BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum pada alinea IV

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. esa, baik anak laki-laki maupun anak perempuan yang kita harus jaga sebaik

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Sebagai masa depan

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan karunia Tuhan yang senantiasa membawa perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus. materiil spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Batas Usia Anak Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana anak. Narapidana anak yang telah divonis pidana akan menjalani masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan. Permasalahan baru timbul ketika seorang narapidana anak menjalani hari demi harinya di Lembaga Pemasyarakatan, dalam menjalani harihari di Lembaga Pemasyarakatan seorang narapidana anak memerlukan komunikasi yang efektif untuk menunjang kelangsungan hidup di tempatnya yang baru. Kondisi dari lembaga pemasyarakatan yang berbeda dengan kondisi tempat tinggal narapidana anak sebelumnya dan arus komunikasi yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan menjadi permasalahan bagi perubahan perilaku dan komunikasi seorang narapidana anak. Melalui proses komunikasi yang terjalin antara narapidana anak yang satu dengan narapidana anak yang lainnya, dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan, serta kerabat yang datang untuk sekedar menjenguk dan orang tua yang ingin mengetahui perkembangan kepribadian anaknya berindikasi terhadap segala bentuk 1

2 proses perubahan perilaku komunikasi seorang narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan. Dalam perilaku komunikasi tidak terlepas dari peran komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. komunikasi verbal adalah semua jenis interaksi yang menggunakan satu kata atu lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal atau tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi non verbal ternyata jauh lebih dipakai daripada komunikasi verbal dengan kata-kata. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non verbal ikut terpakai. Karena itu komunikasi non verbal bersifat tetap dan selalu ada (Hardjana,2003:26). Dalam hal ini perilaku komunikasi seorang narapidana anak di Lembaga Pemsayarakatan diklasifikasikan melalui komunikasi verbal dan non verbal yang saling mengungkapkan perasaan emosi, pendapat, dan tujuan, sehingga terjalin komunikasi yang efektif di dalamnya. Peneliti ingin meneliti bagaimana komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh narapidana anak ketika berinteraksi dengan lingkungan, baik itu dengan narapidana anak yang satu dengan narapidana anak yang lainnya, dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan, dan orang tua yang sedang kunjungan dan ingin mengetahui perkembangan kepribadian anaknya. Maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak yang mereka jalani

3 setiap harinya, dan yang paling utama adalah untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal dalam perilaku komunikasinya. Peneliti tertarik berdasarkan asumsi peneliti bahwa stiap individu memiliki perilaku yang berbeda dengan individu lainnya. Seperti bagaimana perilaku seorang narapidana anak yang sedang berinteraksi dengan lingkungannya, tata cara berbahasanya, dan gestur tubuhnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan terfokus kepada bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak dan bagaimana proses komunikasi yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Pada dasarnya anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi anak sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak merupakan suatu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dari keberlangsungan sebuah Negara. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah diamanatkan kepada bangsa Indonesia Berdasarkan dengan Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen berbunyi: Melindungi segenap bangsa Indonesia,

4 mencerdaskan kehidupan bangsa serta menjamin setiap anak atas kelangsungan hidupnya, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perkembangan bagi setiap individu melalui tahapan usia dengan tugastugasnya yang harus dipenuhi pada salah satu perioda kehidupannya. Tahap perkembangan itu terdiri dari: 1. Masa anak-anak 1) Pranatal: saat pembuahan sampai lahir. 2) Infancy: lahir sampai akhir minggu kedua. 3) Babyhood: akhir minggu kedua sampai 2 tahun. 4) Masa anak awal: 2 6 tahun. 5) Masa anak akhir: 6 12 tahun. 2. Masa remaja 1) Pra pubertas: 12 14 Tahun. 2) Remaja: 14 18 tahun. 3. Masa dewasa: 1) Masa dewasa awal: 18 40 tahun. 2) Masa dewasa madia: 40 60 tahun. 3) Masa dewasa akhir: 60 tahun sampai meninggal dunia. (Djamali,1984:32)

5 Pengertian anak berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatasi dengan syarat sebagai berikut: pertama, anak dibatasi dengan umur antara 8 (delapan) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Sedangkan syarat kedua si anak belum pernah kawin. Maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinanya putus karena perceraian, maka si anak dianggap sudah dewasa walaupun umurnya belum genap 18 (delapan belas) tahun. Dalam sistem pemasyarakatan berpandangan bahwa lembaga pemasyarakatan tidak lagi semata-mata sebagai tujuan dari penjara, melainkan juga merupakan suatu sistem serta cara pembinaan terhadap narapidana dengan cara pendekatan dan pengembangan potensi yang ada dalam masyarakat, individu narapidana sehingga nantinya narapidana memiliki keterampilan. Aturan mengenai sistem pemasyarakatan yang berlaku saat ini adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang diundangkan pada tanggal 30 Desember 1995. Dalam Pasal 1 angka 2 menyatakan sebagai berikut : Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan

