BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Tilus Astina Halim R

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Presented by: Dr. M. Arief Novianto, MKK, SpOk Master of Occupational Health and Safety

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB VII PEMBAHASAN. VII.1 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja. proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tenaga kerja merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB I LATAR BELAKANG. darah. Dikenal pula istilah hiperlipidemia yaitu peningkatan kadar lemak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

OCCUPATIONAL HEALTH MANAGEMENT PROGRAM. Yusmardiansah

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

PANDUAN MEDICAL CHECK UP RSU NIRMALA PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

1 of 5 18/12/ :36

Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Obat Diabetes Paling Ampuh

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : 1. PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja dan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat 2 bahwa Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur. 2. Pemeriksaan secara berkala untuk tenaga kerja Non-Resti yang jauh dari paparan faktor bahaya fisik dan kimia yang berada didalam kantor sudah dilakukan medical check up sekali dalam setahun dan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER:02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (2) bahwa Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga kerja. 82

83 3. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU untuk tenaga kerja Resti (Risiko Tinggi) yang bekerja terpapar dengan faktor bahaya fisik dan kimia sudah dilakukan medical check up dua kali setahun dan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Pasal 27 ayat (3) bahwa Tenaga kerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-kurangnya dua kali setahun. 4. Berdasarkan hasil Medical Check Up untuk tenaga kerja yang mengalami kelainan dirujuk ke dokter spesialis untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan hingga kondisi menjadi optimal sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER: 02/Men/1980 pasal 3 ayat (6) bahwa Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebabsebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. 5. Penggolongan untuk tenaga kerja Risiko Tinggi (Resti) dan tenaga kerja Non-Resti berdasarkan jenis tenaga kerja sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER: 02/Men/1980 pasal 3 ayat (4) bahwa Pengusaha atau pengurus dan

84 dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis tenaga kerja yang ada. 6. Pelaporan kesehatan kerja tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 6 ayat (2) bahwa Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada Direktur Jenderal Bina-Lindung Tenaga Kerja melalui Kantor Wilayah Ditjen Bina Lindung Tenaga Kerja setempat. 7. Berdasarkan gambar 2, gambar 3 dan gambar 4 pada bab hasil penelitian tentang derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : a. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 38 orang mengalami Fit Optimal dan setelah 6 (bulan) kemudian dilakukan MCU untuk tahap 2 (dua) derajat kesehatan menurun menjadi 32 orang. b. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 237 orang mengalami Fit Moderate, kemudian dilakukan MCU tahap 2 (dua) setelah 6 bulan berikutnya meningkat menjadi 260 orang yang artinya derajat kesehatan tenaga kerja menurun. c. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 47 orang mengalami Fit Restriktif, kemudian dilakukan MCU tahap 2 (dua)

85 setelah 6 (enam) bulan berikutnya menurun menjadi 15 orang yang artinya derajat kesehatan tenaga kerja meningkat karena tenaga kerja yang dapat melakukan tenaga kerja terbatas karena adanya kelainan menurun. d. Derajat kesehatan untuk Fit Optimal dan Fit Moderate tenaga kerja Resti menurun disebabkan karena beberapa faktor antara lain tenaga kerja Resti yang terpapar dengan faktor bahaya fisik dan kimia, mayoritas tenaga kerja mengkonsumsi kopi dan kebiasaan merokok yang tinggi, olahraga yang tidak teratur, sedangkan meningkatnya derajat kesehatan Fit Restriktif yang dilakukan oleh perusahaan karena dapat meminimalkan kelainan yang dialami oleh tenaga kerja yang hanya melakukan tenaga kerja tertentu karena kelainan dengan upaya kuratif seperti pemberian obat dan rotasi tenaga kerja untuk sementara waktu sampai kelainan yang diderita pulih. e. Tenaga kerja Non-Resti untuk Fit Optimal sebanyak 16 orang, Fit Moderate dengan 228 orang dan Fit Restriktif sebanyak 8 orang. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang salah dan olahraga yang tidak teratur. 8. Berdasarkan gambar 5, gambar 6 dan gambar 7 pada bab hasil penelitian, tenaga kerja Resti mayoritas berusia lebih dari 40 tahun yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU karena pengaruh usia yang mempengaruhi daya

