro yaitu: a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan, dan pembudidaya; b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengelolaan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat; c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar; d. Peternakan ayam, itik, dan perikanan; e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

1. Usaha Kecil Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1 milyar pertahun serta dapat menerima kredit dari Koperasi di atas Rp.50 juta sampai Rp.500 juta. Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain: a. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata berpendidikan SMA dan sudah ada pengalaman usahanya, b. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha, c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk NPWP, d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perncanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada Koperasi, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasi/pendampingan, e. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5-19 orang. Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak lain. Maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani konsumennya, harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan usahanya. 2. Usaha Persekutuan Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerjasama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalani bisnis. Sedangkan, pada hakekatnya penggolongan usaha kecil, yaitu: 1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam, dan lain sebagainya. 2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya. 3. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang kebutuhan pokok. 2.3. Klarifikasi Usaha Kecil dan Menengah Usaha Kecil dan Menengah mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan intensitas tenaga kerja yang relatif tinggi dan jumlah investasi yang relatif kecil, maka usaha menengah dapat lebih fleksibel dan beradabtasi terhadap perubahan pasar. Usaha menengah tidak terlalu

terpengaruh oleh tekanan eksternal dan karenanya dapat tanggap menangkap peluang untuk substitusi impor dan meningkatkan supply (persediaan) domestik. Pengembangan Usaha kecil dan menengah dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan struktur sebagai pra-kondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Disamping itu dalam kaitan dengan investasi modal di usaha kecil dan menengah jauh lebih tinggi dari pada yang terjadi di perusahaan besar. Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan elemen kunci dalam setiap strategi penciptaan lapangan kerja dalam negeri. Usaha menengah sebagai pemasok (input) komponen suatu produk dan jasa mempengaruhi daya saing perusahaan besar, sehingga pengembangan Usaha kecil dan menengah sebagai elemen terpadu dalam strategi daya saing Nasional dan terkait dengan kebijakan kegiatan promosi investasi. Usaha kecil dan menengah telah menjadi fokus pemberdayaan baik dari aspek manajemen usaha, jiwa kewirausahaan dan pendanaan untuk mengembangkan usahanya, karena berbagai pertimbangan, dimana usaha kecil dan menengah merupakan terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat. Apabila dirangkum secara umum ciri-ciri usaha kecil dan menengah juga mencirikan kelemahan yang perlu diatasi oleh semua pihak, adalah: 1. Banyak berlokasi di pedesaan, sub-urban dan kota-kota kecil, 2. Status usaha milik pribadi atau keluarga, 3. Sumber tenaga kerja dari lingkungan keluarga atau lingkungan sosial budaya setempat,

4. Pola kerja sering paruh waktu atau usaha sampingan, 5. Memiliki kemampuan terbatas dalam menerapkan teknologi, atau teknologi sederhana/tradisional, 6. Pada umumnya manajemen usaha sederhana, tidak ada perencanaan usaha, 7. Administrasi keuangan sederhana, atau tidak ada pemisahan antara keuangan keluarga dan usaha/bisnis khususnya usaha menengah, 8. Modal lebih banyak swadana dan berasal dari lingkungan pribadi, 9. Izin usaha sering tidak dimiliki dan persyaratan legal lainnya tidak dimiliki, 10. Interaksi usaha/bisnis sangat terbatas antara sektor hulu dan hilir, 11. Orientasi usaha lebih bersifat subsistem, 12. Pelaku adalah rakyat dengan status sosial ekonomi rendah, khususnya dalam bidang pendidikan, 13. Jaringan usaha baik dengan pelaku ekonomi lain, pemerintah, asosiasi bisnis, lembaga pendidikan maupun lembaga keuangan relatif terbatas atau tidak ada sama sekali. Tetapi terdapat keunggulan usaha kecil dan menengah dalam menghadapi guncangan krisis ekonomi, dimana terbukti masih menjadi penyelamat ekonomi nasional yaitu: 1. Penyedia lapangan kerja, 2. Penyedia barang-barang murah untuk konsumsi rakyat, 3. Efisiensi dan fleksibilitas menjadi kekuatan yang mampu bertahan hidup, 4. Usaha kecil sebagai pencetak wirausahawan baru.

