CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

Divisi Manajemen Bencana PMPK-UGM

Lampiran 1. Tingkat Organisasi. Skor. Tinggi 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Subjek dan Objek Penelitian. panjang yaitu masa perjuangan (periode ), masa perintisan (periode

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

EMERGENCY SIGN. Emergency Sign. Hospital Disaster Plan Halaman 1

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

Materi Inti 4: FASILITAS RUMAH SAKIT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGANAN KEJADIAN KEBAKARAN (KODE MERAH)

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO BENCANA DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

PROSEDUR PENANGANAN GEMPA BUMI (KODE HIJAU)

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

DISASTER PLAN. Oleh : dr. Iryani R ambarwati

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Dr. Pudji Sri Rasmiati, Sp.B., MPH WYM RS Bethesda PERSI DIY

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

IJIN PENDIRIAN : IJIN PENYELENGGARAAN : NOMOR : 445/9539/V.2 TANGGAL (BERLAKU 2 TAHUN)

Panduan Identifikasi Pasien

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BERKAH

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tujuan ARSADA. pengembangan Rumah Sakit Daerah secara aktif, terarah dan terpadu sesuai arah dan tujuan Pembangunan Nasional dalam Bidang Kesehatan.

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU TAHUN 2018

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

FR-APL-01. FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

6.5 KONDISI UNTUK HAK ISTIMEWA PSIKOLOG KLINIS 6.6 HAK ISTIMEWA SEMENTARA & MENGUNJUNGI KLINIK SEMENTARA

Transkripsi:

126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen dan koordinasi bencana. 4. Menunjuk pengganti koordinator bila terdapat hal-hal tertentu. 5. Mengkonsultasikan dokumen internal dan eksternal yang berkaitan dengan manajemen darurat rumah sakit. 6. Membuat SOP terkait deskripsi kerja staf kelompok komando insiden (ICG). 7. Memastikan bahwa semua anggota tim kegawatdaruratan telah cukup terlatih. 0 1 5 1 0 5 0 0 6 B. Komunikasi 1. Menunjuk juru bicara yang kompeten. 2. Memiliki ruang konferensi pers yang jauh dari ruang kegawatdaruratan, triase/area menunggu dan pusat komando. 3. Memiliki poin penting yang diberikan untuk pasien, staf rumah sakit dan masyarakat dalam persiapan penanggulangan bencana. 4 1 1 5 0 1

127 4. Pastikan bahwa semua alur dan isi komunikasi kepada publik, media, staf dan otoritas kesehatan disetujui telah oleh kelompok komando kegawatdaruratan. 5. Membangun mekanisme pertukaran informasi secara efisien dalam rumah sakit. 6. Menjelaskan peran dan tanggung jawab seluruh staf rumah sakit dalam tindakan kegawatdaruratan. 7. Membangun mekanisme terkait pengumpulan info, ketepatan waktu, pengolahan dan pelaporan informasi kepada pengawas stakeholder. 8. Memastikan semua keputusan yang berkaitan dengan prioritas pasien dikomunikasikan kepada semua staf secara relevan dan stakeholder terkait. 9. Menyediakan alat komunikasi yang efektif dan kontak rumah sakit jaringan yang update. C. Keselamatan dan Keamanan Poin rekomendasi 1. Menunjuk tim keamanan rumah sakit yang bertanggung jawab untuk semua keamanan rumah sakit dan kegiatan keamanan. 2. Memprioritaskan kebutuhan dan mengidentifikasi daerah yang rentan terhadap bencana. 3. Memastikan kontrol jalur akses fasilitas, area triase, alur masuk pasien, lalu lintas pasien dan parkir. Membatasi akses pengunjung yang berkepentingan. 0 0 6

128 Poin rekomendasi 4. Menetapkan metode dalam mengidentifikasi antara personel rumah sakit yang berwenang, pasien dan pengunjung. 5. Menyediakan alur mekanisme untuk mengawal tenaga medis darurat dan keluarga pasien ke area perawatan pasien. 6. Memastikan bahwa langkahlangkah evakuasi pasien aman dan efisien. 7. Memastikan bahwa aturan keterlibatan dan pengendalian massa didefinisikan dengan jelas. 8. Meminta masukan secara berkala dari tim keamanan rumah sakit dalam mengidentifikasi potensi keselamatan dan keamanan, tantangan dan kendala yang dihadapi, termasuk pengelolaan bahan berbahaya, pencegahan dan pengendalian infeksi. 9. Mengidentifikasi resiko bocornya informasi rumah sakit. 10. Membuat SOP mengenai batas dan kewenangan penegak hukum setempat dan militer di rumah sakit. 11. Mempersiapkan daerah untuk radioaktif, dekontaminasi biologis, kimia dan isolasi. 0 4 2 3 2 1 D. Triase 1. Menunjuk penanggungjawab triase (misalnya dokter kegawatdaruratan atau traumatology atau perawat IGD terlatih).