86 tahan tubuh dan bekerja di lingkungan kerja dengan risiko tinggi. Sedangkan, tenaga kerja Non-Resti mayoritas berusia lebih dari 30 tahun yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena pola gaya hidup, pola makan yang tidak teratur, kebiasaan merokok dan olahraga yang kurang teratur. 9. Berdasarkan tabel 2 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan fisik MCU, sebagai berikut : a. Pemeriksaan Mata Tenaga kerja Resti dan Non-Resti paling tinggi mengalami presbiopia karena tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU mayoritas berusia lebih dari 40 tahun. Namun, untuk tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) presbiopia terdapat 120 orang dan menurun pada tahap 2 (dua) setelah 6 (enam) bulan berikutnya menjadi 95 orang hal ini dikarenakan adanya rotasi kerja ataupun mutasi pada saat pelaksanaan MCU pada tahap 2 (dua) tahun 2013. Upaya yang dilakukan oleh PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU terhadap hasil pemeriksaan mata seperti buta warna partial, miopia dan presbiopia adalah fasilitas pengadaan kacamata untuk tenaga kerja yang mengalami kelainan tersebut. b. Pemeriksaan Gigi Gigi abnormal dari hasil pemeriksaan gigi untuk tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) sebanyak 55 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 69 orang dan tenaga kerja Non-Resti

87 sebanyak 44 orang, hal ini dikarenakan karena mayoritas tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi. c. Pemeriksaan Kulit Pemeriksaan untuk tenaga kerja Resti tahap 2 (dua) sebanyak 28 orang yang mengalami lipoma, kelainan kulit sebanyak 17 orang dan tenaga kerja Non-Resti sebanyak 1 orang, hal ini dikarenakan untuk tenaga kerja Resti terpapar oleh bahan kimia dan kebersihan individu yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan kulit hasil MCU tersebut masih kurang spesifik karena lipoma memiliki beberapa jenis dan kelainan kulit seperti apa juga masih kurang spesifik. Penyakit kulit termasuk penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh tenaga kerja atau lingkungan kerja yang berupa faktor risiko mekanik, fisik, kimia, biologik dan psikologik, akan tetapi kelainan kulit dari hasil MCU yang diderita belum bisa ditentukan sebagai penyakit akibat kerja karena perlu monitoring langsung terhadap lingkungan kerja dan kontrol individu tiap tenaga kerja. d. Pemeriksaan Tekanan Darah Tenaga kerja Resti untuk pemeriksaan tekanan darah paling tinggi mengalami hipertensi stadium 1 (satu), pada tahap 1 (satu) sebanyak 33 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 40 orang yang dikarenakan tenaga kerja Resti mayoritas berusia lebih

88 dari 40 tahun yang mempengaruhi tekanan darah tinggi dan aktivitas fisik yang berat. Tenaga kerja Non-Resti paling tinggi mengalami pre-hipertensi sebanyak 13 orang dikarenakan kebiasaan merokok dan kurang aktivitas fisik sehingga tekanan darah dalam tubuh meningkat yang dominan bekerja didalam kantor. e. Pemeriksaan Status Gizi (BMI) Tenaga kerja Resti dan Non-Resti untuk pemeriksaan status gizi paling tinggi mengalami overweight. Tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) sebanyak 131 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 132 orang dan tenaga kerja Non-Resti sebanyak 71 orang, hal ini dikarenakan untuk pemenuhan energi (kalori) tiap tenaga kerja menjadi tanggung jawab tiap tenaga kerja walaupun di perusahaan sudah terdapat kantin dan tenaga kerja tambang membawa makanan atau bekal dari rumah yang pemenuhan energi (kalori) tidak diperhatikan dengan baik sehingga pemenuhan energi menjadi berlebihan. Begitu pula dengan status gizi seperti obesitas juga tinggi dikarenakan olahraga yang kurang, pola gaya hidup dan pemenuhan energi tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Sedangkan, untuk underweight dikarenakan tata cara diet yang kurang benar dan pemenuhan energi yang kurang. 10. Berdasarkan tabel 3 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan laboratorium MCU, sebagai berikut :

