BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Observasi Pola Aliran Dua Fase Air-udara Berlawanan Arah pada Pipa Kompleks ABSTRAK

Visualisasi Mekanisme Flooding Aliran Counter-Current Air- Udara pada Simulator Hotleg Dengan L/D=50

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Interpretasi Hasil Pengukuran Tebal Cairan pada Aliran Dua Fase Udara-Air Berlawanan Arah Menggunakan Metode Parallel-wire dalam Pipa Kompleks

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP

DETEKSI MULAI TERBENTUKNYA ALIRAN CINCIN PADA PIPA HORISONTAL MENGGUNAKAN SENSOR ELEKTRODE Hermawan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB 3 METODE PENGUJIAN DAN PENGAMBILAN DATA

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Program Studi Teknik Mesin BAB I PENDAHULUAN. manusia berhubungan dengan energi listrik. Seiring dengan pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Sudut Water Injector Berbentuk Diffuser Terhadap Fenomena Flooding Pada Aliran Dua Fase Cair Udara Vertikal Berlawanan Arah

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

ANALISIS MEKANISME ALIRAN PLUG AIR- UDARA DENGAN CECM BERDASARKAN PERUBAHAN DIAMETER INLET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281, Indonesia ABSTRAK

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

Pengaruh Variasi Diameter Injektor Konvergen Udara Terhadap Fenomena Flooding Dalam Aliran Dua Fase Gas-Cair Berlawanan Arah Pada Pipa Vertikal

ONSET OF FLOODING DAN FENOMENA HYDRAULIC

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

ANALISIS VISUAL PENDINGINAN ALIRAN DUA FASA MENGGUNAKAN KAMERA KECEPATAN TINGGI ABSTRAK ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR (FFE) DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA DITINJAU DARI PENGARUH ARAH ALIRAN UDARA

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PERPINDAHAN KALOR DI CELAH SEMPIT ANULUS SELAMA BOTTOM FLOODING BERDASARKAN VARIASI TEMPERATUR AWAL BATANG PANAS

BAB III METOLOGI PENELITIAN

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK ALIRAN DUA FASE (AIR-UDARA) MELEWATI ELBOW 60 o DARI PIPA VERTIKAL MENUJU PIPA DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 30 o

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

BAB III METODOLOGI STUDI KASUS. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Karakterisasi Pressure Drops Pada Aliran Bubble dan Slug Air Udara Searah Vertikal Ke Atas Melewati Sudden Contraction

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL

NME D3 Sperisa Distantina BAB V NERACA PANAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN TEMPERATURE CONTROL SYSTEM PADA INTERNAL FLOW FLUIDA VISCOUS (STUDI KASUS DI PERUSAHAAN KECAP DAN SAUS PT. LOMBOK GANDARIA) Skripsi

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 3 CONDENSING VAPOR

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

BAB 1 AB I PENDAHULUAN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

TURBIN UAP. Penggunaan:

BAB III PERANCANGAN ALAT

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

PENGARUH BILANGAN REYNOLDS TERHADAP KARAKTERISTIK KONDENSOR VERTIKAL TUNGGAL TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

Session 11 Steam Turbine Protection

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran multifase merupakan salah satu fenomena penting yang banyak ditemukan dalam kegiatan industri. Kita bisa menemukannya di dalam berbagai bidang industri seperti industri minyak dan gas bumi, produksi bahan kimia dan makanan, pembangkit listrik tenaga nuklir dan panas bumi, serta masih banyak contoh lainnya. Hal ini menjadikan bidang ini perlu dikaji lebih dalam untuk membantu pengoperasian sistem industri yang aman dan efisien. Sayangnya untuk saat ini, fenomena aliran multifase ini masih sedikit dipahami, untuk itu berbagai riset dan penelitian telah mulai dilakukan untuk memperdalam kajian di bidang ini. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015) Seperti kita ketahui, pada steam generator pada pressurized water reactor (PWR) dilakukan proses transfer panas dari primary coolant ke secondary coolant. Primary coolant merupakan air yang dipanaskan pada inti reaktor nuklir dan dialirkan melalui steam generator untuk melakukan proses perpindahan panas kepada secondary coolant. Secondary coolant yang juga berupa air menerima panas dari primary coolant, menyebabkan terjadinya proses penguapan yang akan menghasilkan uap panas pada steam generator. Uap panas inilah yang nantinya dialirkan dan digunakan sebagai penggerak turbin untuk menghasilkan energi 1