129 2. Memastikan area triase aman dengan pencahayaan dan akses ke daya listrik tambahan yang cukup. 3. Memastikan ruang triase berada dekat staf rumah sakit, obatobatan dan pelayanan penting (misalnya ruang IGD, ruang IBS, ruang ICU). 4. Memastikan bahwa pintu masuk dan keluar rute ke/dari daerah triase jelas teridentifikasi. 5. Menyediakan area yang cukup dalam penerimaan dan triase korban dalam jumlah besar. 6. Mengidentifikasi area tunggu alternatif bagi pasien terluka namun masih bisa berjalan. 7. Membentuk SOP triase. 8. Menetapkan metode yang jelas dalam mengidentifikasi triase pasien; memastikan pasokan tag triase yang memadai (tag warna hijau, kuning, merah, hitam). 9. Memastikan sistem tanggap darurat rumah sakit dapat diaktifkan dari ruang IGD. 10. Memastikan protokol yang dilakukan sesuai admisi rumah sakit. E. Kapasitas Fungsional 1. Menghitung kapasitas maksimal penerimaan dan perawatan pasien berdasarkan jumlah tempat tidur, ketersediaan sumber daya manusia dan kemampuan ruang ICU.

130 2. Memperkirakan peningkatan permintaan untuk layanan rumah sakit. 3. Memperluas kapasitas rawat inap RS (mengambil ruang pemeriksaan fisik, ruang staf, ruang perlengkapan). 4. Menentukan daerah perawatan untuk arus pasien yang melimpah (misalnya ruang auditorium, lobi). 5. Meningkatkan kapasitas RS dengan memindahkan perawatan pasien non-kritis ke tempat lain. 6. Memverifikasi ketersediaan kendaraan dan sumber daya yang diperlukan untuk transportasi pasien. 7. Menetapkan rencana alternatif untuk transfer pasien. 8. Berkoordinasi dengan pemerintah dan rumah sakit jejaringan dalam melakukan pelayanan medis apabila terjadi penumpukan korban. 9. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah, mengidentifikasi tempat tambahan yang mungkin diubah menjadi unit perawatan pasien (misalnya sekolah, hotel, gedung serba guna). 10. Memprioritaskan/membatalkan layanan yang tidak penting (misalnya operasi elektif) bila diperlukan. 11. Menyesuaikan admisi masuk rumah sakit dengan kapasitas perawatan yang tersedia dan permintaan. 12. Menentukan area darurat untuk kamar mayat sementara. Menjamin pasokan yang memadai tas mayat. 3 0 3 0 0 6 2 1 3 1 3 2 2 1 3

131 13. Merumuskan rencana alternatif untuk perawatan post-mortem dengan mitra yang tepat (misalnya ahli forensik, pemeriksa medis dan ahli patologi). F. Kelangsungan Pelayanan Dasar 1. Mendata semua layanan rumah sakit, sesuai urutan prioritas. 2. Mengidentifikasi dan mempertahankan pelayanan dasar RS. 3. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan pelayanan dasar RS. 4. Memastikan adanya rencana evakuasi sistematis untuk menjaga kelangsungan perawatan kritis. 5. Berkoordinasi dengan otoritas kesehatan, rumah sakit jejaring dalam mendefinisikan peran dan tanggung jawab penyediaan pelayanan medis berkelanjutan di seluruh masyarakat. 6. Menjamin ketersediaan pengaturan yang tepat dalam pasokan air, listrik dan oksigen. 7. Menjamin ketersediaan pasokan air dan makanan yang memadai. 8. Memastikan mekanisme pengumpulan dan pembuangan bahan habis pakai, bahan medis berbahaya dan limbah rumah sakit.