89 a. Pemeriksaan Darah Hematologi Hasil pemeriksaan darah hematologi paling banyak dialami oleh tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU adalah borderline yang berarti nilai normal hampir berada diatas atau dibawah nilai normal untuk setiap pemeriksaan. Hasil tertinggi yang dialami oleh tenaga kerja Resti adalah borderline high LED, pada tahap 1 (satu) sebanyak 48 orang dan turun pada tahap 2 (dua) menjadi 21 orang, dan pada tenaga kerja Non-Resti sebanyak 21 orang, hal ini dikarenakan kesehatan individu saat pemeriksaan dan pola makan yang banyak mengkonsumsi lemak. b. Pemeriksaan Darah Biokimia Hasil pemeriksaan darah biokimia paling tinggi yang dialami tenaga kerja Resti adalah hipertrigliseridemia, pada tahap 1 (satu) sebanyak 109 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 134 orang, hal ini dikarenakan pola gaya hidup yang salah dan ketidakseimbangan pola makan 4 sehat 5 sempurna, lebih banyak mengkonsumsi daging maupun makanan yang banyak mengandung lemak, begitu pula untuk tenaga kerja Non- Resti banyak mengalami hiperkolesterolemia yang disebabkan karna lifestyle, ketidakseimbangan antara pemenuhan kalori dan aktivitas fisik yang dilakukan, dan olahraga yang kurang.

90 c. Pemeriksaan Urin Hasil pemeriksaan urin tertinggi dialami oleh tenaga kerja Resti dan tenaga kerja Non-Resti adalah hiperuricemia, pada tahap 1 (satu) untuk tenaga kerja Resti sebanyak 25 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 37 orang serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 12 orang, hal ini dipengaruhi pada pemeriksaan fisik mayoritas tenaga kerja mengalami overweight pada pemeriksaan status gizi, pada pemeriksaan tekanan darah mayoritas tenaga kerja mengalami hipertensi stadium 1, dan pola gaya hidup. 11. Berdasarkan tabel 4 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksan audiometri paling tinggi dialami oleh tenaga kerja Resti adalah penurunan abang dengar pada frekuensi nada tinggi pada tahap 1 (satu) sebanyak 106 orang dan turun pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 58 orang, dikarenakan lingkungan kerja Resti memiliki potensi bising yang cukup tinggi seperti didalam tambang yang berasal dari bising blower dan alat berat, sedangkan untuk process plant berasal dari generator dan chrushing. Sedangkan, tenaga kerja Non-Resti paling tinggi mengalami tuli konduktif sebanyak 3 orang, hal ini dikarenakan usia, tuli bawaan sebelum bekerja di PT. Antam dan gaya hidup yang terlalu sering memakai headset mendengarkan musik hingga berjamjam. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan termasuk penyakit akibat kerja yang diatur dalam Permenakertrans No.