listrik. Setelah menggerakkan turbin, uap panas ini akan mengalami proses kondensasi dan berubah menjadi air. Air ini akan mengalir kembali menuju steam generator sebagai secondary coolant dan mengalami proses berulang seperti sebelumnya. Dalam industri pembangkit listrik tenaga nuklir ini, terdapat suatu fenomena penting yang berkaitan dengan aliran dua fase. Fenomena ini dinamakan sebagai flooding. Fenomena flooding ini menjadi menarik bagi para peneliti karena kaitannya dengan terjadinya loss-of-coolant accident (LOCA). Fenomena loss-ofcoolant-accident (LOCA) adalah suatu keadaan dimana cairan pendingin (coolant) pada reaktor nuklir tidak bisa mengalir ke primary circuit karena adanya flooding. Pada skenario LOCA yang disebabkan oleh kebocoran pada primary circuit, reaktor akan mengalami penurunan tekanan (depressurized) sehingga timbul proses penguapan pada primary circuit, yang selanjutnya akan menghasilkan uap pada PWR. Uap yang dihasilkan akan mengalir ke steam generator melalui pipa hotleg. Pipa hotleg ini merupakan pipa terinklinasi yang menghubungkan reactor pressure vessel (RPV) dan steam generator (SG). Uap tersebut akan terkondensasi di steam generator dan kondensatnya (air) mengalir kembali melalui hotleg menuju reaktor dengan fungsinya sebagai media pendingin (coolant). Namun, pada perjalanannya melalui pipa hotleg, kondensat berupa air ini akan berhadapan dengan aliran uap yang dihasilkan inti untuk selanjutnya menimbulkan fenomena aliran dua fase counter-current antara uap dan air. Keberhasilan dari proses pendinginan inti ini sendiri sangatlah bergantung pada fenomena aliran counter-current yang terjadi pada pipa hotleg tersebut. Aliran stratified counter-current uap-air ini hanya akan stabil pada kecepatan aliran tertentu dari uap dan air. Jika kecepatan aliran uap terus meningkat, maka porsi air yang mampu mengalir hingga ke inti reaktor akan semakin berkurang. Fenomena inilah yang kita sebut dengan counter-current flow limitation (CCFL) atau onset of flooding. Seiring dengan bertambahnya kecepatan aliran uap, pada akhirnya akan didapat suatu titik dimana aliran air akan terblok secara sempurna oleh aliran uap yang memiliki kecepatan aliran besar. Pada titik 2

ini, proses pendinginan inti reaktor akan terhenti. Karena itu, kita harus mampu memperhitungkan agar cairan pendingin yang mengalir menuju inti memungkinkan untuk mampu melakukan penetrasi hingga mencapai inti. Insiden Three-Mile Island pada tahun 1979 merupakan salah satu peristiwa penting yang berkaitan flooding. Pada kejadian tersebut, tidak ada cairan pendingin yang mampu mencapai primary circuit karena adanya flooding. Dibutuhkan waktu 140 menit sebelum operator menyadari telah terjadi hal ini, dan dalam waktu tersebut telah terjadi kavitasi pada pompa coolant. Oleh karena itulah, fenomena aliran counter-current dua fase ini harus dikaji secara utuh, sehingga menjamin sistem pendinginan dapat berjalan dengan baik. Mekanisme flooding ini sendiri sebenarnya telah banyak dipelajari dengan tujuan utamanya untuk mengembangkan model analitis yang mampu memprediksi kapan akan terjadinya onset of flooding atau juga disebut counter-current flow limitation (CCFL). Sebagai hasil dari berbagai penelitian tersebut, telah didapat sejumlah besar korelasi yang tertuang dalam literatur-literatur laporan penelitian tentang flooding. Namun, dibalik itu semua, masih banyak ketidakpastian dalam fenomena flooding ini yang membuatnya masih perlu dikaji lebih dalam lagi. Mengingat dampak besar yang dihasilkan oleh kurang dalamnya kajian terhadap bidang aliran dua fase berlawanan arah (counter-current) maka ilmuwanilmuwan semakin tertarik dalam meneliti bidang ini. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses-proses terkait aliran countercurrent dalam berbagai bidang. Selain itu, juga sangat penting dalam keamanan sistem yang berkaitan dengan aliran counter-current tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Berkaitan dengan fenomena flooding yang sering terjadi pada proses pendinginan reaktor nuklir, penelitian akan fenomena ini menjadi sangat penting. Untuk itu, berbagai penelitian untuk mengetahui karakteristik yang ada pada fenomena flooding yang merupakan aliran counter-current dua fase ini mulai banyak dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana pola aliran, 3