Dilihat dari kepentingan perbankan usaha kecil dan menengah adalah segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam meningkatkan intermediasinya, karena usaha kecil dan menengah mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki usaha non-mikro lain: 1. Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap dana-dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan bisnis/usahanya tetap berjalan bahkan mampu berkembang karena biaya manajemennya yang relatif rendah. 2. Pada umumnya para pelaku usaha kecil dan menengah tekun, sederhana, serta dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan tepat. Batasan UKM di Indonesia berdasarkan pada dua unsur utama, yaitu jumlah aset yang dimiliki, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, hasil penjualan pertahun dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. 2.4. Beberapa Masalah yang dihadapi Pengusaha Kecil dan Menengah 1. Permodalan Masalah permodalan adalah merupakan suatu masalah utama yang dihadapi pengusaha kecil dan menengah. Pada umumnya pengusaha kecil dan menengah tebentur dalam masalah modal yang akan digunakan dalam mengembangkan usaha, meskipun banyak pengusaha yang mempunyai kemampuan untuk mengolah usahanya tetapi tidak mempunyai modal yang cukup sehingga pengusaha ini dapat mengembangkan usahanya lebih maju. Jelaslah modal merupakan faktor yang utama untuk menentukan arah perkembangan usaha yang dijalankan.

Seperti diketahui modal sangat penting dalam perkembangan usaha karena modal mempunyai 2 fungsi yaitu: a. Menopang kegiatan produksi dan penjualan dengan jalan menjembatani antara saat pengeluaran untuk pembelian bahan serta jasa yang diperlukan dengan penjualan. b. Menutup pengeluaran yang bersifat tetap dan pengeluaran yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan produksi dan penjualan. Jadi jelaslah modal sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan dan tanpa modal, perusahaan/usaha yang dijalankan tidak dapat beroperasi dengan baik. 2. Manajemen Masalah manajemen adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah umumnya sekali pengetahuan tentang organisasi dan manajemen. Faktor yang perlu sekali diperhatikan dalam manajemen ini tergantung kemampuan dalam keberhasilan perusahaan. Pimpinan perusahaan yang mampu akan menghasilkan semua kegiatan yang memuaskan, dimana pimpinan yang seperti ini akan selalu dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi manajemen. Sebaliknya ketidakmampuan manajemen banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan perusahaan terutama dalam kesulitan perusahaan. Selain itu kegagalan dalam manajemen dapat juga disebabkan karena kegagalan dalam kelemahan organisasi, dimana organisasi adalah alat bagi manager untuk memimpin, mengendalikan, dan mengemudikan perusahaan.

Organisasi koperasi menurut Zulkarnain adalah suatu cara atau sistem hubungan kerja sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dan bermaksud mencapai tujuan yang ditetapkan bersaama-sama dalam suatu wadah koperasi. Dalam defenisi di atas jelaslah bahwa tata kerja sama yang baik antara sekelompok orang atau pekerja-pekerja adalah sangat penting untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Jika diperhatikan para pengusaha kecil dan menengah, umumnya para pengusaha ini masih mempunyai kelemahan dalam manajemen disertai dengan rendahnya pengetahuan dalam bidang manajemen, yang disebabkan tingkat pendidikan yang dimiliki sangat rendah. 3. Keterampilan Keterampilan adalah merupakan suatu keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha dalam menghasilkan barang yang menyangkut pekerjaan sejak dari bahan baku sampai menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan, dimana dalam hal ini diperlukan adanya suatu perencanaan yang baik sehingga proses produksi tersebut dapat ditempuh dalam waktu yang tepat dalam menghasilkan barang dalam tingkat mutu yang baik. Jika dilihat pada kondisi pengusaha kecil dan menengah maka dapatlah dikatakan pada umumnya pengusaha kecil dan menengah masih mempunyai keterampilan berusaha yang rendah khususnya dalam menghasilkan barang, disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki.

4. Pemasaran Berbicara mengenai pemasaran maka pemasaran tidak terlepas dari masalah kualitas atau mutu dari produk yang dipasarkan, banyaknya barang saingan dan penetapan harga yang wajar, sehingga dapat dijangkau oleh pembeli dari setiap lapisan. Melihat faktor-faktor di atas secara umum dapat dikatakan pengusaha kecil dan menengah umumnya lebih lemah dalam bidang pemasaran terutama hal: a. Rendahnya mutu barang yang dihasilkan. b. Lemahnya pengetahuan dari pengusaha kecil dan menengah tentang penilaian pasar. c. Lemahnya pengetahuan tentang sistem pembayaran yang baik.