6 dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Saat ini ada Lembaga Pemasyarakatan untuk anak, yaitu Lembaga Pemasyarakatan yang dikhususkan bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran terhadap hukum dan salah satunya adalah Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung ini menjadi satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan anak yang ada di Bandung. Setiap anak yang memiliki masalah dengan hukum dan telah divonis pidana khususnya di daerah Bandung akan menjalani masa tahanannya di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung ini. Hal tersebut yang menjadi alasan kenapa peneliti melaksanakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung. Berdasarkan hal tersebut peneliti beranggapan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung sesuai untuk dijadikan tempat penelitian mengenai perilaku komunikasi narapidana anak yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung. Dari hal yang telah dipaparkan diatas, maka perlu diketahui bagaimana sikap optimisme masa depan narapidana anak yang masih menjalani masa hukman di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung dalam menghadapi masa kebebasan atau setelah menjalani hukuman. Pada hakikatnya manusia tidak hidup sendirian atau tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuha hidupnya. Manusia pasti akan

7 membutuhkan orang lain untuk bisa berkembang, saling berkebutuhan, dan berkomunikasi. Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin communicatio. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. (Effendy,2003:30) Sementara itu menurut Stephen R. Covey komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi.kita menghabiskan sebagian besar jam disaat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernapasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. (Mufid,2009:129) Fenomena perilaku komunikasi narapidana anak dapat dilihat dari pandangan interaksi simbolik. Diakui bahwa teori interaksi simbolik yang dicetuskan Goerge Herbert Mead (1863-1931) di Amerika mirip dengan tradisi sosiologi Eropa yang dipelopori oleh Weber (1864-1920).

8 Perspektif interaksi simbolik mengandung dasar pemikiran yang sama dengan teori tindakan sosial tentang makna subjektif (subjective meaning) dari perilaku manusia, proses sosial dan pragmatismenya. Meskipun terdapat beberapa versi interaksionisme simbolik, dalam pemaparan yang bersumber dari pemikiran fenomenologisnya, dikenal Herbert Blumer, seorang mahasiswa Mead yang mengumpulkan bahan kuliah Mead dan dialah yang mengukuhkan teori interaksi simbolik sebagai satu kajian ilmiah tentang berbagai aspek subjektif manusia dalam kehidupan sosial. (Kuswarno,2013:113) Interaksi simbolik memandang bagaimana cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan di sekita kita melalui cara kita berinteraksi dengan orang lain. Teori interaksi simbolik berfokus pada cara orang berinteraksi melalui simbol yang berupa kata, gerak tubuh, peraturan, dan peran. Perspektif interaksi simbolik mendasarkan pandangannya pada asumsi bahwa manusia mengembangkan satu set simbol yang kompleks untuk memberi makna terhadap dunia. Karenanya maka muncul melalui interaksi manusia dengan lingkungannya. Inti dari penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara narapidana anak menggunakan simbol-simbol yang menginterpretasikan apa yang mereka sampaikan dalam proses komunikasi yaitu pada saat berkomunikasi dengan orang lain yang ada lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Sehingga tercapainya suatu pemahaman diantara pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Untuk mengkaji lebih dalam mengenai perilaku komunikasi narapidana anak, peneliti berasumsi pada metode fenomenologi dan dengan pandangan teori interaksi simbolik. Peneliti beranggapan dengan metode fenomenologi peneliti berharap untuk memperoleh pemahaman

9 tentang kebenaran yang esensial dari pengalaman hidup seorang narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah pada dua bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan Makro dan pertanyaan Mikro. Pengertian dari pertanyaan makro adalah inti dari permasalahan yang peneliti ingin teliti, lalu pertanyaan mikro merupakan pertanyaan permasalahan yang berdasarkan teori sebagai landasan penelitian ini. 1.2.1 Pertanyaan Makro Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu Bagaimana Perilaku Komunikasi Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung? 1.2.2 Pertanyaan Mikro Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan mikro guna membatasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana komunikasi verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung? 2. Bagaimana komunikasi non verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung?

10 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang peneliti bagi menjadi dua pertanyaan yaitu makro dan mikro, maka penelitipun mendapati maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan bagaimana perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui komunikasi verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung? 2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung?

11 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan masukan dan dapat memperdalam pengetahuan juga teori yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi secara umum. Penelitian ini juga lebih membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi peneliti terhadap fenomena atau realitas sosial yang ada di masyarakat yang menarik untuk diteliti. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Untuk Peneliti Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah untuk memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang fenomena narapidana anak dan perilaku komunikasi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Sukamiskin Bandung. 2. Untuk Universitas Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

12 3. Untuk Masyarakat Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat untuk bisa lebih memahami permasalahan kondisi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan anak. Agar masyarakat memahami permasalahan yang terjadi pada narapidana anak, sehingga setelah anak kembali ke lingkungan masyarakat bisa melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik lagi. Semoga dengan karya ilmiah ini dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat mengenai fenomena narapidana anak.