karakteristik, maupun fenomena apa saja yang terjadi pada aliran counter-current, pada banyak variasi kecepatan superfisial gas dan liquid. Penelitian kali ini akan memfokuskan pada karakterisasi aliran countercurrent dua fase yang mengalir pada pipa horizontal berdasarkan hasil pengukuran tebal film air dengan menggunakan metode sensor parallel-wire. Bahan yang digunakan sebagai sensor merupakan kawat tembaga berlapis perak dengan diameter 0,51 mm. Sensor tersebut dipasang sejumlah 10 pasang dan disusun sejajar pada pipa dengan jarak masing-masing 4 cm antara pasangan kawat yang satu dengan pasangan kawat yang lain. Secara teoritis, jika dua kawat sejajar telanjang bersentuhan dengan air, arus yang mengalir di antara kedua kawat akan sebanding dengan ketebalan film cairan yang mengalami kontak dengan kawat-kawat tersebut. Hasil pengukuran akan dilewatkan melalui rangkaian jembatan Wheatstone yang sudah ditentukan sehingga bisa menghasilkan sinyal keluaran berupa sinyal tegangan (voltage). Setelah melalui proses kalibrasi, sinyal tegangan tersebut digunakan sebagai input melalui instrumen elektronika (National Instrument) yang telah terhubung dengan komputer untuk diolah dan menghasilkan output berupa tebal film air. Selanjutnya hasil pengukuran tebal film dengan metode parallel-wire ini akan diolah dan dianalisa lebih lanjut. 1.3. Batasan Masalah Untuk mengimplementasikan sistem yang dibuat maka dilakukan asumsi dan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Aliran counter-current dua fase dimodelkan dengan menggunakan fluida air dan udara yang mengalir secara berlawanan arah dalam pipa horizontal. 2. Pipa yang digunakan sebagai alat uji merupakan pipa berjenis akrilik, dikarenakan sifatnya yang transparan sehingga mudah untuk diamati dan karena permukaannya licin sehingga pengaruh kerugian aliran terhadap gesekan dapat diasumsikan untuk diabaikan. Pipa yang digunakan berdiameter 25,4 mm dan memiliki panjang 1,27 meter. 4

3. Sensor parallel-wire yang digunakan menggunakan kawat tembaga berlapiskan perak untuk mencegah terjadinya korosi. Kawat yang digunakan berdiameter 0,51 mm dan dipasang terpisah 5 mm. Terdapat 10 buah sensor yang masing-masing terdiri dari sepasang kawat tembaga yang disusun dengan jarak 4 cm antar masing-masing sensor. 4. Laju aliran volumetrik air yang ditelilti berkisar antara 0,1-2 L/min. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkarakterisasi aliran counter-current pada simulator hotleg bagian pipa horizontal berdasarkan hasil pengukuran tebal film air dengan menggunakan metode kawat sejajar (parallel-wire). 2. Melakukan pengamatan terhadap pola aliran serta fenomena yang terjadi pada aliran counter-current pada simulator hotleg bagian pipa horizontal. 1.5. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan pengetahuan mengenai sistem aliran dua fase counter-current dan berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Dan penelitian ini diharapkan akan melengkapi penelitian tentang sistem aliran counter-current dua fase yang telah ada dan juga dapat menghasilkan database bermanfaat untuk pengamatan dalam sistem aliran ini, serta menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat memberikan kemajuan yang berkesinambungan bagi mahasiswa-mahasiswi Departemen Teknik Mesin dan Industri, Program Studi Teknik Mesin. 5