132 G. Sumber Daya Manusia 1. Memperbarui daftar kontak staf rumah sakit. 2. Melakukan pemantauan absensi staf rumah sakit. 3. Membentuk SOP mengenai kebijakan cuti sakit dan izin. 4. Mengidentifikasi kebutuhan operasional bagi staf medis dan non medis rumah sakit. 5. Menetapkan rencana untuk penyediaan makanan, air dan tempat tinggal untuk petugas rumah sakit. 6. Memprioritaskan kebutuhan staf dan mendistribusikan sesuai tenaga yang tepat. 7. Merekrut dan melatih staf tambahan bila dibutuhkan. 8. Menjamin ketersediaan tempat tinggal, asuransi dan masalah perizinan sementara yang berkaitan dengan tambahan staf dan relawan. 9. Membangun sistem cepat penyediaan tenaga medis dalam situasi darurat, sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan otoritas kesehatan. 10. Penyedia layanan kesehatan antar rumah sakit (misalnya darurat, bedah, dan unit perawatan intensif). 11. Memberikan pelatihan dan latihan di bidang peningkatan pemeriksaan klinis, termasuk pelayanan darurat dan perawatan intensif agar staf medis lebih kompeten. 12. Mengidentifikasi bantuan lokal (misalnya, perawatan anak, perawatan penyandang cacat atau anggota keluarga cacat) untuk 0 1 5 4 1 1 3 1 2 3 0 3 5 1 0

133 memungkinkan fleksibilitas staf untuk pergeseran penugasan dan jam kerja tambahan. 13. Memastikan rotasi jadwal yang sesuai untuk staf medis untuk mengurangi kesalahan medis/malpraktek. 14. Menjamin ketersediaan tim dukungan multidisiplin psikososial yang termasuk pekerja sosial, konselor, juru bahasa, dan ulama untuk keluarga staf dan pasien. 15. Menyediakan vaksinasi bagi staf yang rawan berhubungan dengan penyakit pernafasan, sesuai dengan kebijakan nasional dan pedoman dari otoritas kesehatan. 1 3 2 3 1 2 3 1 2 H. Manajemen dan Pasokan Logistik 1. Mengembangkan dan mempertahankan inventarisasi dari peralatan, perlengkapan dan obat-obatan; membangun mekanisme obat-obatan high alert. 2. Memperkirakan konsumsi bahan kebutuhan pokok dan obatobatan. 3. Mengkonsultasikan dengan pihak berwenang dalam penyediaan obat dan makanan secara berkelanjutan. 4. Menilai kualitas barang sebelum membeli. 3 1 2 5. Membuat perjanjian dengan vendor untuk memastikan pengadaan dan cepat pengiriman peralatan, perlengkapan dan 4 1 1 sumber daya lainnya pada saat dibutuhkan. 6. Mengidentifikasi ruang di rumah

134 sakit untuk penyimpanan dan penimbunan pasokan tambahan dengan kriteria kemudahan akses, keamanan, suhu, ventilasi, paparan cahaya, dan tingkat kelembaban yang sesuai. 7. Persediaan bahan kebutuhan pokok dan obat-obatan sesuai dengan pedoman nasional. 8. Mendeskripsikan peran farmasi rumah sakit dalam memberikan obat-obatan kepada pasien. 9. Memastikan mekanisme pemeliharaan dan perbaikan mengenai peralatan yang dibutuhkan layanan medis dasar. 10. Mengkoordinasikan strategi transportasi dengan jaringan prarumah sakit dan layanan transportasi untuk memastikan rujukan pasien secara terus menerus. 3 0 3 0 1 5 4 0 2 I. Pemulihan Pasca-Bencana 1. Menunjuk seorang petugas pemulihan bencana yang bertanggung jawab untuk mengawasi operasi pemulihan di rumah sakit. 2. Menentukan kriteria penting dalam proses insiden demobilisasi serta sistem pemulihan. 3. Jika terdapat kerusakan pada bangunan rumah sakit, memastikan terdapat integritas struktural yang komprehensif dan melakukan penilaian keamanan. 4. Jika evakuasi diperlukan, menentukan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk 5 0 1 3 2 1 4 0 2

135 menyelesaikan perbaikan dan penggantian sebelum fasilitas dapat dibuka kembali. 5. Mengatur tim staf rumah sakit untuk melakukan penilaian dan inventarisasi rumah sakit pascatindakan. 6. Memberikan laporan pasca tindakan untuk administrasi rumah sakit yang mencakup ringkasan kejadian, penilaian respon, dan laporan biaya. 7. Mengatur pembekalan secara profesional bagi staf dalam waktu 24-72 jam setelah terjadinya insiden kegawat daruratan, menyediakan akses ke sumber daya kesehatan mental dan meningkatkan kinerja pekerja. 8. Menetapkan program bantuan pemulihan karyawan pasca bencana, misalnya, konseling dan dukungan jasa bagi keluarga. 9. Memberikan penghargaan yang sesuai berdasarkan layanan yang diberikan oleh staf, relawan, personel eksternal dan donor pada saat tanggap bencana dan pemulihan. 3 0 3 3 0 3 4 0 2 4 0 2 5 0 1