91 01/MEN/1981, namun pihak PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU belum memastikan bahwa penurunan ambang dengar pada frekuensi nada tinggi yang dialami tenaga kerjanya adalah penyakit akibat kerja, karena dalam memastikan apakah kelainan tersebut termasuk penyakit akibat kerja harus ditentukan oleh dokter kesehatan kerja dan perlunya kontrol lingkungan kerja serta kontrol individu yang pada pelaksanaannya PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sedang dalam proses ke arah hal tersebut. 12. Berdasarkan tabel 5 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan spirometri paling tinggi dialami tenaga kerja Resti dan Non-Resti adalah campuran (obstruksi dan restriksi), tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) sebanyak 38 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) sebanyak 57 orang, serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 49 orang, hal ini dikarenakan kebiasaan olahraga yang tidak teratur, mayoritas usia lebih dari 40 orang, kebiasaan merokok dan untuk tenaga kerja Resti yang bekerja didalam tambang dengan iklim kerja yang panas juga dapat mempengaruhi pemeriksaan spirometri. Pemeriksaan spirometri ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit akibat kerja dalam hal gangguan pernafasan. 13. Berdasarkan tabel 6 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan EKG paling tinggi dialami tenaga kerja Resti adalah Incomplete RBBB dan ischemia, serta tenaga kerja Non-Resti mengalami Situs Inversus DD Dextrocardia sebanyak 1 orang, hal ini

92 dikarenakan dari pemeriksaan laboratorium mayoritas tenaga kerja Resti dan Non-Resti mengalami hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung, mempunyai riwayat penyakit jantung dan kebiasaan merokok. 14. Berdasarkan tabel 7 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan radiologi yang paling tinggi dialami oleh tenaga kerja Resti dan Non-Resti adalah KP (Koch Pulmonum) atau adanya infeksi TBC, pada tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) sebanyak 7 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 8 orang serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 6 orang, hal ini dikarenakan oleh kuman atau bakteri yang bersumber dari tenaga kerja melalui udara maupun berasal dari penggunaan bahan kimia dalam proses produksi. 15. Berdasarkan tabel 8 pada bab hasil penelitian tentang pemeriksaan biomonitoring yang dilakukan oleh PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU terhadap tenaga kerja yang terpajan oleh faktor kimia seperti, debu, gas dan bahan kimia yang memiliki faktor risiko terhadap kesehatanya. Jika dalam biomonitoring terdapat hasil melebihi nilai normal yang sudah ditentukan, maka tenaga kerja diistirahatkan untuk beberapa waktu dan monitoring lingkungan kerja oleh pihak Occupational Health. Pemeriksaan biomonitoring ini dapat mendeteksi adanya penyakit akibat kerja karena memeriksa secara khusus adanya bahan kimia di dalam darah karena tenaga kerja yang terpajan langsung

93 dengan bahan kimia tersebut, seperti benzene, kadmium, timbal dan krom. 16. Gambar 8 pada bab hasil peneilitian tentang sepuluh besar kelainan yang dialami tenaga kerja Resti pada hasil MCU akumulasi dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tiga kelainan tertinggi yang dialami tenaga kerja Resti adalah Overweight, hipetrigliseridemia dan presbiopia. Pada umumnya dipengaruhi oleh faktor usia, pola gaya hidup dan olahraga yang tidak teratur. 17. Gambar 9 pada bab hasil penelitian tentang sepuluh besar kelainan yang dialami tenaga kerja Non-Resti pada hasil MCU akumulasi dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tiga kelainan tertinggi yang dialami tenaga kerja Non-Resti adalah hiperkolesterolemia, overweight dan hipertrigliseridemia. Pada umumnya dipengaruhi pola makan yang sering mengkonsumsi makanan mengandung lemak, ketidakseimbangan antar pemenuhan energi dengan aktivitas fisik yang dilakukan dan lifestyle yang salah. 18. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit akibat kerja adalah dengan monitoring lingkungan kerja, sedangkan untuk penyakit akibat hubungan kerja adalah dengan monitoring lingkungan kerja dan monitoring dari higiene setiap tenaga kerja dan riwayat kesehatannya. Oleh karena itu, untuk mendiagnosis adanya PAK juga adanya campur tangan dokter kesehatan kerja dan rekam medis tenaga kerja sebelum

94 bekerja dan setelah bekerja. Maka dari itu, hasil pemeriksaan MCU PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU tahun 2013 masih belum bisa dikategorikan antara penyakit akibat kerja maupun penyakit akibat hubungan kerja dan masih di kategorikan dalam penyakit umum.